Hari ini Ryaline pulang dari rumah sakit, bersama sang Ayah.
Ayah Ryaline baru tahu anak nya di rawat di rumah sakit beberapa hari yang lalu, Ryaline meminta kepada Mama Jeno untuk tidak menceritakan tentang keadaannya pada sang Ayah.
Sampai akhirnya Ayah Ryaline pulang saat pekerjaan nya di luar kota selesai, dan mendapatkan kejutan bahwa anaknya tengah di rawat di rumah sakit setelah beberapa hari.
Sampai kamar, Ryaline langsung kembali berbaring di kasur nya, di bantu sang Ayah agar Ryaline dapat istirahat kembali.
Keadaan Ryaline memang sudah cukup membaik sekarang, namun Ryaline tetap masih membutuhkan istirahat yang lebih agar keadaannya tidak memburuk lagi.
Luka luka di wajah nya sudah cukup mengering sekarang, namun masih butuh perawatan agar bisa segera pulih kembali.
"Sekarang kamu istirahat ya sayang. Biar Ayah siapin makan siang buat kamu, Ayah bakal masakin makanan kesukaan kamu."
Ryaline mengangguk, "Makasih, Yah."
"Lain kali kamu gak boleh kaya gini lagi ya, sayang? Jangan sembunyiin keadaan kamu, kamu itu prioritas Ayah, kamu itu yang utama. Gimana bisa Ayah ngebiarin anak kesayangan Ayah sendirian di saat keadaan buruk nya."
Ryaline tersenyum, memeluk perut sang Ayah dengan eratnya. "Ryaline gak sendiri, Ayah. Ada orang tua Jeno, ada Jaemin, Mark, Somi dan yang lainnya. Maaf karena Ryaline gak bilang sama Ayah soal keadaan Ryaline. Ryaline cuman gak mau Ayah khawatir."
"Jelas Ayah khawatir. Anak Ayah satu satu nya, satu satu nya harta Ayah, sakit dan Ayah gak tahu tentang itu semua."
"Maaf, Ayah. Ryaline janji gakkan kaya gitu lagi."
Ayah Ryaline mengelus lembut rambut panjang putri nya. "Kamu tadi sebutin orang orang yang nemenin kamu selama Ayah gak ada, Jeno?"
Ryaline mengangguk, "Ada kok, Yah. Bahkan Jeno yang bawa Ryaline ke rumah sakit, dia yang udah selametin nyawa Ryaline."
"Tapi, Ayah gak pernah liat Jeno? Ayah sama sekali gak liat Jeno dateng ke rumah sakit selama kamu di rawat."
"Jeno sibuk, Yah."
Ayah menarik Ryaline untuk duduk, menangkup wajah gadis itu dengan kedua tangannya. "Ayah udah bilang sama kamu, Rya. Kamu boleh mundur dan memutuskan pertunangan ini. Ayah sama orang tua Jeno gak bisa liat kamu terus terusan di sakitin Jeno kaya gini, Bunda kamu juga di atas sana pasti ngerti. Dan dia juga pasti gak suka liat kamu menderita disini, jeno gak pantes untuk kamu sayang." Ucap sang Ayah.
"Ayah gak perlu khawatir. Ryaline pasti bakal mundur kalau Ryaline udah bener bener gak sanggup. Satu tahun ini, Ryaline udah terbiasa kok sama sikap dan sifat Jeno yang kaya gitu."
"Tapi, sayang—"
"Ayah katanya mau masakin Ryaline. Mending Ayah masak aja, Ryaline udah gak kuat laper." Potong Ryaline.
Ayah Ryaline hanya bisa menghela nafas, dia tahu betul bahwa anak gadis nya ini tengah mengalihkan pembicaraan.
"Kamu berhak bahagia sayang, Ayah yakin suatu saat nanti kamu akan bahagia, dan Jeno bakal mendapatkan balasan atas apa yang udah dia lakuin ke kamu."
Ryaline langsung menggeleng, "Ayah gak boleh ngomong gitu, Ayah gak boleh doain yang engga engga buat Jeno. Doain aja Jeno bisa berubah."
Ayah tersenyum, anak gadisnya ini memang memiliki hati yang cantik. Sebesar apapun Jeno menyakiti nya, dia tidak pernah sedikitpun mendoakan hal hal yang buruk untuk Jeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fiancé | Jeno [Sudah Terbit]
Fiksi PenggemarKetika Jeno yang terlalu naif akan perasaan nya pada sang tunangan, lebih memilih bertahan pada ego untuk terus bersama sang kekasih di bandingkan menyadari cinta nya pada sang tunangan. Akan kah Jeno menyadari semua itu dan memperbaiki semua nya...