18 - Permintaan

66.5K 8.5K 3.5K
                                    

Assalamualaikum semuanyaa. Alhamdulillah bisa update FILOVE lagi. Dan maaf ya updatenya sedikit lama. 

Oh ya, aku juga sudah pertimbangin "Hari update" FILOVE. Karena bulan-bulan ini dan bulan depan aku kayaknya agak sedikit sibuk jadi aku putuskan untuk UPDATE FILOVE "Seminggu sekali"

Aku bakalan update FILOVE setiap hari "MINGGU" ya. 

Semisal kalau di hari minggu aku nggak bisa update karena terlalu sibuk, aku bakalan ganti di hari "SELASA" nya. 

Jadi maaf ya, biar rutin juga aku update FILOVE-nya kemungkinan seminggu sekali. Di hari "MINGGU" kalau akunya nggak sebegitu sibuk, aku usahain seminggu dua kali. Amin. 

Mohon pengertiannya yaa, dan semoga kalian semua selalu suka dan selalu baca FILOVE. Amin ^^

Selamat membaca ^^

****

"Lo suka sama Aruna?"

Bana terkejut mendengarnya, napasnya sedikit tercekat. Tidak menyangka Aurora akan melemparkan pertanyaan itu, tanpa basa-basi pula.

"Ah.. beneran lo suka Aruna ternyata," simpul Aurora tersenyum miris. Ia seolah tau jawaban itu tanpa perlu mendapat jawaban dari Bana. Lewat tatapan Bana, Aurora sudah bisa tau.

"Maaf Ra, gue beneran minta maaf," hanya kalimat itu yang bisa dikeluarkan oleh bibir Bana. Dan, jujur Bana tulus mengatakannya.

Aurora menghela napas panjang, berusaha untuk terlihat tetap tenang walau dalam hati sudah terasa tercabik-cabik. Aurora tidak ingin menghakimi langsung apalagi sepihak, ia ingin mendengar penjelasan Bana. Seutuhnya dan semuanya.

"Jadi, sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa waktu itu lo nerima gue?" tanya Aurora.

Ingatannya kembali di waktu itu. Saat ia mengutarakan perasaanya dan tiba-tiba Aruna datang. Bana mengantarkan Aruna, selang tak berapa lama Bana menelfonnya dan menerima cintanya.

Kalau dipikir lagi itu sangat gila dan Aurora pun sempat tidak percaya, mungkin bahkan hingga saat ini jika disuruh menjabarkan kembali kejadian saat itu.

Dan benar kecurigaan Aurora, saat itu pasti telah terjadi sesuatu antara Bana dan Aruna.

"Jawab Ban," tegas Aurora tak memberi peluang bagi Bana untuk tak menjelaskannya.

Bana menghela napas berat, bibirnya pun akhirnya bersuara. Bana menceritakan semua dari awal hingga akhir, kejadian sesungguhnya.

Aurora hanya bisa meremas jemarinya kuat-kuat setiap kata yang keluar dari bibir Bana terasa menghantam hatinya. Terasa sangat perih.

"Gue beneran minta maaf Ra. Gue pikir dengan gue nerima lo, mencoba sayang sama lo akan buat semuanya baik-baik saja. Berjalan dengan seharusnya. Namun, sepertinya enggak. Gue..."

Ucapan Bana menggantung, tatapanya semakin terlihat bersalah, wajahnya memerah.

"Gue malah nyakitin dua orang sekaligus."

Kepala Aurora perlahan tertunduk, gadis itu membuang napas berulang-ulang. Mendinginkan kepalanya.

"Lo nggak perlu maafin gue Ra. Gue tau kesalahan gue sangat fatal. Gue hanya nggak ingin nyakitin lo lagi. Lo nggak pantas buat dapat perlakuan kayak gini dari cowok brengsek seperti gue Ra."

Bana tak sedingin biasanya, rasa bersalahnya yang besar membuat ia berpikir lebih rasional. Bana pun tak segan mengumpati dirinnya sendiri saat ini.

Perkataan Bana barusan berhasil membuat Aurora sedikit terkejut. Seorang Bana yang selalu terlihat tenang dan perfeksionis kini terlihat tertekan dan penuh rasa bersalah.

FILOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang