Chapter 3

3.2K 196 24
                                    

Setelah semua anaknya keluar, Dominic menutup pintu lalu mendekati mereka berdua.

" Kau terlalu berani anak muda. Beraninya kau mencium putri kesayangan ku yang masih kecil ini. " seru Dominic.

"Oh ayolah om, jangan jahat-jahat kepadaku, nanti ku laporan pada ibu panti." ucap Eldebara lalu tertawa, diikuti oleh Stifia.

Dominic masih bingung. Ia juga heran bagaimana Stifia begitu dekat dengan cucu Javier itu, padahal mereka belum pernah bertemu sebelumnya.

"Oh ayolah ayah, dia El ayah, El milik Dandelion. " ucap Stifia di sela tawanya.

"El milik Dandelion? Sepertinya ayah pernah mendengar kalimat itu, tapi dimana?"

Pyar pyar pyar

Suara pecahan kaca bertubi-tubi itu membuat mereka bertiga yang berada di dalam kamar berjengit kaget. Mereka bertiga kemudian keluar kamar.

* * *

Diluar terjadi banyak tembakan acak. Bara tiba-tiba melepas jas yang ia kenakan lalu dipakaikan ke tubuh Stifia. Jasnya itu merupakan jas anti peluru. Ia tidak ingin calon istrinya itu terluka. Lebih baik ia yang terluka daripada gadisnya itu. Ia juga menggulung lengan kemeja putihnya itu. Memperlihatkan bekas luka lumayan besar yang ada di tangan kirinya.

Dominic memperhatikan Eldebara dengan saksama. Sekarang ia tau apa maksud dari perkataan Stifia tadi. Namun sekarang bukan waktu yang tepat untuk memikirkan itu.

Dominic dan Eldebara segera mengambil pistol dari saku celana mereka masing-masing dan mulai mencari dan menembak penembak acak itu.

Beberapa menit kemudian, kira-kira setelah 15 peluru ditembakan oleh Dominic dan Eldebara, tembakan acak itu berhenti. Dan Alvaro tampak menyeret seseorang yang berhasil ia tangkap hidup-hidup.

Mereka membawa penembak acak itu ke ruang bawah tanah. Saat itu di rumah hanya ada Dominic, Eldebara, Alvaro, Stifia dan beberapa pelayan yang ada di rumah bagian dalam. Sebenarnya rumah ini adalah tempat persembunyian mereka. Maka dari itu tidak ada bodyguard atau bawahan Dominic satupun disini. Mereka tidak ingin mengundang tanya para tetangga dan para musuh.

Stifia disuruh istirahat oleh tiga orang pria itu, namun ia ingin tahu apa motif dari penembakan barusan dan siapa musuh mereka yang sebenarnya.

Dengan mengancam tidak mau makan seminggu, akhirnya mereka mengizinkan Stifia ikut ke ruang bawah tanah. Memang sepertinya itu hanya omongan anak SMP yang hanya menggertak. Tapi kalau Stifia yang bicara itu bukan gertakan lagi. Karena ia adalah orang yang serius dengan perkataannya.

Tapi sebelumnya Stifia disuruh mengganti pakaiannya dulu. Karena Stifia masih menggunakan seragam SMP nya.

Dominic juga menelpon beberapa bawahannya agar segera datang. Sedangkan Alvaro menelfon tangan kanannya, Yovian.

Stifia mengganti pakaian cukup lama karena ia mandi lagi. Ia kemudian menggunakan croptee dan hotpants hitam. Setelah berganti pakaian, Stifia segera ke ruangan bawah tanah.

Kira-kira seperti ini pakaian yang dikenakan Stifia.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
D. FamiliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang