Chapter 5 - Petunjuk Baru

47 7 0
                                    

Aku dan Wiliam sudah berdiri lagi di depan rumah yang tidak terlalu besar namun mewah dengan nuansa putih dan pagar hitam setinggi kira kira 3 meter ini. Kami menggunakan pakaian rapi dan sopan dengan tulisan SBB broadcasting di lengan sebelah kiri yang sudah ku jahit sedemikian rupa. Aku membawa notes kecil dan pena sedangkan William sudah siap dengan camera sebagai bahan dokumentasi. Aku menghela napasku sesaat dan berharap semua akan lancar sampai akhir kemudian aku maju selangkah untuk memencet bel yang ada pada sisi kiri rumah. Kira kira 5 menit kemudian, seorang ibu-ibu yang sudah tampak berumur datang membukakan pintu.

Kami masuk setelah memberi salam dan memperkenalkan diri. 15 menit kemudian Kim datang dengan wajah penuh make up, baju sabrina crop top dengan jeans skinny fit, dan vintage choker, rambutnya yang sudah ia curly sebelumnya dibiarkan tergerai hingga hampir mencapai pinggangnya.

"nice outfit," kataku memuji.

"Terimakasih," balasnya.

Kami memulai wawancara dengan topik yang telah dirancang sedemikian rupa, pertanyaan menyangkut pekerjaannya sebagai selebgram. Ketika aku sudah bertanya lumayan jauh, aku memberanikan diri untuk bertanya menyangkut masalah pribadi.

"sebagai selebgram tentu saja kehidupan percintaan adalah salah satu yang ingin diketahui oleh para followers. Apakah Kim Ji Yeon-ssi sudah memiliki pacar?" tanyaku.

Dia tersenyum, "ya aku memiliki pacar," matanya berair dan melanjutkan kata katanya, "tetapi kemarin ia baru saja pulang ke Sang Pencipta. Ada orang yang sebegitu kejinya membunuh pacarku." ia mulai menangis.

"apa kau memiliki dugaan siapa yang membunuhnya?" tanyaku dengan wajah seakan turut merasakan kesedihannya. Kim menggeleng, "aku tidak tahu pasti, mungkin saja para debt collector itu."

"debt collector?"

"iya, akhir akhir ini ia sering didatangi oleh 3 pria berbadan besar yang kemungkinan besar adalah debt collector."

"apa kau.." belum sempat aku melontarkan pertanyaanku, William memegang pundakku dan menggeleng kepadaku. Aku mengurungkan pertanyaanku pada Kim ketika tahu apa maksud William. "kami turut berduka cita," kataku sambil memegang pundaknya.

Sudah hampir 2,5 jam kami berada di rumah Kim, kami memutuskan untuk pulang setelah mendapat telepon dari Dave. Aku meminum teh yang telah disediakan dan membicarakan mengenai majalah yang akan terbit sementara William pergi ke toilet. Sebaliknya William dari toilet, kami melangkahkan kaki keluar dan pergi untuk menemui Dave.

"Kath.. saat aku ingin ke toilet tadi, aku mendengar pembicaraan ibu tua yang mengantar kita tadi dengan pembantunya yang lain." kata William memecah keheningan. "apa yang mereka bicarakan?" tanyaku.

"pembantu yang lebih muda berkata 'apa mereka dari pihak kepolisian lagi?' lalu yang tua menggeleng."

"hanya itu?"

"ehmmm... lalu yang muda berkata 'sebenarnya apa yang nona muda lakukan? Semakin kesini nona muda semakin aneh setelah pulang dari rumah tuan Park dengan wajah dan penampilan seperti baru saja bertengkar hebat,' ngomong -ngomong apa kau belum dapat petunjuk lagi dari 'temanmu' itu?" aku menjawabnya hanya dengan gelengan.

Kami duduk di tempat yang sama di Felice Kitchen, William menceritakan apa yang ia dengar dan apa informasi yang kita dapatkan dari pertemuan kami dengan Kim.

"debt collector?" tanya Dave, "ini catatan rekening tuan Park selama 3 bulan terakhir, pengeluarannya dalam 3 bulan terakhir ini. Uangnya ia transfer ke rekening ini."

"siapa pemilik rekening ini?" tanya William

"rekeningnya sudah ditutup dan data yang dimasukkan palsu"

Aku menghela napas.

'bip..' sebuah notifikasi kembali masuk ke dalam hp lamaku. Aku membuka pesan yang baru saja masuk. King King Money. "kurasa aku tahu dimana ia meminjam uang. 

The Hidden Truth of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang