13 - Gadis cantik yang sombong

64.8K 8.2K 3K
                                    

Aurora keluar dari mobil, ia melirik jam tangannya sebentar. Senyum tipis mengambang di paras cantiknya. Siang ini ia ingin memberi kejutan kepada Bana dengan datang ke café-nya. Aurora juga membawakan bekal makan siang yang khusus ia buatkan untuk pacarnya tersebut.

Aurora berjalan ke arah café. Ia membuka pintu café. Namun langkahnya terhenti ketika ia melihat Bana tengah duduk berjongkok disebelah gadis berseragam yang Aurora yakini adalah Aruna.

Aurora mematung di ambang pintu, senyum diwajahnya hilang seketika. Saat tangan Bana menyentuh rambut Aruna, merapikannya.

"Cantik."

Kedua mata Aurora terbuka lebih besar, tangannya mengerat pada bekal yang dibawahnya. Ia cukup dapat melihat bibir Bana memuji Aruna. Aurora meneguk ludahnya dengan susah payah, hatinya terasa sakit.

Aurora menenangkan dirinnya, ia menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Auroa memaksakan senyumnya.

"Banaa!" seru Aurora cukup lantang.

Aurora memilih kembali melanjutkan langkahnya, berjalan mendekati Aruna dan Bana.

****

"Hai Run," sapa Aurora ramah.

"Ha.. Hai Kak," balas Aruna kaku.

Aurora melihat Bana langsung berdiri, terkejut melihat kedatangan Aurora.

"Lo nggak ada kerjaan di kantor?" tanya Bana.

Aurora menggeleng kecil. "Udah selesai semua. Gue bawain makan siang," jawab Aurora mengangkat bekal ditangannya.

Bana mengangguk dan menerima bekal tersebut. "Makasih."

"Gue nggak ganggu kan?" tanya Aurora basa-basi.

"Nggak. Duduk," suruh Bana.

Aurora tersenyum senang mendengarnya, ia pun segera mengikuti Bana yang sudah duduk duluan, ia mengambil duduk disebelah Bana.

Sedangkan Aruna memilih diam saja, memaksakan senyumnya.

"Gimana perkembangan naskahnya Run? Apa ada kendala?" tanya Aurora berusaha mencairkan suasana.

"Lancar Kak, sedikit lagi selesai," jawab Aruna seadanya.

"Kalau butuh bantuan atau butuh apapun jangan sungkan-sungkan kasih tau Bana atau saya ya," pesan Aurora.

"Iya Kak, makasih banyak."

Aruna menghela napas pelan, ia merasa sangat kagum dengan Aurora. Selain cantik, gadis itu juga sangat baik kepadanya. Entah kenapa hati Aruna semakin tidak tega.

Aruna menoleh ke Bana, cowok itu terlihat serasi dengan Aurora.

"Apa gue bisa jadi lebih baik daripada Kak Aurora untuk Kak Bana?"

Pertanyaan itu tiba-tiba terbesit di benak Aruna.

Aruna mengigit bibir bawahnya, ia melihat bagaimana Aurora sangat perhatian ke Bana.

"Lihat kantong mata lo, jangan sering-sering begadang!" pesan Aurora kepada Bana.

"Lo udah makan?" tanya Bana ke Aurora.

"Udah tadi setelah rapat sama tim pemasaran."

Bana mengangguk kecil, ia kemudian mengalihkan pandangannya ke Aruna, Bana melihat Aruna yang diam saja sembari menatap ke Aurora. Tatapanya hampa.

"Run," panggil Bana.

"Kalian beneran serasi ya," lirih Aruna, senyumnya mengembang pedih.

Bana dan Aurora terkejut mendengarnya, nyatanya itu tidak terdengar seperti sebuah pujian.

FILOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang