Three

20.7K 3.3K 429
                                    

Pagi ini, Jeno sama sekali tidak menemukan Ryaline di kursi nya. Padahal biasanya gadis itu datang tepat waktu. Tapi kali ini, sampai detik dimana bell masuk berbunyi pun gadis itu belum juga mucul.

Sampai masuk jam istirahat pertama pun gadis itu masih menghilang dan tidak datang ke sekolah tanpa keterangan yang jelas.

Pikiran Jeno kalut sekarang, pikirannya penuh dengan rasa khawatir nya terhadap Ryaline yang mengilang tanpa kabar.

Somi dan yang lain sudah mencoba menghubungi gadis itu, namun tak ada satu pun panggilan atau pesan dari mereka yang di respon oleh Ryaline.

Bahkan, Jeno pun langsung mencoba menghubungi gadis itu, namun tetap sama, panggilan dari Jeno pun tak ada jawaban sama sekali.

"Jeno! Kamu denger gak sih aku ngomong?!"

Jeno kini tengah berada di kantin sekolah bersama Siyeon, sedari tadi Siyeon mengajak nya berbicara, tapi Jeno tidak merespon nya sama sekali.

Raga Jeno mungkin ada disini, tapi jiwa dan pikiran nya melayang kemana mana.

"Kenapa sih, Yeon? Aku lagi pusing."

Siyeon berdecak sebal, "Kamu mikirin apa sih? Aku ada disini loh, di samping kamu. Jadi apalagi yang kamu pikirin sampai bengong kaya gitu." Tanya Siyeon kesal.

Jeno hanya menggeleng, dan hal itu membuat Siyeon semakin kesal dan pergi meninggalkan Jeno sendirian.

Mungkin biasanya Jeno akan segera mengejar Siyeon dan membujuk gadis itu agar tidak merajuk lagi. Tapi kali ini berbeda, Jeno malah membiarkan nya dan melanjutkan lamunan nya tentang Ryaline yang tiba tiba menghilang.

"Lo udah coba hubungin Ryaline?"

"Udah, tapi sampai sekarang gak ada jawaban sama sekali."

"Jaem, kapan terakhir lo chatting an sama Ryaline? Dan terakhir dia baik baik aja kan?"

"Kemarin sore, chat gue gak dia bales lagi."

Jeno diam diam menyimak teman teman nya yang tengah khawatir pada Ryaline yang menghilang tanpa kabar.

Sampai akhirnya Jeno merasa dirinya harus bertidak dan mencari tahu kebeneran nya sendiri.

Jeno meninggalkan area sekolah. Dia bergegas menjalankan motor nya dengan kecepatan di atas rata rata untuk segera sampai di rumah Ryaline.

Tanpa permisi dan tanpa basa basi. Jeno langsung masuk ke dalam rumah Ryaline, memasuki rumah yang cukup besar itu dan langsung menuju kamar sang gadis.

Rumah memang sangat lah sepi, mungkin Ayah Ryaline tengah bertugas, dan pembantu yang biasa menemani Ryaline sedang pulang ke kampung halaman nya karena ada kepentingan.

Kamar Ryaline terkunci dari dalam, Jeno mencoba mengetuk pintu dengan tak sabaran.

"Ryaline, buka! Ini gue, Jeno!"

Bahkan itu bukan lagi sebuah ketukan pintu, tangan Jeno mengepal kuat kuat, sehingga suara yang di hasilkan cukup keras.

Jeno semakin kalut, jujur dia takut sekarang. Dia takut sesuatu yang buruk terjadi pada Ryaline.

Tanpa pikir panjang, Jeno mulai mendobrak pintu kamar Ryaline. Tanpa memikirkan tubuh nya yang harus menghantam pintu kayu jati yang cukup kokoh itu.

Sampai akhirnya, Jeno berhasil membuka pintu kamar Ryaline.

Mata Jeno melotot sempurna saat melihat Ryaline terbaring di lantai, dengan darah yang sudah cukup mengering di pelipis dan pipi nya, jangan lupakan pecahan gelas kaca yang berada di dekat wajah Ryaline.

Fiancé | Jeno  [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang