STT : 12. PENOLAKAN

17 5 2
                                    

Hari ini adalah hari di mana Siska resmi pindah dari rumah sakit impiannya. Gadis itu berjalan gontai menyusuri jalanan untuk melamar pekerjaan baru.

Efek kecerobohannya benar-benar membuat impiannya hancur dalam sekejap.

Siska menghela napas, gadis itu mendongak menatap teriknya sinar matahari sesekali menghapus keringat di pelipisnya.

Sudah hampir seharian Ia berjalan kesana-kemari tapi hasilnya tetap nihil. Siska berjalan dengan kesal hingga tanpa sadar ia menginjak sebuah kulit pisang yang membuatnya oleng ke belakang. Siska menutup matanya.

Siska merasakan tubuhnya melayang, ia pun segera membuka matanya. Mata mereka kembali bertemu. Siska segera memalingkan wajahnya.

"Apa-apaan lo!" ucap Siska ketus.

"Dih ditolongin gak mau, yaudah." Suara berat itu membuat Siska kesal. Lebih kesal lagi ketika cowok itu melepaskan tangannya pada punggung Siska yang membuat Siska terjatuh di tanah.

"Aduh!" ringis Siska sembari mengusap pantatnya. Siska menatap mata biru itu tajam.

"Gila lo, ya! Kalo gue sampe patah tulang gimana?!" tanya Siska sewot.

"Bodoamat. Peduli apa gue sama lo," ucap cowok itu sambil mengedikkan bahunya acuh.

"Gila!" Siska dengan segera memunguti berkas-berkasnya yang berjatuhan. Evan yang melihat itu pun mengernyit.

"Oh! Iya! Lo habis dipecat kan? Aduh lupa gue! Nyari kerjaan kan lo? Gue bisa bantu lo kembali jadi dokter di rumah sakit yang gak kalah mewah daripada tempat kerja lo yang lama," ucap Evan sumringah.

"Ogah!" tolak Siska cepat.

"Yakin gak mau? Apa lo bakalan muter-muter seharian biar ortu lo gak tau kalo lo udah dipecat?" tanya Evan sarkas. Siska terdiam.

Mati gue. Kalo gue muter-muter gini yang ada pegel nih kaki. Tapi kalo pulang, malah dicurigai. Ah! Nyesel gue diem-diem begini, batin Siska merutuki dirinya sendiri.

"Diem kan, lo? Gue bakal bantu lo, tapi ...." Evan membenarkan setelan jasnya. "ada syaratnya," sambung Evan.

"Gak ikhlas banget, lo! Yaudah gak usah!" ucap Siska ketus. Gadis itu kembali melanjutkan langkahnya.

"Eits! Bentar! Dengerin dulu!" ucap Evan sembari menarik lengan Siska. Siska melepaskan lengannya kasar.

"Ck! Apaan lagi, sih?!" tanya Siska tanpa menatap Evan.

"Di dunia ini gak ada yang gratis, asal lo tau. Gue bakal bantu lo asal lo mau nerima perjodohan kita, atau semua rahasia lo tentang karir lo ini akan terbongkar," bisik Evan yang membuat Siska mematung di tempatnya.

"Pikirkan baik-baik, girls," sambung Evan lalu berjalan angkuh meninggalkan Siska.

Siska masih sibuk dengan pikirannya. Menerima perjodohan demi pekerjaan? Siska rasa, itu aneh.

Sebuah tepukan mendarat di pundak Siska membuat Siska terperangah.

"Hah? Iya?" tanya Siska gelagapan.

"Kamu ngapain di sini, sayang? Gak kerja? Itu berkas-berkas, buat apa?" tanya Leon bingung. Siska menepuk jidatnya, lupa bercerita pada kekasihnya tercinta.

"Aku nyari kerjaan. Hab--"

"Loh?! Kenapa?! Kerja sampingan?!" tanya Leon heboh.

"Haish! Enggak! Dengerin dulu makanya!" ucap Siska kesal. Leon terkekeh geli.

"Aku habis dipecat gar--"

"Apa?! Kamu dipecat?! Kok bisa?! Wah gila atasanmu itu! Kamu itu cantik, ramah, pinter juga, masa dipecat sih?!" potong Leon sewot.

SEBUAH TAKDIR TUHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang