Malam ini Ryaline tiba tiba mimisan, mungkin karena suhu di daerah perkemahan yang memang sangat dingin, dan tubuh Ryaline yang tidak bisa beradaptasi akan hal itu, membuat Ryaline tiba tiba mimisan.
Somi yang panik melihat Ryaline mengeluarkan banyak darah di hidungnya, langsung membawa Ryaline ke posko kesehatan.
Ini sudah cukup larut malam, beberapa di antara mereka pasti sudah tertidur, dan yang pasti semua sudah masuk ke dalam tenda nya masing masing.
Tapi tidak dengan Jeno, dia tengah memikirkan semua yang baru saja terjadi, jujur hati Jeno tidak percaya akan apa yang Siyeon katakan saat mengingat keadaan Ryaline saat itu, tapi diri nya sulit untuk menerima kenyataan itu.
Sampai mata Jeno tidak sengaja melihat Somi yang tengah membopong tubuh Ryaline menuju posko kesehatan.
Tanpa pikir panjang Jeno langsung menghampiri Ryaline yang sudah masuk ke dalam posko kesehatan bersama Somi, Jeno melihat Ryaline tengah berbaring di salah satu ranjang yang ada.
Di posko kesehatan memang ada ranjang kecil, untuk para siswa yang sedang sakit.
Jeno langsung mendekat, melihat wajah Ryaline yang sangat pucat, dengan darah yang masih keluar dari hidung nya namun di tahan oleh tissue.
"Somi, Ryaline kenapa?" Tanya Jeno.
Somi terperanjat kaget, dia tengah panik melihat keadaan sahabat nya, lalu di kejutkan oleh Jeno yang tiba tiba datang dan memberikan pertanyaan tanpa salam.
"Mimisan." Jawab Somi.
Penjaga posko kesehatan menghampiri Ryaline, memberikan Ryaline pertolongan pertama agar darah di hidung nya berhenti mengalir.
Tak lama, mimisan Ryaline akhirnya berhenti.
Jeno dan Somi sama sama bernafas lega, sedari tadi mereka benar benar panik dan cemas melihat Ryaline yang terlihat lemas akibat darah nya yang terus terusan keluar.
"Lo balik ke tenda, sana tidur. Ryaline biar gue yang jagain." Titah Jeno.
Somi menggeleng, "Gue mau temenin Ryaline aja disini."
Ryaline yang memang belum tidur pun tersenyum tipis pada Somi, "Kamu balik ke tenda aja, Som. Biar kamu bisa tidur, gak usah khawatir, aku baik baik aja kok." Lirih Ryaline.
"Masih bisa bilang baik baik aja setelah ngeluarin darah sebanyak itu?!" Tanya Somi kesal.
"Jangan di marahin, Somi. Ryaline baru beres mimisan malah lo marahin." Bela Jeno.
Somi menghela nafas, "Maaf, aku bener bener khawatir sama kamu." Ucap Somi.
"Gak apa apa kok, balik ke tenda ya? Makasih udah bawa aku kesini." Ucap Ryaline.
Somi mengangguk, lalu kini tatapan nya beralih pada Jeno, Somi menatap Jeno dengan tajam. "Awas kalau lo gak becus lagi jagain nya, gue gakkan percaya lagi sama lo." Ancam Somi.
Jeno hanya mengangguk acuh mendengar ancaman dari Somi, setelah itu Somi memeluk Ryaline untuk pamit kembali ke tenda mereka.
Setelah Somi pergi, Jeno memilih duduk di kursi yang memang disediakan untuk para siswa yang mungkin mau menemani temannya yang sakit.
Jeno menatap wajah pucat Ryaline, pipi Ryaline sudah tidak begitu memerah, namun luka bekas cakaran nya masih ada. Sedangkan Ryaline tengah menatap langit langit posko kesehatan dengan tatapan kosong nya.
"Tidur, Rya." Ucap Jeno lembut.
Ryaline terperanjat kaget mendengar suara lembut milik Jeno untuk nya, lalu dia tersenyum dan mengangguk.
Ryaline menutup kedua mata nya, tapi rasa nya dia sulit tertidur karena suhu disini yang begitu dingin. Ryaline meringkuk akibat kedinginan padahal dia sudah menggunakan jaket dan selimut.
Jeno menyadari hal itu, dia sadar bahwa Ryaline kini tengah gelisah dan sulit tidur karena dingin.
Jeno melepas hoodie yang dia pakai, lalu dia membangunkan Ryaline yang tengah menutup mata nya. "Pake ini, biar lo makin anget." Ucap Jeno sambil membantu Ryaline untuk duduk dan membantu Ryaline untuk memakai hoodie miliknya.
"Tapi, nanti kamu kedinginan Jeno." Ucap Ryaline.
"Gak apa apa, gue kuat kok."
Ryaline menggeleng, berniat membuka lagi hoodie milik Jeno yang sudah ia pakai, dia tidak mungkin membiarkan Jeno hanya dengan menggunakan kaos tipis, itu bisa membuat Jeno sakit nanti nya.
Jeno menahan pergerakan Ryaline, lalu dia membawa Ryaline untuk berbaring bersama nya, membawa Ryaline kedalam dekapannya, mereka berbaring di ranjang yang sama dengan selimut yang tengah menyelimuti mereka, dan dengan keadaan Jeno yang memeluk tubuh mungil milik Ryaline.
"Sekarang gue udah gak dingin lagi." Ucap Jeno.
Ryaline mematung, jantung nya semakin berdegup lebih kencang. Dia tidak percaya kini Jeno tengah mendekap tubuh nya, memberikan kehangatan untuknya.
Mereka sama sama bisu, keadaan hening bukan berarti mereka telah tertidur. Mata mereka sama sama terbuka, namun mereka asik dalam lamunan mereka masing masing.
Jeno sedikit menunduk untuk melihat wajah Ryaline yang sejajar dengan dada nya, dia pikir gadis itu sudah tertidur, ternyata belum.
"Rya, jawab jujur. Yang bikin pipi lo luka kaya gini, Siyeon?" Tanya Jeno sambil mengusap lembut pipi milik Ryaline.
Ryaline mendongkak untuk menatap mata Jeno yang kini tengah menatapnya juga, "Emang kalau aku jawab kamu bakal percaya sama aku, Jen?" Tanya Ryaline.
"Jawab aja."
Ryaline hanya mengangguk, setelah itu Jeno menghela nafas dan semakin mengeratkan pelukannya pada Ryaline. "Maaf, maafin Siyeon." Ucap Jeno.
Ryaline menggeleng, "Kamu gak usah minta maaf, apalagi minta maaf atas nama Siyeon, lagian aku gak apa apa kok."
Jeno benar benar tak habis pikir dengan tunangan nya ini, terbuat dari apa hati seorang Ryaline? Kenapa dia begitu baik dan tulus, dan tidak pernah memiliki dendam sedikitpun?
Ternyata memang benar, Ryaline adalah wanita yang paling baik yang pernah ia temui. Ryaline memang malaikat tak bersayap.
"Yaudah sekarang lo tidur, udah malem." Ucap Jeno sambil mengelus punggung Ryaline dengan lembut.
Ryaline tersenyum karena perlakuan lembut yang Jeno berikan padanya, hatinya menghangat karena sikap Jeno sekarang.
"Udah anget kan sekarang? Udah gak dingin? Atau masih dingin juga?" Tanya Jeno.
"Udah kok, malah anget banget." Jawab Ryaline.
Jeno tersenyum lalu mengecup kening Ryaline, "Yaudah tidur ya, Ryaline."
Ryaline mengangguk semangat lalu menutup matanya sambil tersenyum, dia yakin ini akan menjadi malam yang paling indah bagi nya bersama tunangan nya ini.
Entah dorongan dari mana, tapi Jeno benar benar tulus ingin memperlakukan Ryaline dengan baik, mungkin dia belum bisa melepaskan Siyeon, tapi dia juga tidak ingin melepaskan Ryaline atau bahkan kehilangan tunangan nya itu.
Jadi, mulai sekarang dia bertekad untuk diam diam memperlakukan Ryaline sebagai tunangannya dengan baik di belakang Siyeon, kekasih nya.
Setelah memastikan tunangannya tidur dalam dekapannya, Jeno tersenyum sambil melihat wajah tenang milik tunangan nya itu.
"Sleep tight, Ryaline."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fiancé | Jeno [Sudah Terbit]
FanficKetika Jeno yang terlalu naif akan perasaan nya pada sang tunangan, lebih memilih bertahan pada ego untuk terus bersama sang kekasih di bandingkan menyadari cinta nya pada sang tunangan. Akan kah Jeno menyadari semua itu dan memperbaiki semua nya...