Chapter 20

1.1K 74 5
                                    

"Baiklah Bu Ida jam 1 siang nanti ada acara, jadi hari ini cuma saya beri tugas saja. Pertama bentuk kelompok 5-6 orang, campur laki-laki dan perempuan. Terus tugasnya mengerjakan soal di lembaran ini. Ketua kelas tolong fotocopy kan ya. Dikumpulkan minggu depan waktu pelajaran saya."

"Baik Bu" ucap ketua kelas lalu mengambil lembaran tugas dari Bu Ida.

"Eh Fira, lo sekelompok sama kita, sama Stifia sama Aldi juga. Karena mereka berdua sekarang nggak masuk, lo kerjain dulu deh itu tugasnya. Nanti minta lembarannya di Ketua kelas." perintah  pada Fira. Sedangkan Fira hanya bisa mengangguk untuk menanggapi perintah Azka. Yang Fira butuhkan sekarang ini adalah hanya Stifia. Karena saat Stifia muncul ia merasa memiliki saudara sekaligus sahabat. Dan sekarang ia baru merasakan apa itu kesepian setelah Stifia tidak bersamanya. Padahal sebelumnya ia selalu sendiri dan tidak pernah merasa kesepian. Tapi entah kenapa sekarang ini ia merasa kesepian dan membutuhkan Stifia berada didekatnya.

* * *

Di tempat pernikahan berlangsung, semua tamu undangan telah pulang ke rumah masing-masing. Tentu saja pesta itu sudah berjalan hampir 3 jam.

"Sayang, kamu nggak papa?" tanya Eldebara pada Stifia karena Stifia hanya diam saja dari tadi. Sedangkan yang ditanya hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

"Kamu mau istirahat dulu? Nanti sore kita ada rapat tentang perjanjian soalnya."

"Hmm" ucap Stifia berdiri, tapi saat akan bergerak turun tangga ia terlihat kesulitan. Karena tubuhnya yang kecil dan gaunnya yang panjang dan berat.

"Kamu kesusahan bergerak dengan gaun yang kamu pakai ya? Biar ku bantu" ucap Eldebara langsung menggendong Stifia ala bridal style membuat Stifia terkejut dan langsung mengalungkan tangannya ke leher Eldebara. Stifia juga menyembunyikan wajahnya di dada Eldebara karena malu. Sebab, semua keluarga dan para bodyguard disana memperhatikannya dengan Eldebara. Sedangkan Eldebara sendiri malah tersenyum senang dengan tingkah laku istri kecilnya yang lucu itu.

"Ah romantisnya, jadi pengen" ucap Brandon tidak sengaja. Membuat semua saudara-saudara nya berbalik memperhatikanmu nya.

"Makanya nikah kak" celetuk Mich.

"Diem lu bocil!"

"Aku bukan bocil kak" sahut Mich tidak terima dibilang bocil (bocah cilik).

"Bocil nggak mau dibilang bocil. Mau dipanggil apa terus?" tanya Harry ikut-ikutan.

"Tau, lo kan yang paling kecil diantara kita" ucap Aleron ikut membully Mich.

"Yang paling kecil kan Stifia, kok jadi aku?" Mich berusaha membela dirinya.

"Stifia kan udah nikah, anggep aja dia udah dewasa. Berarti lo lah yang paling kecil" Alvaro membuat alasan.

Mich langsung mengerucutkan bibirnya, ia sebal dengan kakak-kakaknya itu.

"Lucunya adik kecil, adik kecil" goda Reylando sambil mencubit kedua pipi Mich hingga memerah, membuat Mich mengaduh kesakitan.

"Sudah, sudah kalian itu suka sekali membully Mich" ucap Dominic menghentikan kejahilan anak-anaknya yang membully Mich. Mich yang dibela pun langsung bersembunyi dibalik punggung ayahnya.

"Tuh kan bocil. Masih minta dilindungi sama ayah" ucap Adrian.

Semua kakak-kakak Mich membully nya, kecuali Alucas yang dari tadi hanya tersenyum memperhatikan tapi ia juga tidak membela Mich. Alucas adalah anak Dominic yang paling pendiam, kecuali saat ia marah tentunya, seperti saat tau Eldebara main tangan dengan adik kesayangannya, Stifia.

"Biarin wlee" ucap Mich lalu menjulurkan lidahnya. Ia melupakan fakta bahwa di sekolahnya ia terkenal karena sangat cuek dan dingin, tapi di rumah saat ia dengan saudara-saudaranya ia merasa seperti anak kecil dan sering tersenyum dan tertawa.

Skip

Eldebara menggendong Stifia menuju kamar tamu, dan mendudukkan nya di ranjang.

"Kenapa kau membawaku ke kamar tamu?"

"Kamar mu, maksudku kamar kita sedang di tata ulang, sayang. Akan ada beberapa perabotan baru untuk menampung baju-bajuku dan untuk keperluan ku.

"A--" saat Stifia akan mengatakan sesuatu tapi langsung di hentikan Eldebara.

"Tenang saja, perabotan barunya berwarna hitam, putih, dan abu-abu saja. Aku tau kamu nggak suka warna lain." setelah Eldebara mengatakan itu, Stifia tidak jadi berkomentar.

"Baiklah sekarang sebaiknya kau mandi, apa perlu kau perlu bantuan ku untuk menurunkan gaunmu?"

"Tidak! Aku bisa sendiri! Pergi sana, hush hush" usir Stifia dengan wajah memerah antara marah dan malu. Sedangkan Eldebara malah tertawa ringan lalu keluar kamar itu. Dan Stifia langsung saja menutup pintu kamar tamu itu dengan kasar dan menguncinya.

"Dasar! Dari dulu masih saja jahil, dasar El" ucap Stifia bicara sendiri sambil berusaha menurunkan gaunnya yang berat itu. Ia kemudian segera berendam.

Sore harinya, semua kakak-kakak Stifia, Dominic, Eldebara, serta Javier dan kedua tangan kanannya itu sedang berkumpul di ruang kerja milik Dominic.

Dominic kemudian mengeluarkan sebuah map berwarna merah dari laci nya, dan memberikannya pada Javier.

Javier yang diberi map pun membaca isi map itu yang ternyata adalah surat perjanjian. Yang isinya:

SURAT PERJANJIAN

Nicholas Dominic sebagai pihak
pertama dan Javier sebagai
pihak kedua yang menyepakati
poin-poin sebagai berikut:

1. Pihak pertama memberikan hak asuh anak terakhirnya pada pihak kedua.
2. Pihak kedua wajib memberikan apapun yang dibutuhkan dan diinginkan oleh anak terakhir pihak pertama yang hak asuhnya telah diubah.
3. Pihak pertama dilarang ikut campur dalam urusan pribadi antara pihak kedua dan anak terakhirnya.
4. Pihak kedua dilarang keras melakukan kekerasan dan harus menjamin keselamatan anak terakhir pihak pertama walau harus dengan nyawanya.
5. Pihak pertama dilarang melanggar perjanjian atau membatalkan perjanjian.
6. Pembatalan perjanjian bisa terjadi apabila mendapat persetujuan dari pihak pertama dan pihak kedua.
7. Apabila pihak pertama tidak memenuhi kewajiban, maka pihak kedua berhak melakukan apapun pada pihak pertama, begitu pula sebaliknya.

Demikian surat perjanjian ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan tanpa paksaan dari pihak manapun, melainkan atas kesadaran dan apa yang diinginkan kedua belah pihak, untuk dapat dipergunakan sebagai mana mestinya.

Setelah membaca semua poin-poin dalam surat perjanjian itu, Javier mengambil bulpoint dari saku jasnya dan membubuhkan tanda tangannya di atas materi yang berisi namanya. Ia kemudian mengembalikan map itu pada Dominic.

Dominic membuka mapnya sekilas dan memberikan map itu pada anak-anaknya, agar mereka semua bisa membacanya baik-baik. Dan yang terakhir map itu berada di tangan Eldebara.

"Tolong simpan itu baik-baik" ucap Dominic saat Eldebara akan memberikan map itu padanya.

"Kenapa map ini diberikan padaku? Bukankah yang membuat perjanjian adalah ayah dan kakek?"

"Kau adalah penengah antara aku dan Javier. Karena kau bisa mengawasi ku dan mengawasi si tua bangka itu." ucap Dominic enteng.

Seseorang yang dipanggil tua bangka itu hanya tertawa. Sedangkan anak-anak Dominic cukup takut untuk mendengar suara tawa yang cukup menggelegar itu.

"Kakek?" tanya Eldebara meminta saran dari kakeknya.

Javier berhenti tertawa dan melihat Eldebara yang memanggilnya.

"Dengarkan saja perintah ayah mertuamu itu."

* * *

Semoga kalian suka dan menikmati cerita di chapter 20 ini ya... Dan kalau kalian suka ceritanya jangan lupa vote dan komen ya... Thanks you...

D. FamiliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang