Terungkap?

26.8K 1K 41
                                    

"Kebohongan adalah sebuah kesalahan yang fatal, entah itu demi kebaikan atau bukan.

Tapi kebohongan tetaplah kebohongan dan akan tetap salah jika dilakukan."

.
.
.
.

Elena terus mondar-mandir menunggu kepulangan suaminya. Sebenarnya urusan bisnis apa yang membuat Aldric begitu sibuk di saat bulan madunya? Kenapa juga Aldric tidak pulang semalaman bahkan tidak bisa di hubungi. Apa sebenarnya yang tengah terjadi? Benarkan ini hanya urusan bisnis.

Ceklek.

"Kak, kenapa baru pulang? Aku cemas nungguin Kakak tahu!" ujar Elena.

"Maaf, Lena, semalam 'kan aku udah bilang jangan nungguinaku. Aku sibuk sama beberapa proyek dan menginap di tempat rekan kerjaku," jawab Aldric berbohong.

Seharian ini Aldric menemani Hana berjalan-jalan dan berbelanja, mereka bermesraan layaknya suami istri, sedangkan Elena yang merupakan istri sah dari Aldric malah kelimpungan dipenginapan menunggu suaminya yang tidak ada kabar.

"Padahal aku pengin jalan-jalan sama Kakak tau hari ini. Tapi, ya, udahlah gapapa, aku ngerti Kakak capek." Elena mencoba menjadi istri yang pengertian. Dia berusaha menekan rasa cemas, rasa sedih, rasa marah, rasa curiga dan segala rasa yang memenuhi hatinya.

"Makasih yah Len, kamu memang istri yang baik. Tidak salah aku milih kamu." Aldric merasa beruntung memiliki Elena, tapi disisi lain dia juga merasa sangat bersalah. Bagaimana bisa Aldric menyakiti wanita sebaik Elena? Elena terlalu naïf, sejujurnya Aldric semakin ragu untuk terus melanjutkan rencana awalnya dengan Hana.

Akhirnya sore ini Aldric dan Elena hanya tidur-tiduran malas di penginapan, sejujurnya Elena ingin bulan madu yang romantis, tapi baginya asal ada Aldric disamping nya saja sudah sangat membahagiakan.

"Kak, aku mandi dulu yah," pamit Elena dan hanya diangguki oleh Aldric.

Elena keluar hanya dengan handuk yang melilit tubuhnya, seketika Aldric merasa tubuhnya memanas. Mengapa rasanya berbeda sekali saat bersama dengan Hana? Dia melakukannya saja hanya karena terpaksa, sungguh Aldric menyesali dirinya yang begitu tidak bisa tegas saat menolak Hana.

"Len, kalo aku mau kamu malam ini boleh?" tanya Aldric ragu-ragu. Dia merasa malu pada dirinya sendiri, suami macam apa Aldric? Dia bahkan sudah dua kali melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukannya bersama Hana. Dan sekarang? Dengan egoisnya dia meminta haknya pada Elena? Katakanlah Aldric egois, tapi dia benar-benar gila saat bersama dengan Elena. Semuanya mengalir begitu saja, tanpa paksaan atau rasa terpaksa. Hal itu yang membuatnya merasa bahagia ketika melakukannya dengan Elena.

Elena tersenyum mendengar perkataan suaminya. Rona merah memenuhi wajahnya, walau ini bukan pertama kalinya untuk Elena karena dia sudah pernah melakukan hal itu dengan suaminya saat malam pertama mereka. Tapi tetap saja Elena merasa malu saat suaminya membicarakan tentang hak dan kewajiban suami istri.

"Kak, kenapa harus ijin? Aku itu milik Kakak sepenuhnya," jawab Elena.

Aldric berjalan mendekati istrinya dan menarik handuk yang melilit tubuh Elena, seketika tubuh Aldric makin menegang melihat tubuh Elena tanpa sehelai benang pun.

Entah mengapa beda sekali rasanya saat bersama dengan Hana, walau Hana telanjang dan menggodanya, tapi Aldric tidak sebergairah saat melihat Elena. Dia mau menyentuh Hana saja karena terpaksa. Hanya karena Hana yang memaksanya dan hanya karena rasa kasihan serta tidak tega, tapi jika dengan Elena dia melakukannya secara sadar dan sepenuh jiwa.

REVENGE (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang