Chapter 23 - Resital Piano

30 7 0
                                    

Ponsel ku berbunyi ketika aku sedang menunggu giliran ku dalam pertunjukan piano ku. Resital piano ini benar-benar acara yang penting baik bagiku dan orang tuaku. Mereka sudah mempersiapkan ini sejak aku berumur 15 tahun. Orang tua ku ingin selalu mendukung semua mimpiku dan resital piano ini adalah salah satu cara mereka mewujudkannya.

Aku mengangkat panggilan di ponsel ku yang sejak tadi terus saja berbunyi. Aku mendengar suara seorang perempuan di ujung. "sudah lama tidak bertemu, Kim."

Aku terkejut mendengar suara perempuan itu, "Kim Yeon Ji?" Aku selalu merindukan perempuan di ujung telepon, terlebih karena kami masih terikat tali persaudaraan sebagai saudara kembar yang telah lama berpisah.

"jika saja mukaku tidak rusak karena pacarmu, pasti hidupku akan jauh lebih baik."

Aku sempat terkejut dengan fakta bahwa ia mengetahui aku berpacaran dengan Park In Jeong. "tidak, itu bukan salah In Jeong, semua hanya kecelakaan."

"hanya kecelakaan katamu? Kau berkata seperti itu hanya karena kau tidak pernah merasakan bagaimana rasanya tidak diterima oleh dunia karena fisik mu berbeda."

"tidak Kim aku tidak bermaksud berkata seperti itu. Apa kau ada di Korea sekarang?"

"apa peduli mu?"

"ayo kita bertemu, aku akan memesan tiket ke Korea setelah acara ku selesai."

"owhhh... resital piano ini? Kau pikir kau akan sukses setelah menghancurkan hidup orang? Setidaknya kau harus merasakan ketidak adilan dunia yang selalu berpihak kepada semua orang yang memiliki kecantikan di luar bukan di dalam."

Setelah mengatakan itu, sambungan telepon terputus dan memang benar acara resital piano itu gagal karena aku yang tidak tenang. Ada beberapa lagu yang salah kumainkan dan banyak penonton kecewa, begitu pula dengan orang tua ku.

Setelah selesai nya acara resital piano, aku meminta bantuan kepada orang kenalan papa untuk mencari Kim Yeon Ji untuku. Selang 3 hari kemudian, aku mendapat informasi bahwa ia pergi ke Korea setelah acara resital piano ku.

Pikiran ku kemana-mana, takut bahwa ia akan melukai Park In Jeong. Aku segera meminta izin orang tua ku untuk pergi ke Korea dengan alasan melanjutkan pendidikan di tanah kelahiran ku. Karena orang tua yang terlalu memanjakan ku, mereka menyetujuinya, mereka berkata bahwa aku akan tinggal di hotel terlebih dahulu sementara mereka mengurus kepindahan dan rumah yang akan kutinggali.

Tidak mudah bagiku untuk menemukan Kim Yeon Ji, selama di Korea, aku selalu dekat dengan In Jeong karena takut akan terjadi sesuatu dengannya. Suatu saat In Jeong berkata padaku bahwa ia akan menjual narkoba racikannya, sebagai pacar aku sempat menolak karena pasti resikonya besar, tetapi akhirnya aku mendukung apa yang di inginkannya karena itu juga agar ia bisa menghidupi adiknya di Kanada.

Aku sudah dekat dengan adik In Jeong dari dulu karena kami berasal dari panti asuhan yang sama. Ketika ia berkunjung ke Korea kami makan bersama dan terkadang ia meminjam baju, tas, atau sepatu ku karena aku memiliki banyak koleksi. Adik In Jeong sedang berada di walk in closet ku, memilih pakaian, sedangkan aku dan In Jeong berada di ruang tengah mengobrol dan menonton tv. Tiba tiba saja telepon ku berbunyi, ia adalah orang kenalan papa, ia memberi tahuku bahwa ia menemukan Kim Yeon Ji. Sejak saat itu, Kim Yeon Ji tinggal denganku dan aku membelikan nya barang2 yang ia mau karena aku juga merasa bersalah meninggalkannya di panti asuhan sendiri.

Pada suatu hari di musim semi, aku mendapat telepon dari panti asuhan, mereka berkata bahwa mereka ingin membicarakan sesuatu dengan ku terkait sponsorship bazar menggalang dana. Pada hari itu aku meninggalkan Seoul, sedangkan Kim Yeon Ji tidak pulang ke rumah sehari sebelumnya, jadi rumah benar benar kosong.

Aku menghabiskan waktu di panti asuhan untuk membicarakan sponsorship dan bermain bersama anak-anak untuk mengenang masa kecilku. Ketika aku pulang, aku membeli ayam dan bir agar bisa menikmatinya dengan In Jeong. Meski ia memiliki bar ternama, tetapi tetap saja, kami lebih senang menyantap bir kaleng seharga 3.500 won dan ayam.

Sesampainya di depan bar, beberapa orang sudah ramai berkumpul. Di depan bar sudah di pasang garis polisi, aku bertanya kepada orang-orang sekitar apa yang terjadi. Dan saat itulah duniaku seakan runtuh, tangis ku pecah mengetahui orang yang kucintai meninggalkan ku selamanya. 

The Hidden Truth of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang