Chapter 29

548 45 2
                                    

Jangan pernah membanding bandingkan diri sendiri dengan orang lain. Belum tentu seseorang itu mempunyai kelebihan yang sama dengan kita. Percayalah semua rezeki Tuhan sudah mengaturnya.

-Adiba Putri Setiawan

Suasana taman saat kepergian Ridwan tadi menjadi hening.

Tidak ada yang berbicara sama sekali. Hanya bergelud dengan fikiran masing masing.

"Jadi kalian ini kenapa?" tanya gue memecahkan keheningan

"Huft" Russeli menghela nafas kasar dan mengkode Jorji untuk menjelaskan apa yang terjadi

"Ka salah gak sih kalo kita takut dengan lawan kita sekarang?" tanya Jorji

"Busan? Anne? Jadi lawan kalian berdua hari ini adalah mereka berdua" tebak gue

"Iya ka" ucap Russeli

"Apa yang kalian takutin dari mereka?" tanya gue

"Ka mereka berdua itu unggulan. Mereka juga tidak gampang mati pada saat di lapangan. Apalagi Anne dia pegangan kiri ka. Susah untuk di baca pergerakannya" jelas Jorji

"Bener banget apa yang di bilang ka Jorji. Kita mah apa atuh ka bukan sebanding sama mereka" timpal Russeli.

Gue pun hanya tersenyum tipis dan kemudian merangkul mereka berdua.

"Dengerin kakak ya. Mereka unggulan dan kalian juga unggulan. Apa yang mereka makan kalian pun makan juga. Mereka tidur ya kalian tidur. Kalian latihan mereka juga latihan. Sekarang kakak tanya kalian takut gak sama Tuhan?" tanya gue

"Ka jangan di tanya itu mah. Semua manusia takut sama Tuhan" ucap Jorji dan di balas anggukan oleh Russeli

"Nah kalian takut kan sama Tuhan. Lebih kan rasa takut kalian pada Tuhan dan tanamkan pada diri kalian bahwa Tuhan adalah segalanya. Semua manusia akan kembali ke Tuhan. Setakut apapun kalian serahkan pada Tuhan. Ceritakan semua keluh kesah kalian sama Tuhan. Hanya Tuhan yang maha penenang hati dan maha pengatur segalanya. Jangan pernah memikirkan hasil akhir. Tapi pikirkan bagaimana cara untuk melakukan yang terbaik hari ini. Lakukan semuanya untuk orang orang yang kalian sayang" ucap gue

"Mau sehebat apapun dia belum tentu dia bisa seperti kalian. Semua orang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing masing. Jangan pernah takut dengan seseorang yang naik podium. Karena mereka setelah dia turun podium mereka bukan lagi juaranya. Kekalahan itu bukan lah suatu akhir dari segalanya. Dari kekalahan kita harus belajar lagi apa yang salah didiri kita" ucap gue

"Busan itu tidak gampang mati di dalam permainannya, dia terlalu cerdik dan bisa membaca permainan mu Mei. Kamu jangan pernah terbawa permainannya. Kamu harus bisa memecahkan pola permainan nya. Anne dia itu terlalu pintar dalam urusan netting. Jangan ajak dia main netting Jor. Jangan terbawa suasana dan jangan terbawa emosi. Lakuin aja yang terbaik buat masyarakat Indonesia" ucap gue lagi

"Seorang unggulan pun bisa di kalahkan oleh seseorang yang bukan unggulan. Evaluasi lagi permainan kalian di pertemuan sebelumnya. Bahwasannya semua manusia itu sama tidak ada bedanya. Kita terlahir di dunia ini tanpa memakai busana. Kita juga sama sama menangis. Dia hebat kenapa kita engga. Di dalam pertandingan selalu ada yang menang dan kalah kalian gak boleh kecil hati kalau kalah. Kalian harus bangkit dan berjuang lagi untuk Merah Putih. Sahabat kita di negara lain adalah Merah Putih" nasehat gue

Mereka berdua pun langsung memeluk gue dengan erat. Gue pun ikut menitihkan air mata disaat melihat mereka menangis.

"Ternyata selama ini gue salah menilai lo ka. Gue fikir lo orang yang biasa aja dan malah orang yang sombong. Ternyata lo orang baik yang punya pemikiran sedewasa ini" terang Jorji sambil menghapus air mata nya dengan kasar.

"Jor tak perlu pandangan memuja dari orang banyak. Karena dari kritikan orang banyak kita bisa belajar untuk menjadi lebih baik lagi kedepannya. Berjuang ya untuk Merah Putih. Semangat Jorji. Kakak dukung kamu. Nanti kakak nonton match kamu sama Anne, kamu harus semangat gak boleh loyo oke. Semangat!" seru gue sambil menepuk pelan bahu Russeli yang sedang menangis.

"Hiks...hiks....hiks...." suara tangisan Russeli di dalam pelukan gue

"Mei udah ah jangan nangis terus. Semangat terus. Nanti kan gue nonton. Lo harus semangat gak boleh gini. Ayo dong bangkit. Merah Putih nunggu kalian nih. Tunjukin taring kalian. Biarkan burung Garuda mengepakkan sayapnya di Paris. Biarin yang lain kalah. Pecahin rekornya ci Susi. Semangat Kibarin Merah Putih ya" ucap gue

"Makasih ka untuk semangatnya" ucap Russeli

"Kakak adalah kakak terbaik bagi Jorji. Pokoknya makasih banyak kakak. Jorji boleh minta nomor kakak?" tanya Jorji

"Aku juga mau" ucap Russeli

"Minta sama Ka Oni aja ya aku gak apal soalnya" ucap gue

"Oke. Pokoknya kami sayang Ka Diba" ucap mereka berdua sambil memeluk gue

"Uuuuu kalian cocwit banget sih. Sayang kalian juga. Tetap semangat sayang sayang ku" ucap gue sambil membalas pelukan mereka.

"Dah yuk ka kedalem. Biar ketemu yang lain" ajak Russeli

"Aduh gue langsung pulang aja deh ya. Salam aja buat Ridwan dan yang lain soalnya ada urusan yang lain lagi" ucap gue

"Yah ko gitu sih ka. Bentar doang" bujuk Jorji

"Maaf ya kapan kapan aja ya aku harus siap siap ke bandara, soalnya mau jemput kakak kakakku. Mereka sampai hari ini" ucap gue

"Yah yaudah deh kalo gitu. Hati hati ya ka di jalan" ucap Jorji

"Hati hati di jalan kakak" ucap Russeli

"Makasih. Kalo gitu kakak pamit ya" pamit gue sambil berlalu meninggalkan mereka berdua.

Gue pun jalan menuju apartement untuk bersiap siap ke bandara.

Sesampainya di apartement.

"Assalamualaikum" ucap gue

"Wa'alaikumsalam. Udah ketemu temennya?" tanya Lili yang sedang duduk di sofa ruang tengah sambil menonton tv dan ada cemilan di tangan kanannya.

"Udah" jawab gue sambil duduk di samping Lili

"Abis ini lo mau kemana lagi?" tanya Lili sambil memakan cemilannya

"Abis ini gue jemput Cici, kenapa?" tanya gue

"Gak papa. Lo pake mobil gue aja yang agak gedean" ucap Lili

"Iya nanti gue bawa mobil lo" ucap gue santai

"Nih kuncinya. Surat suratnya semuanya ada di mobil" jelas Lili sambil memberikan kunci mobilnya

"Iya" ucap gue

Gue pun ikutan Lili menonton tv.

Jam menunjukkan pukul 9 gue pun langsung bergegas ke kamar untuk merapih kan pakaian dan mengambil tas kecil gue.

"Li gue cabut ya" seru gue

"Iya hati hati. Jangan ngebut" nasehat Lili

"Iya" seru gue

Gue pun langsung jalan ke bawah dan menjalankan mobil Lili.

Di dalam perjalanan hanya suara radio yang menemani gue. Jalanan di Paris gak seperti di Jakarta atau Lampung yang macet. Gue pun santai membawa mobilnya.

Sesampainya di bandara gue pun mencari keberadaan Cici gue. Tapi gak terlihat batang hidung nya sampe detik ini juga.

Gue pun terus mencari celingak celinguk kayak anak ilang. Tak lama ada orang yang memanggil gue dari belakang.

"Dib" panggil wanita itu sambil melambaikan tangannya

Bersambung.

Jangan lupa vote and comment nya guys😊❤

Semesta (MRA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang