STT : 10. PERTEMUAN

23 12 6
                                    

Pertemuan singkat. Akankah hubunganmu dan aku akan sama singkatnya dengan pertemuan itu?

Ican:)

-----------------------------------------------------------

"Assalamu'alaikum," sapa Dirra.

"Wa'alaikumsalam," balas Siska dan sang Papa bersamaan.

"Baru sampai, Pa?" Dirra meletakkan kantong belanjaannya di meja makan. Sang Papa berdehem sebagai jawaban.

"Ma, Mama beli apa aja?" tanya Siska antusias.

"Beli sayur sama makanan ringan, nanti kan ada tamu juga," jawab Dirra yang masih menggeledah kantong belanjaannya.

"Tamu, Ma?" ulang Siska. Gadis itu mengernyitkan dahinya. Tatapannya beralih pada sang Papa. "Papa baru pulang kok udah nerima tamu aja," ujar Siska kesal.

Robi tertawa kecil. "Enggak apa-apa sayang, nanti juga yang dateng itu sahabat lama Papa," balas Robi meyakinkan.

"Memangnya ada apa sih, Pa? Kayaknya penting banget sampe Papa rela-relain enggak istirahat gini?" tanya Siska bingung.

Tangan Robi terulur mengusap kepala anaknya, penuh kasih sayang. "Nanti juga kamu tau," ucap Robi dengan menampilkan senyum tulus.

"Oh iya gimana kerjaan kamu, hm?" tanya Robi.

Siska tertegun ia bingung akan menjawab apa. Bibirnya seolah terkunci rapat.

"Hey! Kok malah bengong, Nak? Kenapa? Ada masalah?" tanya Robi khawatir.

Siska masih diam, bibirnya benar-benar tak mendukung untuk mengatakan apapun. Padahal jauh di lubuk hatinya ingin sekali menceritakan segalanya kepada sang Papa.

Waktunya belum tepat Siska, tenang, batin Siska.

Siska tersenyum, lalu menggenggam tangan Robi. "Enggak apa-apa kok, Pa. Serahin aja semuanya sama Siska! Dijamin aman!" jawab Siska antusias yang membuat Robi tak bisa menahan tawa karena ulah putrinya.

"Siska, udah biarin Papamu istirahat dulu ya, nanti malam kan ada tamu," tegur Dirra.

Siska menghembuskan napasnya. "Iya ma," ucap Siska sedih. Padahal Ia masih ingin bermanja dengan sang Papa.

"Pa! Siska antar ke kamar ya?" tanya Siska dengan nada merengek. Robi dan Dirra terkekeh.

"Manja banget anak kamu," ucap Dirra sambil tertawa.

"Anak kamu juga ini. Ya udah ayo!" Siska tersenyum senang. Gadis itu meraih lengan sang Papa, dipegangnya erat. Robi tersenyum kecil sesekali mengacak rambut Siska gemas.

Sudah besar tapi kelakuannya masih layaknya seorang bocah. Maklum namanya juga rindu.

Sesudah mengantar sang Papa, Siska kembali menuju kamarnya. Ruangan yang tak terlalu besar tapi nyaman untuk ditempati.

Kamar Siska bukan kamar yang mewah. Dindingnya bercat putih dengan beberapa poster dan stiker lucu. Kasurnya yang tidak begitu besar itu tertutup oleh seprai berwarna biru dengan beberapa gambar Doraemon di sana.

Almari, meja rias, dan beberapa perabotan yang bercat kontras dengan warna tembok, membuat kamar yang terkesan simpel itu menjadi indah.

Tak jarang pula teman-teman Siska yang datang juga numpang foto di kamar Siska. Siapa, sih yang gak tertarik dengan kamar aesthetic seperti itu?

Siska menutup pintu kamarnya pelan. Seribu pertanyaan terus mengusik pikirannya. Papanya rela mengurangi jam istirahat demi sahabatnya. Orangtuanya seperti menyiapkan hidangan mewah untuk sahabat Robi. Sungguh bukan hal biasa.

SEBUAH TAKDIR TUHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang