Twenty Three

17.8K 2.5K 167
                                    

Pagi ini seharusnya Jeno pergi ke sekolah, namun entah sudah berapa hari ini dia enggan untuk pergi ke sekolah dan terus mengurung dirinya di kamar.

Jeno sudah bangun dari tidur nya, lebih tepat nya dia memang belum tidur dari semalam, keadaan kamar Jeno benar benar kacau, sebanding dengan keadaan pemiliknya.

Tok! Tok! Tok!

"Jeno, ini Abang." Teriak Doyoung di balik pintu kamar Jeno.

"Gue tau ya lo udah bangun, cepet buka pintu nya!" Tegas Doyoung.

Lagi lagi tak ada jawaban dari Jeno, bagaimana Jeno bisa menjawab, dia tengah melamun dengan sebatang rokok di tangannya.

Panggilan dan suara ketukan dari pintu sama sekali tidak terdengar oleh Jeno.

Doyoung sebenarnya takut adik nya itu berbuat macam macam di dalam sana, melakukan hal yang bisa melukai dirinya sendiri atau bahkan menghilangkan nyawa nya sendiri.

Dengan cepat Doyoung mengambil kunci cadangan kamar Jeno di laci dekat kamar orang tua nya, setelah mendapatkan kunci itu, Doyoung buru buru kembali ke kamar Jeno dan membuka kamar itu.

Dan Doyoung benar benar di beri kejutan saat melihat keadaan kamar Jeno sekaligus keadaan Jeno nya sendiri. Doyoung segera masuk ke dalam kamar adik nya itu, menutup kembali pintu kamar agar Ibu nya tidak mengetahui keadaan kamar anak bungsu nya itu.

"Lo gila, Jen?!" Tanya Doyoung kesal sambil menepis rokok yang ada di tangan Jeno sampai rokok itu terjatuh ke lantai.

Dengan cepat Doyoung menginjak puntung rokok tersebut sampai padam.

Lantai kamar Jeno benar benar kotor, penuh sampah bekas rokok, baju kotor berserakan, dan hal yang paling membuat Doyoung sangat marah adalah beberapa botol bekas minuman beralkohol.

"Kenapa sih, Bang? Lo ngapain kesini? Gue mau sendiri, gak mau di ganggu." Ketus Jeno.

Doyoung menghela nafas, dia berusaha mengalah agar tidak terbawa emosi. "Kalau ada masalah, cerita sama gue. Jangan kaya gini." Ucap Doyoung.

Jeno masih enggan menjawab, dia masih diam dengan pikiran nya tentang Ryaline, ternyata sebesar ini pengaruh Ryaline di hidup nya.

Merasa tak mendapatkan jawaban dari adik nya, Doyoung memilih duduk di samping Jeno, lalu ia menepuk pelan pundak sang adik. "Lo sampai segini nya karena Siyeon, Jen?" Tanya Doyoung.

Bukannya menjawab, Jeno malah tertawa, dia muak mengapa semua orang berpikir bahwa dirinya seperti ini karena Siyeon.

Doyoung memuluk lengan adik nya itu, "Jangan malah ketawa kaya gitu anjir, gue serem jadinya. Lo gak kesurupan kan, Jen?" Tanya Doyoung sedikit takut.

Jeno berhenti tertawa, "Kalau gue bilang gue kaya gini karena Ryaline, lo percaya, Bang?" Tanya Jeno.

Doyoung langsung terkejut, tanpa
sadar dia juga menggelengkan kepala nya, dan hal itu membuat Jeno tersenyum sendu. Jeno yakin tidak akan ada yang mempercayai nya, jadi rasanya percuma juga jika dirinya harus bercerita.

Melihat perubahan wajah adiknya yang semakin murung, Doyoung langsung berusaha sadar kembali. "Maksud gue, kenapa bisa? Lo sama Ryaline kenapa? Bukannya kalian udah baik baik aja?" Tanya Doyoung.

"Gue udah ngasih harapan buat Ryaline kalau gue bakal berubah, gue tau sikap gue yang berubah baik sama dia pasti buat dia menaruh harapan lebih kalau gue bisa nerima dia sebagai tunangan nya. Tapi karena kebodohan gue, gue malah hancurin harapan itu dengan kembali menjadi Jeno yang jahat dan selalu kasar sama dia."

Fiancé | Jeno  [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang