Jeno tengah menunggu Ryaline di depan toilet perempuan, sudah jam pulang sekolah, mereka akan pulang namun tiba tiba Ryaline ingin pergi ke toilet terlebih dahulu, berakhirlah Jeno harus menunggunya di depan toilet.
Sebenarnya bukan Ryaline yang memintanya, namun memang Jeno yang mengingikannya.
Sampai tiba tiba sosok Siyeon datang menghampirinya dan langsung memeluknya. Bukan Siyeon yang Jeno harapakan datang, dia sedang menunggu Ryaline sekarang.
Dengan cepat Jeno mendorong tubuh Siyeon yang memeluknya, dia tidak ingin melukai perasaan Ryaline jika melihat semua ini. "Siyeon lepas, lo apa apa sih?!" Sarkas Jeno.
Bukannya melepaskan pelukannya Siyeon malah memeluk Jeno semakin erat, "Aku kangen sama kamu, Jen. Maafin aku." Lirih nya.
"Lepas atau gue kasar sampai lupa kalau lo perempuan?!" Ancam Jeno.
Siyeon tidak mengubris ancaman dari Jeno, dia masih tetap memeluk Jeno dengan erat sambil menangis. "Jeno maafin aku, aku nyesel. Aku cuman sayang sama kamu Jeno, cuman kamu." Ucapnya.
Jeno berdecak sebal, "Kalau lo cuman sayang sama gue, gak mungkin lo selingkuh sama Hyunjin. Lagian gue udah gak sayang sama lo, gue udah mutusin buat ngasih hati gue sepenuhnya buat tunangan gue. Sekarang gue sadar cuman dia yang bisa mencintai gue dengan tulus." Ucap Jeno.
Siyeon menggeleng mendengar ucapan Jeno. "Gak mungkin! Kamu pasti masih sayang sama aku, gak mungkin kamu bisa lupain aku secepat itu, dua tahun lebih bukan waktu yang singkat Jeno. Aku sayang sama kamu, cuman kamu. Hyunjin cuman pelarian aku di saat kamu mulai gak ada waktu buat aku." Ucap Siyeon.
"Gue selama ini menjadikan lo yang utama, Yeon. Gue selalu mikirin perasaan lo tanpa gue mikirin perasaan Ryaline sedikitpun. Tapi lo gak pernah ngerasa cukup sampai cari pelarian, sedangkan Ryaline yang gue sakitin, dia malah setia dan tulus tetap mencintai gue. Dari situ gue sadar, gue udah salah mencintai dan mempertahankan seseorang. Gue udah nentuin pilihan gue buat menjadikan Ryaline satu satunya wanita di hati dan di hidup gue, jadi gue harap lo gak usah ganggu gue sama Ryaline lagi. Gue mau bahagia sama dia. Dan lo bisa bahagia sama Hyunjin."
Siyeon semakin terisak, dia tidak terima dengan semua yang Jeno ucapkan. "Gak Jeno! Cuman aku wanita satu satu nya yang boleh ada di hati kamu, cuman aku yang boleh jadi teman hidup kamu, bukan Ryaline! Kamu cuman boleh bahagia sama aku, kita harus kembali jadi kita yang dulu!" Tegas nya.
Jeno menggeleng, kali ini dia benar benar mendorong Siyeon dengan kasar agar pelukannya terlepas. "Gue gak bisa, Yeon! Gue cuman mau Ryaline, sampai kapanpun itu." Tegas Jeno.
Jeno segera beranjak untuk pergi, dia masuk ke dalam toilet perempuan untuk mencari Ryaline, dia rasa Ryaline melihat semuanya, tidak mungkin dia berada di dalam toilet selama itu.
Dan benar saja, toilet perempuan sudah kosong, tidak ada siapapun di dalam sana.
Jeno kembali keluar dari toilet, dia akan mencari Ryaline, namun dirinya malah menemukan Siyeon yang masih diam di tempatnya.
"Gimanapun caranya aku bakal ambil kamu lagi dari Ryaline. Kamu bakal tetap jadi milik aku, Jeno." Tegas Siyeon.
Tanpa memikirkan dan menjawab ucapan Siyeon, Jeno lebih memilih mencari keberadaan tunangannya, dia tidak ingin Ryaline salah paham sampai merajuk pada nya, apalagi sampai Ryaline merasakan sakit karena kesalah pahaman ini.
Jeno berlari menyusuri setiap bagian sekolah yang mungkin akan di lewati oleh Ryaline, namun sampai saat ini dia belum menemukan Ryaline, sampai gerbang sekolah pun dia belum menemukan keberadaan Ryaline.
"Astaga, Rya. Kamu kemana sih?" Gumam Jeno frustasi.
Jeno mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Ryaline, berharap Ryaline akan mengangkat panggilannya itu, namun sayang nya ponsel Ryaline tidak aktif.
Jeno mengacak rambut nya frustasi, berjalan ke arah parkiran dimana mobil nya berada, dan dia begitu terkejut saat melihat Ryaline tengah berdiri di depan mobil Jeno sambil menunduk lesu.
Dengan cepat Jeno berlari mengahampiri Ryaline dan membawa Ryaline kedalam dekapannya, tentu saja hal itu berhasil membuat Ryaline terkejut. "Kamu bikin aku panik tau gak? Aku nyariin kamu kemana mana, taunya malah nunggu disini." Ucap Jeno.
"Maaf." Lirih Ryaline.
Jeno melepaskan pelukannya, menangkup kedua pipi Ryaline dan menatap mata Ryaline yang sudah berkaca kaca. "Kamu liat aku sama Siyeon tadi?" Tanya Jeno.
Ryaline hanya mengangguk.
"Terus kenapa kamu gak panggil aku dan samperin aku? Kenapa kamu malah kesini duluan? Aku kan disana nunggu kamu, tapi malah di tinggal."
"Takut ganggu kamu sama Siyeon."
Jeno buru buru menggeleng tidak setuju. "Jangan pernah mikir kaya gitu, dan lain kali jangan pernah kaya gini lagi. Kamu prioritas aku, Rya. Kamu boleh ganggu aku kapanpun, dimanapun, dan sama siapapun, apalagi Siyeon. Kamu punya hak atas diri aku, ya?"
"Tapi Siyeon kan pac—"
"Dia udah bukan siapa siapa aku, Ryaline. Kamu lupa kalau aku udah putus sama dia? Kamu percaya kan sama aku kalau kamu itu satu satunya wanita buat aku selain Mama? Kamu percaya kan kalau cuman kamu wanita yang aku sayang? Aku cuman mencintai tunangan aku, dan itu kamu." Ucap Jeno.
Ryaline bungkam, sebenernya Ryaline tidak menduga sama sekali bahwa Jeno akan mengucapkan kata cinta nya pada Ryaline. Karena yang pernah Ryaline dengar adalah kata kata cinta dari Jeno saat Jeno tidak sadarkan diri, saat Jeno tengah mabuk karena minuman beralkohol.
Tapi kali ini, Ryaline mendengar Jeno mengucapkan rasa cinta nya pada Ryaline dalam keadaan sadar, tanpa pengaruh alkohol. Dan itu jelas membuat Ryaline benar benar bahagia, apalagi nada suara Jeno yang terdengar begitu tulus.
"Hei, kok malah diem? Kamu gak percaya sama aku?" Tanya Jeno.
Ryaline langsung memeluk Jeno dengan erat, "Aku percaya." Lirih nya.
Jeno tersenyum mendengar nya, dengan cepat Jeno membalas pelukan Ryaline tak kalah eratnya, "Aku janji, kamu bakal jadi wanita terakhir untuk aku, dan aku udah yakin buat jadiin kamu teman hidup aku. Cuman kamu wanita yang aku cintai, Ryaline."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fiancé | Jeno [Sudah Terbit]
Fiksi PenggemarKetika Jeno yang terlalu naif akan perasaan nya pada sang tunangan, lebih memilih bertahan pada ego untuk terus bersama sang kekasih di bandingkan menyadari cinta nya pada sang tunangan. Akan kah Jeno menyadari semua itu dan memperbaiki semua nya...