17 - Kejujuran

68.4K 8.5K 4.3K
                                    


Assalamualaikum semuanya. Maaf yaa lama belum bisa update. Karena memang dari kemarin sedikit sibuk. Bener-bener minta maaf yaa. 

Semoga kalian masih suka dan tungguin cerita FILOVE yaaa ^^

Oh ya,  Biar aku nulisnya lancar dan updatenya nggak kelamaan kayaknya harus ada jadwal buat posting FILOVE. Kalian ada saran nggak enaknya FILOVE diupdate hari apa aja? 

( 1 minggu dua kali ya paling maksimal. Kalau aku ada waktu lebih, insyaallah aku usahain posting lebih. Tapi untuk officialnya ada 2 - hari dalam 1 minggu jadwal FILOVE update)

Ada saran nggak hari apa dan apa?

Dan.... SELAMAT MEMBACA SEMOGA SUKA DENGAN PART INI AMINN ^^

*****

"Satu."

"Dua."

"Tiga."

Kedua mata Aruna mulai kabur, bendungan air matanya sudah mencapai ujung. Aruna menatap Bana yang masih tak menjawab. Perlahan langkah Aruna memundur.

Aruna mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat. Bana tetap diam, tak bersuara apapun. Hati Aruna terasa hancur, ia benar-benar tak punya harapan lagi.

"A... Aruna pulang," lirih Aruna, suaranya bergetar menahan isakan.

Aruna segera membalikkan badan, berjalan menjauhi Bana. Namun, sebuah tangan tiba-tiba meraih lengan Aruna, membuat Aruna terhenti.

Aruna tertunduk tanpa membalikkan badan.

"Gue antar pulang," ucap Bana.

Aruna menghela napas berat, air matanya semakin deras mengalir. Ia langsung melepaskan tangan Bana dari lengannya.

"Nggak usah," tolak Aruna.

Aruna melanjutkan langkahnya kembali, mempercepatnya. Kali ini tak memberikan kesempatan pada Bana untuk mengejarnya. Aruna sudah pasrah, mungkin ini memang akhir dari kisahnya dan Bana.

Aruna benar-benar harus melupakan Bana. Nyatanya, cowok itu sama sekali tak ingin memperjuangkannya ataupun diperjuangkan olehnya.

Aruna berlari semakin jauh dari rumah Bana. Aruna mengeluarkan ponselnya, menelfon Egar saat itu juga.

"Jemput gue sekarang juga Gar."

*****

Egar datang bersama dengan Bella karena sejak sore setelah mengantarkan Aruna pulang dari Mall, Egar langsung ke rumah Bella.

Egar dan Bella menunggu Aruna yang masih menangis di kursi belakang. Air mata gadis itu turun dengan derasnya. Bella memilih tidak menjalankan mobilnya, tak ingin memberikan kesan malam yang lebih menyedihkan untuk sahabatnya itu.

Tak seperti kemarin-kemarin,menangis sambil marah-marah.Aruna sekarang hanya diam saja dengan isakan yang terdengar begitu menyakitkan. Kepala Aruna semakin tertunduk, mungkin ia benar-benar telah lelah dan menyerahsaat ini.

Aruna terus menangis dan menangis. Hingga tanpa sadar gadis itu tertidur.

Bella mengecilkan suara lagu audio mobilnya, menoleh ke belakang.

"Dia udah nggak nangis?" tanya Bella, ia melihat Aruna memejamkan matanya.

"Kayaknya tidur," jawab Egar ikut menoleh.

FILOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang