"MARKKKK!" Panggil Ryaline.
Mark menghentikan langkahnya menuju kantin, sedangkan Ryaline mempercepat langkahnya untuk segera menghampiri Mark.
Setelah Ryaline sampai di hadapan Mark, Mark langsung mengusap pucuk rambut milik Ryaline, "Di anter sama siapa?" Tanya Mark.
"Sama Ayah."
Mark mengangguk lalu merangkul pundak Ryaline, "Ke kantin dulu ya, mau?" Tanya Mark.
Ryaline hanya mengangguk setuju, lalu mereka berdua berjalan dan memasuki area kantin. Disana ada Haechan dan Renjun yang tengah menikmati sarapan mereka masing masing.
Ryaline dan Mark pun langsung menghampiri kedua nya, duduk di depan keduanya.
"Chan, tumben lo jam segini udah dateng." Sindir Mark.
"Kan dia di tempelin hantu sekolah, jadi gak ada hujan gak ada petir, dia tiba tiba dateng lebih awal." Jawab Renjun.
Dan hal itu langsung membuat Renjun mendapatkan hadiah pukulan dari Haechan, "Ngomong nya suka sembarangan, kalau beneran gimana anjir?!" Ketus nya.
"Ya kalau bener, berarti lo selama ini di tempelin hantu sekolah."
"RENJUN BANGSAT!!!" Pekik Haechan.
Mark dan Ryaline hanya bisa tertawa sambil menggelengkan kepala nya, melihat keributan dua orang di hadapannya ini bukan lah hal yang aneh, karena ini memang sering terjadi pada mereka berdua.
"Lo udah sarapan?" Tanya Mark pada Ryaline.
Ryaline mengangguk ragu, "Udah."
"Tau kalau bohong itu dosa?"
Lagi lagi Ryaline mengangguk, "Tau." Cicit nya.
Mark tersenyum dengan sedikit menganggukan kepala nya, "Lo udah sarapan?" Ulang nya.
"Belum." Lirih Ryaline.
"Nah, ini baru Ryaline. Selalu jujur dan gak pernah bohong, belajar bohong dari siapa sih? Hmm?"
Dengan cepat Ryaline menunjuk seseorang di hadapannya, "Haechan." Ucapnya.
Mark rasanya semakin merasa gemas melihat kepolosan gadis ini, benar benar gadis yang lugu.
Sedangkan Haechan yang di tuduh sebagai oknum yang mengajari hal yang tidak baik, langsung melotot tidak terima. "Kok gue anjir?" Tanya nya.
Renjun tertawa begitu puas saat Ryaline menunjuk Haechan sebagai orang yang mengajarinya berbohong. "Ryaline tahu mana yang suka bohong hidupnya." Ucap Renjun di sela tawa nya.
"Sialan, gue mulu perasaan."
Haechan kesal sedangkan Ryaline hanya tertawa polos.
"Gue beliin sarapan buat lo, nanti makannya gue suapin, ya?" Tanya Mark.
Ryaline mengangguk semangat, dia memang selalu seperti ini, dia akan semangat makan jika ada yang menyuapinya.
Setelah membeli sarapan untuk Ryaline, Mark segera kembali dan mulai menyuapi Ryaline makanan.
"Eh, kalian tau gak?" Tanya Haechan serius.
Semua langsung terlihat antusias, apalagi Ryaline yang seperti nya sudah sangat penasaran dengan kelanjutan cerita dari Haechan.
Kecuali Renjun, dia terlihat acuh. "Engga." Jawabnya.
Lagi lagi Haechan memukul lengan Renjun, "Gue belom selesai ngomong." Ketus nya.
Renjun mengusap lengannya yang terkena pukulan Haechan, lalu dia berdecak sebal. "Ck, iya apaan? Tapi kaga usah pake mukul juga kali." Ucap Renjun tak kalah ketus.
"Apaan? Buru." Ucap Mark tak sabaran.
Haechan menunjuk seseorang dengan dagu nya, semua nya refleks melihat ke arah yang Haechan masuk, ke arah seseorang yang baru datang memasuki area kantin.
"Terus apa anjing?! Si Jeno?" Tanya Renjun kesal.
"Iya, itu si Jeno mau kesini." Jawab Haechan acuh.
Mark dan Renjun sama sama berdecak sebal, memang benar ucapan Haechan itu tidak pernah penting. Dan mereka berdua sangat menyesal sudah serius menanggapi ucapan dari Haechan.
Jeno duduk di kursi sebelah Ryaline, melihat ke arah Ryaline yang sedang di suapi oleh Mark. Melihat itu, Jeno hanya bisa tersenyum tipis, dia tidak boleh cemburu apalagi sampai marah pada Ryaline, dia harus mengatur emosi nya, agar hubungannya dengan Ryaline bisa membaik.
"Somi mana ya? Dia belum dateng?" Tanya Ryaline.
"Udah kok, dia udah di kelas." Jawab Jeno.
"Hah? Somi udah di kelas?" Tanya Haechan.
Jeno mengangguk, "Tadi gue simpen tas gue dulu di kelas, ada Somi disana. Gue ajak ke kantin katanya mager."
Haechan langsung meminum air minum miliknya dengan terburu buru, setelah itu dia langsung pamit ke kelas.
Haechan pergi, Jaemin datang. Dia menduduki tempat dimana Haechan tadi duduk.
Jaemin tersenyum pada Ryaline yang tengah di suapi oleh Mark, "Harus di suapin terus." Ejek Jaemin gemas sambil mencubit pipi Ryaline.
"Ya gimana aku dong, orang Mark nya juga mau nyuapin aku." Ucap Ryaline.
Jaemin mengangguk, "Iya tuan puteri." Ucapnya sambil mengusap pucuk rambut Ryaline.
Semua orang disana tersenyum melihat kelembutan yang Jaemin berikan pada Ryaline, termasuk Jeno.
Bibirnya tengah tersenyum, namun hati nya sedang merasakan sesak. Seharusnya dia yang memperlakukan Ryaline seperti itu, bukan malah lelaki lain.
Jeno berdehem, membuat semuanya beralih menatap nya. "Kenapa?" Tanya Jeno.
Mark, Renjun dan Jaemin hanya menggeleng. Sedangkan Ryaline hanya diam.
Jeno melihat ke arah Ryaline yang berada di samping nya, sedari tadi ada hal yang ingin Jeno sampaikan pada Ryaline, namun dia sedikit takut untuk menyampaikannya pada Ryaline.
Jeno mencoba untuk memberani kan diri, "Rya. Pulang sekolah nanti lo ada waktu gak?" Tanya Jeno.
Ryaline sempat berpikir, "Emang kenapa?" Tanya Ryaline bingung.
"Gue mau aj—"
"Oh iya, aku baru inget ada janji sama Kak Jaehyun sama Jaemin." Potong Ryaline saat melihat Jaemin yang tengah menatap nya.
Ryaline baru ingat bahwa dirinya sudah memiliki janji dengan Jaemin dan kakak nya itu, mereka akan pergi ke bioskop, menonton film yang selama ini Ryaline tunggu tunggu.
Mendengar itu, Jeno hanya mengangguk pasrah. "Okey." Lirih nya.
"Emang nya ada apa, Jen?" Tanya Ryaline.
Jeno menggeleng, "Gak ada apa apa kok, gak penting juga." Jawab Jeno.
Ryaline hanya mengangguk paham.
"Mau kemana sih? Kok gak ajak ajak." Ucap Mark.
"Jangan di kasih tau, Rya. Nanti dia mau ikut." Ucap Jaemin.
"Ih anjir, kok gitu? Kok gue gak boleh ikut?" Tanya Mark tak terima.
"Ini acara keluarga, khusus untuk para kakak beradik, kita mau sibling time. Lo nonton sama Bang Taeyong aja sana."
Ryaline hanya bisa tertawa melihat pertengkaran kecil antara Jaemin dan Mark. Tanpa dia sadari keadaan Jeno yang sedang merasa sangat kecewa karena rencana nya untuk mengajak Ryaline berkencan harus gagal.
Hanya Renjun yang paham bahwa Jeno kini tengah kecewa, dia peka akan keadaan Jeno sekarang, dia tahu Jeno sudah sangat menyesal dan sedang berusaha memperbaiki semuanya.
Diam diam Renjun menepuk tangan Jeno pelan, membuat Jeno yang sedang menunduk akhirnya mendongkak ke arah nya, Renjun berbicara tanpa suara. "Semangat, jangan nyerah!"
Jeno tersenyum saat mendapatkan dukungan dari salah satu sahabatnya itu. Dia bersyukur, setidaknya ada salah satu sahabatnya yang sedang mendukung nya dan memberikan semangat untuk nya berjuang.
"Thanks."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fiancé | Jeno [Sudah Terbit]
FanficKetika Jeno yang terlalu naif akan perasaan nya pada sang tunangan, lebih memilih bertahan pada ego untuk terus bersama sang kekasih di bandingkan menyadari cinta nya pada sang tunangan. Akan kah Jeno menyadari semua itu dan memperbaiki semua nya...