19 - Pengakuan

69.7K 7.8K 3.2K
                                    

Assalamualaikum semuanya, Alhamdulillah aku balik bawa FILOVE lagi. Padahal belum hari minggu. 

Dan, semoga kalian selalu suka dan selalu baca FILOVE yaa. 

Oh ya, jangan lupa buat rekomendasiin FILOVE  ke teman-teman kalian dan share cerita ini disnapgram kalian yaa ^^ 

Satu lagi, aku dekat-dekat ini mau adain GIVE AWAY Novel  GLEN di twitter aku @luluk_hf. YUK IKUTAAN ^^

DAN SELAMAT MEMBACA  FILOVE ^^

****

Pukul lima pagi, Bana keluar rumah setelah mandi, langit yang masih gelap menemaninya bersamaan dengan suara cicitan burung-burung kecil mengudara lepas. Bana menghirup oksigen sebanyak mungkin, menyegarkan pernapasan dan pikirannya.

Akhir-akhir ini banyak sekali yang menyerang pikiranya. Pekerjaan, keluarga dan perempuan.

Bana menatap lurus kedepan, sesekali menghela napas panjang.

"Gue harus meluruskan semua hari ini," lirih Bana dengan tatapan yakin.

Bana tersadarkan ketika pintu rumahnya dibuka, ia langsung berbalik dan melihat Mamanya datang sambil membawa sapu.

"Mau jogging?" tanya Bu Mila.

"Nggak Ma," jawab Bana. Ia mengambil alih sapu ditangan Mamanya. "Biar Bana aja yang sapuin."

"Nggak usah, Mama aja," timpal Bu Mila ingin merebut sapu dari putranya.

Namun, Bana sama sekali tak mau memberikannya.

"Mama duduk aja di dalam."

Bu Mila menghela napasnya pelan, tersenyum kecil. Ia tidak akan bisa mengalahkan Bana meskipun memakai seratus jurus paksaan. Bu Mila pun merelakan sapunya.

"Mama buatkan teh hangat dulu kalau gitu. Mau sarapan apa?" tawar Bu Mila.

"Bana sarapan dirumah Arjuna Ma."

Bu Mila mengangguk singkat, kemudian masuk ke dalam untuk membuatkan teh. Sedangkan Bana mulai menyapu halaman rumahnya.

Sejak Bu Mila divonis gagal ginjal, Bana menjadi lebih protektif, tak ingin sang Mama kecapean ataupun menyusahkan Mamanya. Bana hanya ingin Mamanya istirahat yang cukup dan bisa melawan penyakitnya.

Setelah selesai menyapu, Bana duduk di kursi teras, menyegarkan tubuhnya yang sedikit berkeringat. Tak lama kemudian Bu Mila datang dengan membawa dua gelas teh hangat, menaruhnya di meja.

"Makasih Ma," ucap Bana mengamil satu gelas dan menyeruputnya.

Bu Mila ikut duduk, menemani sang putra. Bu Mila memperhatikan raut wajah Bana, terlihat seperti ada sesuatu yang dibebankan putranya.

"Kenapa? Lagi banyak pikiran?" tanya Bu Mila.

Bana tersentak, menoleh ke arah Mamanya denga bingung.

"Apa Ma?"

Bu Mila tersenyum kecil. "Kamu lagi banyak pikiran?"

Bana menggeleng kecil. "Nggak kok Ma."

"Jangan capek-capek. Kerja ya kerja, waktunya istirahat harus istirahat. Masih muda jangan nimbun penyakit. Banyak minum air putih juga, kerjaan kamu banyak duduknya," pesan Bu Mila mulai cerewet layaknya seorang Mama yang mengkhawatirkan anaknya.

"Iya Ma," balas Bana seadanya.

Keduanya kembali terdiam, menikmati udara segar pagi. Langit mulai berubah biru, sangat menyegarkan pengelihatan.

FILOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang