Daffa Zaidan Pratama, dia adalah pacarku. Biar sedikit ku gambarkan dirinya , pria tampan dengan rambut lurus, kulit sawo matang dan punya lesung pipi. Sifatnya yang lembut, baik hati, family man dan penyayang menjadi alasanku untuk menerima cintanya, meskipun kadang sedikit bossy.
Aku dan daffa berpacaran sejak kami SMA, kini hubungan kami sudah berjalan 5 tahun, dari dulu aku bercita-cita untuk menikah muda, tentu saja dengan daffa.Tapi sayangnya orang tuaku memintaku untuk menyelesaikan studiku terlebih dahulu, dan sekarang aku duduk dibangku kuliah semester 6, yap kalian benar, kini aku sedang pusing-pusingnya untuk mengerjakan skripsi.
Jika kalian bertanya Daffa kuliah dimana dan jurusan apa, biar kujawab, dia membersamaiku masuk ke jurusan yang aku impikan dari dulu, tentu saja atas kemauannya sendiri, jika tidak, mungkin saja kini dia sudah pindah jurusan.
Aku dan Daffa mengambil jurusan Kedokteran, dari kecil aku memang bercita-cita menjadi seorang dokter, begitu juga daffa jadi kami belajar bersama untuk bisa masuk ke Jurusan dan tempat kuliah yang sama. Dan ternyata Tuhan mengambulkan doa kami.
Aku sedih karena harus berpisah dengan orang tuaku di Bandung, dan memilih untuk merantau ke luar kota bersama Daffa, untungnya sahabat karibku sejak SMA juga masuk ke jurusan yang sama dan di tempat yang sama pula. Namanya Nahla, aku biasa memanggilnya Nana, biar ku ceritakan dia di halaman berikutnya.
Semenjak kuliah, aku memang lebih sibuk untuk menjadi mahasiswa kupu-kupu alias kuliah pulang kuliah pulang, bukan tanpa alasan, aku ingin benar-benar memanfaatkan waktu untuk bisa fokus memahami materi kuliah yant sulitnya naudzubilllah. Berbeda denganku, Daffa memilih untuk ikut organisasi sehingga tentunya waktu kebersamaan kami jadi berkurang, dan hal itu lah yang sering memicu perdebatan diantara kami, tetapi aku bersyukur kami masih bisa mengatasi itu semua sehingga kami masih bersama sampai sekarang.
Hari ini aku dan Daffa berangkat kuliah bersama seperti biasanya, dia duduk di bangku kemudi, sambil aku menatapnya, dia masih sama seperti dulu, selalu fokus ketika menyetir, bahkan tak bisa sama sekali ku ajak bicara, tak apalah itu gayanya. Aku pun mengalihkan pandanganku ke depan, memasang earphone dan mendengarkan musik, menikmati setiap alunan lagu yang ku putar, tak sadar akupun memejamkan mata, hingga akhirnya mobil daffa berhenti di depan gedung megah fakultasku.
"Re, udah sampe" Ucapnya sambil mengelus puncak kepalaku, akupun tersadar dan langsung merapihkan rambutku, yang pasti sudah acak-acakan.
"Udah cantik kok" Ucapnya lagi
"Hm orang berantakan gini juga, Daf" ucapku sambil merapihkan rambut.
"Haha iya deh tuan putri, cepetan ya dandanya, 10 menit lagi kita masuk" ucapnya sambil melihatku.
"Udah yuk" ucapku, kami pun turun dari mobil.
Daffa itu ketua BEM, tiap kali kami berdua jalan pasti selalu jadi pusat perhatian, banyak sekali adik tingkat dan kakak tingkat yang suka padanya, untungnya Daffa tidak tergoda dengan mereka, meskipun menurutku banyak yang lebih cantik dariku.
"Udah ga usah diliatin balik" Ucap Daffa yang seakan-akan bisa membaca pikiranku
"Iya iya" ucapku
Kami pun sampai di lantai tempat kelas kami berada, kini kami memasuki blok metodologi penelitian dimana fokus di blok ini adalah cara penyusunan karya tulis atau yang sering disebut skripsi. Belum dapet kuliahnya aja kepalaku sudah pusing ya semoga aja kali ini aku bisa fokus, kalo ga fokus aku tinggal tanya Daffa atau Nana hehe.
100 menit berlalu, kuliah pengantar blok pun telah selesai. Hari ini jadwal kami hanya itu, akupun menghampiri Daffa, bermaksud untuk mengajaknya pulang. Kami berpisah tempat duduk, karena di kampusku meghendaki laki-laki harus terpisah dengan perempuan, selain itu biar gak dikatain Bucin sama teman-teman kelas.
"Daf, pulang yuk" ajakku
"Kamu pulang sama Nana aja gimana? Aku harus rapat nih, maaf ya soalnya ini dadakan" ucapnya
"Kamu kan ketuanya, kenapa harus mau sih rapat dadakan" ucapku kesal
"Aku lupa kalo Sera mau diskusiin soal event terakhir kita sebelum purna jabatan Re" ucapnya
"Ya udah lah Daf, kamu ga bakal juga prioritasin aku" ucapku sembari pergi meninggalkannya.
Dan nyebelinnya dia gak ngejar, ya bela-belain anterin aku dulu kek, baru balik lagi ke kampus, nyatanya Daffa gak kaya cowo di Film yang sering aku tonton.
"Reeeeee"
"Reaaaa"
"Reaa anindita"
Saking cepetnya aku jalan, aku gak menghiraukan suara-suara yang memanggilku, dan akhirnya sumber suara itu semakin mendekat dan menepuk punggungku. Siapa lagi kalo bukan Nana
"Kayanya kuping lu perlu diperiksa deh, gue bawa garpu tala nih sama otoskop, yok gue priksa sekarang, bahaya kalo mau koas kuping lu masih budeg begini" Ucap Nana sambil ngos-ngosan
Aku mengehela napas "Udah yuk Na pulang, lu makin ga waras deh kayanya""Lu yang ga waras Re" ucapnya sambil melotot ke arahku.
5 menit kemudian, kini aku sudah ada di Mobil Nana, rumah Nana gak jauh dari rumahku jadi sebenarnya kita bisa sering berangkat bareng, tapi Nana tau kalo Daffa pasti bakal jemput aku, kecuali aku memberitahunya kalau Daffa musti berangkat duluan.
"Re, lo yakin mau nyetir?" Ucap Nana yang sangat khawatir tiap kali aku membawa mobil kesayangannya, karena katanya aku masih amatir, ya wajarlah aku jarang nyetir, karena selama kuliah aku lebih sering disetirin Daffa.
"Iya udah lo tenang, gue bisa kok" Ucapku super pede
"Tapi sebelum nyetir gue mau bilang dulu nih sama lo" ucap Nana
"Soal apa?" tanyaku
"Daffa" Ucapnya
------------------------------------------------------------------------
Hallo guys, Enjoy my New Story:)
Jangan lupa Voment ❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
SETELAH PUTUS
RomanceKalau kamu pikir setelah putus hidupmu gak akan bahagia, Aku pastikan kamu salah Kalau kamu pikir setelah putus kamu tidak akan bisa melupakannya, Aku pastikan kamu salah Kalau kamu pikir putus adalah jalan terbaik, Kamu benar Segala sesuatu yang di...