Penghianat

33.3K 1.1K 10
                                    

"Ketika aku katakan aku mencintaimu, sungguh aku siap memberikan apapun padamu karena kamu adalah suamiku."

.

.

.

Mereka kini telah sampai di kamar pengantin yang sudah di siapkan oleh mama Rita untuk mereka berdua, kamar itu di hias layaknya kamar raja dan ratu. Hiasan bunga-bunga dan dekorasi yang membuat ruangan itu terasa romantis membuat jantung Elena berdebar cepar.

Ini seperti mimpi bisa satu kamar dengan pria pujaan hatinya, kamar ini begitu indah membuat suasana menjadi lebih panas. Apakah Elena benar-benar akan melakukan hubungan suami istri dimalam pertamanya?

Elena yang masih sangat polos dan lugu itu bingung harus seperti apa, tapi kemarin Vio dan Mario meracuni otaknya dengan wejangan-wejangan aneh untuk malam pertama. Padahal mereka berdua saja kan belum menikah, bisa-bisanya memberikan wejangan kepadanya.

Belum lagi mama Rita yang memaksa Elena untuk memakai pakaian tidur yang telah dia siapkan, Elena terkejut saat pertama kali melihat pakaian yang di berikan oleh mertuanya. Tapi Rita menjelaskan dengan detail sampai Elena memahami tentang tugas dan kewajiban seorang istri.

Mau tidak mau Elena harus memberanikan diri, walau dirinya di penuhi rasa takut, cemas, dan malu.

"Huh, dasar yah, Mama. Kamarku udah jadi kaya taman aja penuh bunga begini." Aldric menghela nafasnya saat melihat kamarnya yang sudah di dekor sedemikian rupa oleh mamanya yang sangat antusias saat dirinya memutuskan untuk menikahi Elena.

"Elena, kamu mandi dan ganti baju dulu gih. Habis itu baru bisa istirahat, aku tahu kamu kelelahan," Ujar Aldric.

"Eh, iya, Kak!" jawab Elena gugup.

Dia bergegas pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri setelah melepas gaun pengantinnya. Elena menatap pantulan dirinya di cermin yang berada di kamar mandi. Nampak wajahnya memang memerah karena grogi, biar bagaimana pun juga Elena hanyalah gadis lugu yang bahkan sejak dulu tidak pernah dekat dengan pria selain papanya dan Aldric.

Elena merasa gugup saat mengingat bahwa sekarang dirinya sudah secara sah menjadi istri dari seorang Aldric. Orang yang sangat amat dia cintai, pangeran berkuda putih sekaligus penyelamatnya. Saking tidak percayanya Elena sampai mencubit pipinya sendiri lalu saat dirinya meringis kesakitan. Elena justru tersenyum bahagia, ternyata ini adalah kenyataan. Kenyataan yang terlalu indah sampai masih terasa seperti mimpi.

"Duh, kok jadi deg-degan gini yah. Kalau dipikir-pikir, ini 'kan malam pertama aku sama kak Aldric." Semu rona merah kembali tercetak jelas di wajah ayu gadis itu.

Walau Elena naïf, tapi dia tahu apa artinya malam pertama. Apakah Elena siap menyerahkan dirinya sepenuhnya pada Aldric? Jawabannya adalah iya. Dia sangat siap menyerahkan seluruh hidupnya. Karena ketika dia mencintai Aldric dengan sepenuh hati, maka dia akan menyerahkan apapun yang dia miliki. Karena pada dasarnya sekarang mereka sudah sah menjadi suami istri.

Elena mulai mandi dan membersihkan dirinya, dia juga mengenakan parfum pemberian dari Vio. Namun Elena memutuskan untuk tidak memakai gaun tidur yang diberikan oleh mertuanya. Alasannya adalah karena mertuanya memberikan Elena sebuah gaun tidur tipis yang benar-benar panas menurutnya. Panas di sini yang dimaksud Elena adalah bukan panas dalam artian yang sebenarnya, melainkan panas karena pakaian itu terlalu terbuka dan sexy. Elena masih belum memiliki keberanian untuk mengenakannya di depan Aldric. Mungkin pemberian mertuanya itu harus Elena simpan terlebih dahulu, masalah memakainya kapan-kapan saja saat dia sudah siap.

REVENGE (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang