Chapter 1

4.9K 267 45
                                    

Author pov.

Tok tok tok

"Dek.. bangun dek... Kamu gak sekolah apa... Ini hari pertama kamu masuk SMP loh... Hoy Stifia... " teriak Mich sambil mengetuk pintu kamar adik kecilnya.

Mich berniat mengetuk pintu lagi namun sang empu sudah muncul dengan pakaian rapi ala siswa baru masuk SMP. Ia menenteng tasnya sambil melirik Mich malas.

"Berisik woy, gue udah siap dari tadi kali!" ujar Stifia bersungut-sungut karena risih dengan suara kakak kedelapannya yang berisik itu.

"Kalo udah siap dari tadi kenapa nggak jawab kakak. Yaudah sekarang sarapan gih... Udah ditunggu yang lain tuh.. kamu itu hari pertama masuk sekolah, kalo telat gimana? Kamu dihukum gimana.. Masak kamu awal masuk udah bikin onar.. Terus dipanggil orang tuanya.. Terus.. " Mich tidak melanjutkan ucapannya karena sang adik tidak mendengarkan dan malah berlari menuju meja makan.

"Jangan lari, nanti jatuh!" ucap Mich sedikit sebal, tapi ia sudah terbiasa dengan tingkah adiknya itu. Dan Mich segera menyusul Stifia menuju meja makan.

Ayah dan semua saudaranya sudah duduk ditempat masing-masing, namun ia melihat sesosok asing yang menduduki kursi kesayangannya.

"Ih kok kursi kesayanganku di duduki, minggir ih"

"Berisik, masih banyak kursi!" ucap Alvaro dengan sedikit membentak. Ia tidak sengaja membentak adik kecilnya itu, karena ia sedang dalam mood yang buruk pagi itu. Karena shubuh tadi ia mendengar bahwa tadi malam ada yang ingin menyelakai, atau lebih tepatnya ingin membunuh adik kesayangannya itu. Namun berhasil digagalkan oleh tangan kanannya yang kebetulan sedang berjaga malam itu. Tapi tangan kanannya tidak berhasil menangkap 1 orang yang kabur menggunakan motor. Ia khawatir orang itu akan mencoba menyelakai adik kesayangannya lagi. Belum lagi orang-orang itu masih belum diketahui identitas dan motifnya.

"Al!" Dominic pun turun tangan karena melihat raut muka Stifia yang berubah menjadi sedikit suram. Alvaro adalah anak pertama Dominic, yang artinya dia kakak tertua Stifia.

Alvaro tersadar dari lamunannya, tapi ia sadar betul dengan apa yang dilakukannya barusan. Dan ia segera meminta maaf sambil membujuk adiknya.

"Stifia sayang, maafin kakak, kakak sedang melamun tadi, yaudah sini kamu duduk di sebelah kakak aja. Sebelah kakak kosong nih." ucap Alvaro lembut sambil tersenyum hangat.

Raut muka Stifia terlihat cerah kembali, namun kembali bersungut karena kursi kesayangannya ditempati seseorang yang tidak dikenalinya.

" Al, dia siapa? " Tanya stifia pada Alvaro sambil menarik kursi di samping Alvaro.

"Dia Bara, cucu Javier. Dan sebentar lagi menjadi suamimu"

Deg

Jawaban tegas sang ayah membuat Stifia diam tak bergerak beberapa detik. Rasanya nafas dan detak jantungnya berhenti sebentar setelah ucapan singkat ayahnya. Ia tak habis fikir bagaimana jalan pikiran ayahnya. Padahal ia baru akan menginjak usia 13 tahun dan baru akan masuk SMP hari ini, tapi ia akan dinikahkan. Apalagi dengan sosok asing yang tidak dikenalinya.

Stifia sudah tidak mood sarapan lagi, ia langsung berdiri, mengambil tasnya dan meninggalkan ruang makan tanpa menoleh ke arah sang ayah dan para kakaknya sedikitpun. Ia lalu keluar rumah dan berniat berangkat sekolah dengan jalan kaki.

D. FamiliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang