STT : 16. PUTUS

9 3 0
                                    

"Lo masih inget gue kan?" tanyanya to the point.

"Oh ... Masih lah," ucap Siska ragu.

"Gue heran. Kenapa cewek kayak lo bisa dijodohin sama Evan. Gak level banget gitu. Eum ... ya, secara kan, Evan pemilik perusahaan terbesar. Lo? Cuma seorang dokter ceroboh yang sekarang jadi pengangguran hm," ucap orang itu yang membuat Siska geram.

"Lebih cocok Evan sama gue. Gue model, cantik, beda jauh sama lo," lanjutnya.

Sabar, Sis, sabar.

Siska menahan diri agar tidak terbawa emosi.

"Kenapa lo diem aja? Gak nyangka. Cewek modelan lo, yang kelihatannya baik, bisa nyakitin dua hati sekaligus," ucapnya.

"Apa sih, mau lo?! Lo tau gue dijodohin! Gue gak bisa nolak permintaan bonyok gue!" ucap Siska ketus.

"Emang lo nya aja yang modus. Deketin Evan dengan jadi dokter. Sampe salah obat biar terus deket. Eh waktu lo di PHK malah dijodohin. Gue curiga kalo lo yang minta perjodohan itu."

"Lo gak usah ngarang cerita! Lo gak ngerti apa-apa tentang gue, tentang hidup gue! Gak usah banyak omong!" ucap Siska. Siska celingak-celinguk mencari kehadiran Leon.

"Aish! Gara-gara lo nih, dia udah pergi!" ucap Siska kesal. Siska kembali berlari, namun baru sedikit Siska merasakan tangannya mencium aspal.

"Aw!" Siska meringis. Tangannya terasa perih belum lagi lututnya yang ikut tergores aspal.

Siska mendongak, menatap Amanda yang tersenyum licik.

"Apa maksud lo, ha?!" ucap Siska kesal.

"Sengaja biar lo gak bisa ngejar cowok lo," ucap Amanda sambil memalingkan muka.

"Apa-apaan?! Lo pikir lo siapa ngehalangin cinta gue gitu aja!" gertak Siska.

"Terus, lo pikir lo siapa bikin Papanya Evan jodohin lo sama Evan?" ucap Amanda santai tapi penuh penekanan.

Amanda berlutut agar tubuhnya sejajar dengan Siska yang masih tersimpuh di tanah.

"Suatu saat nanti, lo bakal dapet kejutan dari gue. Kejutan yang bakal bikin lo sangat-sangat menderita. Orang ketiga kayak lo itu gak pantes hidup tenang," ucap Amanda sambil mencolek dagu Siska. Siska dengan segera menepisnya membuat Amanda terkekeh.

"Tunggu saja ya, sebentar lagi bakal dateng kok kejutannya. Sampai jumpa, semoga lo gak gila gara-gara kejutan yang gue kasih," ucap Amanda lagi lalu gadis itu berjalan dengan angkuh.

Siska termenung di tempatnya.

"Dikira dia siapa bisa bikin gue takut? Dia pikir ngancem gue bikin gue takut gitu? Gak akan!" Siska berdecih. Gadis itu kembali teringat akan Leon. Dengan segera, Ia merapihkan bajunya dan membersihkan kotoran yang menempel di tangan dan lututnya.

Siska berdiri dan kembali berjalan dengan sedikit pincang. Kakinya lecet dan itu sakit.

Setelah berjalan begitu lama, akhirnya Siska menemukan Leon sedang duduk di taman kota. Mukanya kusut dan seperti menahan amarah. Leon mencabut rumput-rumput di bawah kursi lalu membuangnya asal.

Siska segera mendekat.

"L-Leon," sapa Siska pelan. Leon menghentikan aktivitasnya dan mendongak sepintas.

Siska pikir Leon akan berucap sedikit padanya, tapi tidak. Leon kembali asyik pada rumput-rumput. Siska menghela napas.

"Aku ... boleh duduk?" tanya Siska ragu. Tanpa menjawab, Leon menggeser posisinya. Siska menghela napas lagi, susah memang kalau laki-laki sudah patah hati. Siska akhirnya duduk di samping Leon.

"Leon. Aku minta maaf. A-aku dijodohin sama Evan. D-dan tadi, a-aku gak ngapa-ngapain sama d-dia. J-justru aku berontak dan lebih milih jalan sama kamu," ucap Siska terbata-bata. Suaranya lirih, Siska benar-benar sedih.

"Oh."

"Leon, aku minta maaf. Aku mau kita tetap berlanjut Leon," ucap Siska sambil memegang lengan Leon. Namun Leon segera menepis tangan Siska dengan kasar.

"Gak usah pegang-pegang," ucap Leon sinis.

"Leon ...."

"Lanjutin aja perjodohan kalian. Gak usah mikirin gue," ucap Leon sarkas.

"G-gak! Aku bakal berusaha untuk menolak perjodohan ini apapun caranya," ucap Siska sedikit ragu. Leon tertawa hambar.

"Lo aja ragu ngomong begitu. Gue bener-bener gak yakin lo sanggup nolak," balas Leon tanpa menoleh. Siska tercekat.

"Tapi ... aku sayangnya sama kamu, bukan sama Evan. Kamu tau itu kan, Leon," ucap Siska lirih.

"Terus mau lo apa?" tanya Leon jengah.

"Kita lanjut ya?"

"Lanjut? Lo jadiin gue selingkuhan gitu?" ucap Leon lalu tertawa sinis.

"Cowok mana yang mau dijadiin selingkuhan, kecuali cowok itu bucin, sih. Tapi gue gak bucin-bucin amat ke lo," sambung Leon.

"Kamu bukan selingkuhan. Kamu tetap jadi yang pertama. Selalu yang nomor satu di hati aku. Kamu tau itu, kan?" tanya Siska lagi.

"Modal nomor satu di hati itu gak cukup asal lo tau. Kalo lo udah nikah sama Evan, yang sah di mata hukum dan agama itu Evan! Orang-orang bakal bilang Evan yang pertama! Dan gue ... gue hanya akan dianggap perebut istri orang. Cih! Padahal yang minta juga istrinya," jelas Leon sinis.

"Tapi aku cinta sama kamu Leon. Kamu juga cinta kan sama aku?"

"Cinta. Gue cinta banget sama lo. Hm ... ngomong-ngomong soal cinta, emang iya kata cinta bisa merubah segalanya? Termasuk perjodohan ini?" tanya Leon sambil menatap Siska. Siska menggeleng pelan.

"Nah itu lo tau. Jadi, cinta kita basi. Gue akan jamin. Suatu saat nanti lo sama Evan bakal nyesel udah nerima perjodohan ini," ucap Leon pelan.

Siska yang mendengar itu membisu. Tubuhnya kaku.

Apa-apaan ini? Leon dan Amanda. Kenapa keduanya sama-sama ngancem gue? Apa mereka sekongkol? Tapi, bukannya mereka gak kenal?

"Gak ada lagi yang mau lo omongin sama gue kan? Gue males. Disini cuma buang-buang waktu gue. Berasa jagain tunangan orang," ucap Leon terkekeh.

"Gue balik. Jaga diri lo baik-baik. Hubungan kita, selesai sampai sini," ucap Leon lalu pergi.

"LEON!" teriak Siska. Siska tak bisa berbuat apa-apa. Tubuhnya lemas. Matanya memanas.

"Argh! Ya Tuhan! Kenapa nasib gue harus kayak gini?! Gue cinta sama lo Leon selalu mencintai lo!" ucap Siska geram. Tanpa disadari air matanya menetes.

"Hiks. Leon. Gue cinta sama lo," ucap Siska entah pada siapa. Air matanya semakin deras. Siska menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan. Tubuhnya bergetar.

Tiba-tiba seorang laki-laki datang membawa Siska dalam peluknya. Tangis Siska semakin menjadi dalam pelukan laki-laki itu.

"Tenangin diri lo. Gue tau ini berat. Tapi kita bisa jalanin ini sama-sama. Ini udah takdir Tuhan. Mau gak mau lo harus nerima ini," ucap laki-laki itu sambil terus mengusap punggung Siska.

Tanpa mereka sadari, Leon yang tak benar-benar pergi, melihat kejadian itu dengan tangan terkepal.

TBC

Aw jadi takut:<

Gimana ya kelanjutannya?

Jangan pernah berhenti dukung kami!

Anin × Ican
xxzhrxkimra × raiMdame

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SEBUAH TAKDIR TUHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang