8 - Tangisan

56.1K 7.5K 3.3K
                                    


"Lo mau jadi pacar gue Ra?"

Aruna tertunduk lemas, ia memundurkan langkahnya pelan-pelan. Dari semua penolakan Bana, ini yang paling menyakitkan.

"Gue mau Ban. Tentu aja gue mau banget."

"Mulai hari ini, kita pacaran Ra."

Aruna membalikkan badannya, perlahan menjauhi Bana. Aruna tidak peduli apapun saat ini selain pergi untuk tidak melihat wajah Bana. Hati Aruna hancur mendengarnya. Bana setega itu kepadanya.

****

Aruna berhenti di dekat halte yang kosong dengan tangis yang masih tak tertahankan. Ia mencoba mengatur napasnya sebentar. Namun, isakannya tetap keluar tanpa bisa ia kendalikan. Aruna memukul-mukul pelan dadanya yang sangat sakit.

Bana benar-benar kejam kepadanya! Padahal ia sudah melakukan banyak pengorbanan untuk cowok itu. Apa memang Bana sama sekali tidak pernah menyukainya?

Aruna menelfon Bella, meminta gadis itu untuk segera menjemputnya. Untung saja Bella sedang bersama Egar dan lokasinya dekat dengan tempat Aruna berada sekarang.

*****

Aruna tidak mau pulang, ia memilih berada di rumah Bella dahulu, menenangkan hatinya. Setelah itu, Aruna menceritakan semuanya ke Bella dan Egar. Aruna terus saja menangis.

Bella memegang erat tangan Aruna, memberi gadis itu kekuatan. Bella tidak tega melihat sahabatnya sampai menangis seperti ini karena Bana. Yah, walaupun ini bukan pertama kalinya. Tapi yang Bella yakini, ini yang paling parah.

Dari semua drama Aruna dan Bana, kali ini yang sangat sama sekali tak Bella duga. Aruna sampai tak bisa berhenti menangis.

"Mau gue bunuh Bana sekarang juga?" tanya Bella sungguh-sungguh.

"Jangan dibunuh. Kalau Kak Bana mati gimana?" isak Aruna.

"Gue buat koma aja gimana?"

"Jangan, kasihan."

"Terus gue harus apa biar lo berhenti nangis?" frustasi Bella.

Aruna menggelengkan kepalanya, sepertinya tidak ada yang bisa dilakukan oleh Aruna saat ini. Bana terlihat sangat serius dengan ucapannya, cowok itu sudah menyatakan perasaannya ke Auroa bahkan bisa dibilang mereka sudah pacaran.

"Mereka udah pacaran Bell! Kak Bana sama Kak Aurora resmi pacaran!" tangis Aruna kembali menjadi.

"Perlu gue hancurin si Aurora itu?"

Aruna menggelengkan kepala lagi. "Berat Bell saingannya. Dia pinter, cantik dan kaya banget."

"Gue juga cantik dan kaya Run," ucap Bella.

"Tapi lo nggak pinter Bell," jujur Aruna.

SIalan! Bella mengumpat dalam hati. Kini, ia pun jadi ikut bingung harus berbuat apa. Bella menoleh ke Egar yang sedari tadi diam sembari mengelus rambut Aruna. Egar membiarkan Aruna bersandar di bahunya.

"Gar, gue harus apa?" tangis Aruna.

"Nangis aja Run nggak apa-apa. Ada gue sama Bella, pasti bantu lo."

"Bantu apa? Gue bisa apa sekarang? Semuanya udah selesai. Kak Bana mau nikahin Kak Aurora juga."

"Nggak akan. Gue yakin itu," ucap Egar tenang.

"Kalau sampai Kak Bana nikah sama Kak Aurora gue mati aja! Gue akan lompat dari gedung tinggi atau minum racun sampai overdosis. Gue nggak peduli kalau mati!"

FILOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang