7 - Segitiga

60.8K 7.6K 2.9K
                                    


Semua siswa dan siswi SMA GLOBAL bersorak gembira, mereka dipulangkan lebih awal karena ada rapat komite guru. Pelajaran akan berakhir di pukul sebelas siang nanti. Seperti hadiah di siang hari, semua siswa dan siswi tak sabar menunggu jam sebelas datang.

"Pulang sekolah kemana?" tanya Egar paling semangat.

"Gue seperti biasa," ucap Aruna memberikan kedipan mata.

"Ck, nggak bosen apa lo ke STAR mulu. Kembung perut lo kebanyakan kopi!" kesal Egar.

"Yang penting hati gue seneng bisa bertemu belahannya," ucap Aruna sok dramatis.

"Kak Bana yang muak ketemu sama lo!"

"Nggak mungkin, gue yakin Kak Bana pasti udah nunggu kedatangan gue."

"Yakin banget lo Kak Bana ada di café hari ini?"

"Gue yakin Kak Bana ada disana. Ini hari Rabu, biasanya Kak Bana selalu ada di café setiap hari Rabu."

"Hapal amat Run," takjub Egar.

"Jelas dong. Nggak sabar gue ketemu Kak Bana nanti."

Aruna tersenyum dengan bangga, ia menoleh ke Bella yang sedari tadi diam aja sembari menatap layar ponselnya.

"Lo kenapa Bell? Sakit?" tanya Aruna.

"Nggak, gue lagi mikir aja gimana caranya habisin uang bulanan gue yang nggak kunjung habis-habis. Padahal ini mau tanggal satu lagi."

Aruna dan Egar mendesis kesal, tangan mereka ingin sekali dilayangkan ke cewek satu itu. Kalau urusan Ratu Sombong, Bella selalu nomor satu. Tidak dapat dikalahkan.

"Kasih aja ke gue, sini. Gue habiskan dalam satu hari," ucap Egar berapi.

"Ini yang buat gue nggak setuju kalau Mama dan Papa cerai," ucap Bella serius.

"Ma... maksud lo?" bingung Aruna.

"Bayangin coba. Mereka nggak cerai aja, tabungan gue nggak habis-habis. Gimana kalau mereka cerai? Gue dapat jatah bulanan dua kali lipat dong? Dari Mama sendiri, dari Papa sendiri. Gimana gue habisinnya? Nggak kasihan apa mereka sama gue?"

Egar memegang tangan Aruna, menahan Aruna yang hampir tak bisa menahan emosinya.

"Bella yang cantik dan punya segalanya. Kita berdua yang harusnya di kasihani," gemas Aruna.

"Kenapa lo berdua?" bingung Bella.

"BERTEMAN SAMA ORANG SOMBONG KAYAK LO!" teriak Egar dan Aruna kesal.

Bella mengangkat kedua tangannya. "Gue bukan sombong, gue bicarain kenyataan."

"Kenyataan kalau lo sangat kaya?"

"Bener. Gue sangat kaya," balas Bella dengan polosnya.

Aruna dan Egar menghela napas berat, tidak paham isi pikiran Bella. Dimana-mana orang kaya pasti senang dan bahagia. Ini malah kebalikannya.

"Lo nanti ikut gue ke Star nggak?" tanya Aruna menawari.

"Nggak, gue sibuk hari ini."

"Sibuk apa?" tanya Aruna dan Egar bersamaan.

"Habisin uang bulan ini. Gue malas ada uang numpuk. Terlalu banyak saldo ATM gue. Nanti gue tambah sombong."

"TUH LO TAU KALAU LO SOMBONG!" teriak Egar dan Aruna frustasi.

****

Bana mengemasi laptopnya dan beberapa dummy (contoh) novel, memasukannya ke dalam tas. Ia berniat meneruskan pekerjaanya di café.

FILOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang