10 - Ada yang hilang

61.3K 8.2K 2.9K
                                    


Assalamualaikum. Alhamdulillah balik lagi. Gimana nih rasanya satu hari nggak ketemu FILOVE? 

Kangen nggak? Hehe. 

Semoga kalian selalu suka dan selalu baca FILOVE yaaa. 

Selamat membaca ^^ 

****

Januari. 2010

Tangisan Aruna semakin pecah ketika melihat jasad neneknya dibawah untuk dikebumikan. Aruna memeluk Arjuna sangat erat, berteriak histeris.

"Kak, nenek jangan dibawah. Aruna nggak mau nenek pergi," tangis Aruna, menarik-narik baju Arjuna. "Kak, bilang Mama dan Papa. Nenek nggak boleh pergi."

Arjuna tertunduk, menahan air matanya. Ia hanya bisa memeluk balik adiknya, membelainya dengan lembut. Arjuna dan semua keluarga pun tau bagaimana Aruna sangat menyayangi neneknya yang merawat Aruna sejak kecil.

"Kak, nenek nanti sendiri disana. Nenek nggak ada yang nemenin. Aruna mohon, jangan bawa nenek."

Bu Gania mendekati sang anak. "Udah ya Aruna, jangan nangis. Ikhlasin nenek."

Aruna menggelengkan kepalanya. "Aruna sayang nenek, nggak mau nenek pergi Ma."

"Sayang udah ya nangisnya. Nenek pasti bahagia disana. Bisa lihat Aruna dari sana."

Arjuna melepaskan pelukan Aruna, duduk dihadapan Aruna.

"Jangan nangis, nanti kakak ikut nangis," lirih Arjuna, menghapus air mata sang adik. Namun yang dilakukan Arjuna semakin membuat Aruna menangis.

"Nenek sendirian Kak, Aruna pingin nemenin nenek. Aruna nggak mau nenek pergi.

Bu Gania memeluk sang anak. "Udah ya sayang. Aruna kan udah mau besar. Belajar ikhlasin, doain nenek. Berhenti ya nangisnya."

*****

Semua orang mencari keberadaan Aruna, gadis itu tiba-tiba menghilang setelah menangis tak berhenti. Arjuna, Bana dan Cica pun ikut panik. Mereka semua berpencar untuk mencari keberadaan Aruna.

Bana mencari di seluruh penjuru rumah, menebak-nebak dimana Aruna bersembunyi. Bana berjalan ke belakang rumah. Ia berhenti di dekat gudang belakang. Pintu gudang sedikit terbuka. Tempat itu biasanya sering digunakan Aruna bersembunyi jika dimarahi Papa atau Mamanya.

Bana mendekati gudang tersebut dan benar saja ia mendengar suara tangisan seorang gadis.

Bana masuk kedalam gudang. Ia menemukan Aruna duduk tertunduk disana.

"Run," panggil Bana.

Aruna tak bergeming, ia tetap menangis.

Bana menghela napas pelan, merasa kasihan dengan gadis kecil ini. Bana dapat melihat Aruna sangat kehilangan.

Bana perlahan mengambil duduk disebelah Aruna, menunggu gadis itu menangis.

"Ka... Kak Bana ngapain disini?" tanya Aruna sesenggukan.

"Nungguin kamu nangis."

Aruna mengangkat kepalanya, menoleh ke Bana dengan kedua mata sembab dan wajah memerah.

"Em... Emang nggak ap... apa-apa Aruna nangis terus?"

Bana tersenyum kecil, menggeleng. "Nggak apa-apa. Nangis aja. Nangis sepuas kamu. Kak Bana tungguin."

FILOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang