Chapter 14 -Bisu

27 7 0
                                    

Setibanya di kantor para pelaku penyerangan sudah berada di dalam sel tahanan sementara, sedangkan Sang Debt Collector sedang dalam pemeriksaan bersama William. Aku menuju meja ku dan menghidupkan laptop ku. Aku mencari flash disk yang tadi sudah ku terima dari pelayan itu. Hanya ada 1 file di dalam flash disk itu yang tak lain adalah rekaman cctv beberapa jam sebelum aku datang ke restoran. Setelah melihat dan menganalisin video cctv yang ada di flash disk itu, aku membawa laptop ku dan berjalan menuju ruang interogasi.

Setibanya aku di ruang interogasi, aku melihat dari balik kaca, William sedang menginterogasi Sang Debt Collector. Beberapa kali William marah karena Sang Debt Collector tidak berkata satu patah kata pun. "apakah dia mendadak menjadi bisu setelah tertangkap basah melakukan penyerangan?" kata salah satu petugas polisi yang duduk dan bertugas di sana.

"mungkin dia sedang memikirkan rencana baru karena rencana lamanya tidak berhasil," kataku bercanda.

Aku memencet tombol di sebuah intercom yang ada di sana dan berkata, "biar aku saja Will."

William keluar dari ruang interogasi dengan wajah lesu. Terlihat amarah dalam mukanya sedangkan aku malah tertawa. Ketika melihat aku tertawa, William menghela napas dan menggelengkan kepala, "untung saja kau datang, jika tidak mungkin aku sudah darah tinggi di dalam sana."

"kau saja yang belum ahli dalam berurusan dengan penjahat," kataku sambil tersenyum.

Aku masuk ke dalam ruang interogasi dan meletakkan laptop ku di atas meja. Sang Debt Collector memandang ku tajam dengan surut kebencian di matanya. "nama?" tanyaku sambil mengetik di laptopku. Sang Debt Collector tetap saja bisu. Bahkan ia tidak mengatakan namanya. "Well, kurasa aku tidak perlu menanyakan hal-hal basic kepada penjahat yang tertangkap basah bukan? Kalau begitu haruskah kita mulai interogasinya Ahjussi (paman)," kataku sambil tersenyum miring.

Aku melihat jam tangan ku dan menunggu sambil memperhatikan Sang Debt Collector itu. 10 menit kemudian aku bertanya kepadanya, "tepat 3 jam yang lalu, kau memanggilku untuk memberitahu ku siapa pembunuh Park In Jeong dan akan memberikan bukti kuat mengenai pembunuhnya. Apa kau berbohong?"

Sekali lagi Sang Debt Collector diam. Aku mencoba menghela napas, "siapa pembunuh Park In Jeong?" tanyaku tanpa basa basi. Kali ini Sang Debt Collector menatapku, ia mengangkat bahunya lalu tersenyum mengejek. Setelah beberapa saat ia mulai angkat bicara, "jika setiap orang setidaknya memiliki 1 kebodohan, maka percaya padaku adalah kebodohanmu, detektif."

"lalu kenapa kau ingin membunuhku?"

Ia mencondongkan kepalanya ke arahku dan berbisik, "aku hanya ingin memberikan mu pelajaran," setelah mengatakannya, ia kembali ke posisi duduk awalnya dan melanjutkan kalimatnya, "aku sama sekali tidak berniat membunuh mu."

"oo ya? Lalu siapa yang menaruh arsenik dalam minuman ku jika bukan kau pelakunya?" kataku sambil menyerahkan kertas hasil lab dari teh yang tadi sudah ku ambil. "atau harus ku katakan, Kim Ji Yeon?"

Aku memutar laptop yang berada di depanku, dan memutar rekaman cctv yang kudapat. Dalam video itu, terlihat Kim Ji Yeon berada di tempat duduk yang sama ketika aku berada di restoran. Ia terlihat sedang makan berdua dengan Sang Debt Collector, bahkan ketika Sang Debt Collector sedang menelpon, yang kukira adalah menelpon ku, Kim Ji Yeon masih duduk tenang disana. 15 menit kemudian Kim pergi. Tidak ditemukan jejak Kim keluar pada cctv yang mengarah pada pintu utama restoran, jika bergitu kemungkinannya Kim pergi ke ruang manager dan meminta mereka menghapus cctv keberadaan Kim disana dan pergi melalui pintu belakang.

"Kim Ji Yeon tidak ada hubungannya dengan ini, kami hanya makan siang bersama disana."

"berarti kau lah yang memasukkan senyawa arsenik itu ke dalam minumanku?"

Kali ini Sang Debt Collector kembali bisu. Aku menghela napas mencoba menenangkan diriku sendiri. Jika disuruh memilih antara bertemu hantu atau berurusan dengan orang ini, aku pasti akan memilih bertemu hantu dibanding berurusan dengan penjahat yang tidak bisa mengatur rencana ini. "jika dipikir pikir, kau adalah pacar yang baik Ahjussi, kau rela berkorban untuk melindungi pacar mu yang sedang hamil. Aku salut padamu."

Sang Debt Collector terkejut ketika aku mengatakan bahwa Kim Ji Yeon hamil.

"Ji Yeon hamil?" tanya Sang Debt Collector.

Aku mengangguk, "aku berjanji padamu aku tidak akan memanggil Kim Ji Yeon kesini jika kau memberitahuku dan bekerja sama dalam interogasi."

"kau berbohong!!"

"sayangnya itu kenyataannya dan aku tidak tahu apakah stress itu baik untuk seorang ibu hamil dan janinnya karena aku belum pernah merasakannya. Pilihan ada di tanganmu ahjussi" kataku sambil tersenyum dan meninggalkan ruang interogasi.

The Hidden Truth of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang