Ryaline sedang mengelilingi beberapa rak buku di toko buku ini, sesuai dengan kesepakatan, Ryaline mau menemani Somi asal berkunjung ke toko buku juga.
Sudah hampir satu jam Ryaline fokus pada buku buku disini, bukan hanya buku tentang materi, tapi Ryaline juga memilih beberapa novel untuk menemani rasa bosannya.
"BAAAAA!"
"ASTAGA!"
Ryaline benar bener terkejut saat Jaemin tiba tiba keluar dari balik rak buku, mengejutkan Ryaline yang sedang serius dan fokus pada buku buku.
"Jaemin ih, kaget." Lirih Ryaline sambil mengelus dada nya.
Jaemin memberi senyum andalannya, "Fokus banget sih? Sampai gak sadar gitu gue udah ngikutin lo dari tadi?"
Ryaline menggeleng polos, membuat Jaemin semakin gemas akan tingkah gadis di hadapannya ini.
"Kamu kok bisa disini?" Tanya Ryaline.
"Gue sama anak laki laki yang lain mau nongkrong disini. Eh, gak sengaja liat Somi lagi duduk sendirian sambil cemberut di depan sana, tau nya lagi nunggu lo yang kelewat betah disini." Jawab Jaemin.
Ryaline melotot, dia baru ingat kalu dia kesini dengan Somi, tidak sendiri.
Buru buru Ryaline melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya, "Astaga, Jaem. Udah hampir satu jam aku disini, yaampun kasian Somi." Ucap Ryline merasa bersalah.
"Gak apa apa, Somi udah aman kok sama pawang nya. Lo masih mau disini? Apa udah selesai?"
"Udah kok, Ayo."
Ryaline membayar beberapa buku yang dia beli, setelah itu dia keluar dari toko buku tanpa menemukan Somi dimanapun.
"Somi?"
Jaemin terkekeh melihat Ryaline yang kebingungan, terus dia mengambil tas belanjaan milik Ryaline, sebelah tangan nya yang lain di pakai untuk menggengam tangan Ryaline.
"Somi udah ikut Haechan sama yang lainnya. Sekarang kita susulin mereka, ya?"
Ryaline hanya mengangguk dan mengikuti arah jalan Jaemin yang menggenggam tangan nya.
Melihat Somi yang tengah duduk bersama teman temannya yang lain, Ryaline langsung melepaskan genggaman Jaemin dan berlari ke arah Somi.
"Somi, maaf." Ucap Ryaline sambil memeluk Somi.
Somi terkekeh, "Iya gak apa apa, lagian aku gak marah kok."
"Serius?" Tanya Ryaline memastikan.
"Serius, emang nya muka aku kaya yang ngambek?"
Ryaline menggeleng geleng polos, membuat Somi gemas untuk mencubit kedua pipi milik Ryaline.
"Duduk sini, lo gak pegel gitu dari tadi berdiri di toko buku?" Tanya Mark.
Ryaline melihat ke arah Mark dengan senyuman di bibir nya, kemudian dia duduk di samping Mark yang memang kebetulan kosong.
Gak lama dari itu Jaemin datang membawa dua minuman, satu untuk nya, dan satu untuk Ryaline.
Jaemin duduk di samping Ryaline, jadi kini Ryaline di himpit oleh Mark dan Jaemin.
"Kok gak bilang bilang kalau mau pesen? Ini uang nya aku ganti." Ucap Ryaline sambil memberikan selembar uang berwarna merah miliknya.
"Gak usah, simpen aja." Ucap Jaemin sambil mengembalikan uang itu.
"Tapi seharian ini kamu udah banyak beliin aku, Jaemin. Kamu udah beliin aku bubur sama susu pisang, sekarang ini. Aku ganti ya uang nya?"
Jaemin geleng geleng, "Anggap aja ini sebagai ganti susu pisang lo yang di ambil sama Jeno."
Ryaline tersenyum masam, Jeno ya? Ryaline baru sadar Jeno tidak ada di antara teman teman nya sekarang. Pasti Jeno kini tengah bersama Siyeon, kekasih nya.
"Jangan sedih, nanti susu pisang nya gue deh yang beliin." Ucap Mark.
Ryaline tersenyum manis, "Gak sedih kok."
Mark dan Jaemin sama sama mengacak rambut Ryaline karena gemas. Haechan, Renjun dan Somi hanya bisa tersenyum melihat Mark dan Jaemin yang begitu kompak untuk membuat Ryaline tersenyum.
Bukan rahasia umum bagi mereka, Mark dan Jaemin memang memiliki perasaan lebih untuk Ryaline. Tapi mereka sama sekali tidak mempeributkan soal ini, karena yang penting bagi mereka sekarang adalah melihat senyuman dari Ryaline selama masih dalam genggaman Jeno.
Kecuali nanti setelah Jeno benar benar melepas Ryaline, baru mereka akan bersaing dengan sehat untuk mendapatkan Ryaline.
Waktu cepat berlalu, sampai matahari tak terasa mulai terbenam dan berganti dengan sang rembulan.
"Pulang yuk, Rya. Nanti bokap lo nyariin." Ajak Jaemin.
Ryaline mengangguk, "Aku pulang duluan ya semua, kalian nanti hati hati pulang nya. Somi aku duluan, Haechan aku titip Somi."
Somi dan Haechan sama sama mengangguk.
"Gue titip Ryaline ya, Jaem." Ucap Mark.
Jaemin mengangguk "Tenang, Mark. Dia aman sama gue."
Setelah itu Jaemin dan Ryaline berjalan menuju parkiran dimana Jaemin menyimpan motor nya.
Sampai Ryaline dan Jaemin tak sengaja bertemu dengan Jeno dan Siyeon yang seperti nya akan pulang juga.
"Eh, Jen." Sapa Jaemin ramah.
Jeno hanya tersenyum tipis pada Jaemin, lalu menatap Ryaline tajam.
"Kalian pacaran ya?" Tanya Siyeon saat melihat tangan Ryaline yang nyaman dalam genggaman Jaemin.
Mata Jeno langsung terfokus pada hal itu, bahkan rangkulan nya pada Siyeon pun perlahan terlepas. Ryaline buru buru berusaha melepaskan genggaman Jaemin, namun Jaemin malah menggenggam nya semakin erat.
Jaemin tersenyum sinis ke Siyeon, "Mau gue sih gitu, Yeon. Tapi sayang nya Ryaline adalah type orang yang setia, dia tau kalau dia udah punya tunangan, jadi dia gak mungkin punya hubungan lagi sama laki laki lain."
Jeno merasa ucapan Jaemin adalah sebuah tamparan keras bagi nya, entah apa yang Jeno rasakan, tapi Jeno tidak suka saat melihat kedekatan Ryaline dengan Jaemin maupun Mark.
"Sama gue juga gak mau pacaran sama tunangan orang, gak ada harga dirinya banget." Lanjut Jaemin.
Kali ini, ucapan Jaemin menjadi tamparan keras untuk Siyeon.
Siyeon memang tahu kalau Ryaline adalah tunangan dari kekasih nya, namun dia tidak peduli, karena bagi nya Jeno tetap lah hanya milik nya.
"Jen." Panggil Siyeon, dia tak terima akan ucapan Jaemin dan meminta pembelaan dari Jeno.
Tapi Jeno tetap diam, mata nya masih fokus bertemu dengan mata Ryaline. Entahlah, mereka sama sama larut dalam tatapan itu.
Sampai akhirnya Jeno adalah orang pertama yang memutuskan tatapan itu karena Siyeon yang mengguncang tubuh nya.
Jaemin yang tahu akan itu semua hanya bisa tertawa sinis, lalu dia kembali berjalan sambil menarik tangan Ryaline yang ada dalam genggaman nya.
Tepat saat di samping Jeno berdiri, Jaemin berhenti sebentar untuk berbisik pada Jeno. "Jangan nyesel kalau nanti Ryaline menyerah sama lo dan berakhir dengan gue atau Mark."
Setelah mengucapkan kalimat itu, Jaemin kembali berjalan menuju tempat tujuan nya.
Kepalan tangan Jeno semakin mengerat, ucapan Jaemin terasa sebagai ancaman bagi nya. Dia tidak mencintai Ryaline, bahkan selama ini pun dia tidak pernah peduli pada Ryaline.
Tapi mengapa kini dia merasa terancam dan tidak terima akan apa yang Jaemin ucapkan? Mengapa rasanya kesal saat melihat Ryaline bahagia karena lelaki lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fiancé | Jeno [Sudah Terbit]
FanfictionKetika Jeno yang terlalu naif akan perasaan nya pada sang tunangan, lebih memilih bertahan pada ego untuk terus bersama sang kekasih di bandingkan menyadari cinta nya pada sang tunangan. Akan kah Jeno menyadari semua itu dan memperbaiki semua nya...