16 - Kepastian

78.6K 9K 7.1K
                                    


Assalamualaikum semua, aku balik lagi bawa FILOVE. Sebelumnya aku mau ucapkan Minal Aidzin Wal Faidzin, Mohon Maaf lahir dan batin ya :) 

Maaf juga kali ini agak lama updatenya. Karena kemarin juga lebaran dan agak sibuk sama keluarga. Mohon pengertiannya ya :) 

Oh ya sebelum baca aku mau tanya nih pendapat kalian. 

Kalau aku buat cerita "BELLA" sendiri mau nggak? Soalnya aku sendiri suka banget sama karakter dia hahaha. 

Kalau kalian banyak yang setuju, enaknya :

1. Dibuatkan work sendiri dengan judul beda

2. Dijadikan satu sama FILOVE aja? Jadi aku bagi dua porsi antara Bana-Aruna dan Kisah Bella

Kalian pilih yang mana? Kasih alasannya ya. Jujur aku lagi galau banget. Vote paling banyak nanti aku pertimbangkan yaa. Biar akunya nggak galau lagi. 

MOHON BANTUANNYA ^^

Dan, semogaa selalu suka FILOVE dan baca FILOVE terus yaa ^^

Selamat  membaca FILOVE ^^

****

Bana terdiam didekat jendela kamarnya, setelah pulang dari rumah Aruna, ia segera balik ke rumahnya. Bana mencoba untuk menjernihkan pikirannya. Ada apa dengannya hari ini?

"Kak Bana suka sama Aruna."

Pernyataan yang keluar dari bibir Aruna terus terngiang-ngiang di pikiran Bana hingga subuh ini. Ia masih tak bisa tidur hanya karena memikirkan kejadian di kamar Aruna semalam.

Bana merememas rambutnya frustasi.

"Apa yang telah gue lakukan!"

Bana menyadari perbuatannya hari ini, bagaimana ia menyelamatkan Aruna daripada Aurora. Bagaimana ia mencium tangan Aruna saat gadis itu tertidur.

Bana menghela napas berat, perlahan kepalanya tertunduk. Tentu saja Bana tahu jawabannya. Ia sudah menyadari semuanya.

"Gue suka Aruna," lirih Bana.

Bana akhirnya menyadari perasaanya dan mengakuinya. Perasaan yang selama ini ia tolak mentah-mentah, perasaan yang harusnya tidak boleh ada kini menjadi perasaan yang semakin mendominasi hati dan pikiran Bana.

"Apa yang harus gue lakukan?"

Bana tentu saja tau akan resiko perbuatan dan perasaanya. Bana sudah menyakiti Aruna, dan ia takut untuk menyakiti yang lainnya seperti Aurora.

Bana merutuki perbuatan bodohnya selama ini. Bana mencoba memikirkan baik-baik solusi untuk semua perbuatannya. Apa yang akan dia lakukan setelah ini. Bana mencoba mencari jalan keluar agar tidak menyakiti siapapun lagi.

****

Pagi hari, cahaya hangat matahari menyambut setiap makhluknya. Bana pergi ke kantor dengan keadaan lusuh, ia masih tidak tidur sejak semalam. Kepalanya terasa berat. Bana masuk ke dalam ruangannya. Ia sedikit kaget melihat keberadaan Aurora di ruangannya.

Aurora berdiri, tersenyum menyambut Bana.

"Pagi sayang," sapa Aurora.

"Pagi," jawab Bana seadanya.

Bana segera berjalan mendekat.

"Lo nggak tidur semalam?" tanya Aurora khawatir melihat kantung mata hitam Bana.

FILOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang