05

695 116 2
                                        

"Woi woi anjir!" seru Hanbin sembari menghampiri teman-temannya yang sedang nongkrong di kafe.

"Hah? Apa?" tanya Ten bingung.

"Gua abis lihat setan lagi. Setannya masih sama kaya kemarin. Duh gua merinding gila." Panik Hanbin sembari mendudukkan dirinya di samping Daniel dan menyenderkan kepalanya di bahu Daniel.

"Eh gua lurus ya, gausah nyender lu." Tukas Daniel yang membuat Hanbin bangun dan mencebikkan bibirnya.

"Hantu yang rambutnya sebahu warna coklat? Bajunya penuh darah?" tanya Doyoung.

Hanbin mengangguk semangat, "KOK LU TAU?!"

Doyoung menunjuk ke belakang Hanbin dengan dagunya lalu berkata,"tuh dia ngikutin elu."

"Sialan! HUWA EMAK!" Hanbin langsung pindah ke samping Doyoung.

"DUYUNG, GUA TAKUT SUMPAH. GIMANA KALAU HANTUNYA SUKA SAMA GUA? IH GUA GAMAU YA PACARAN SAMA HANTU. SEREM." ujar Hanbin

Jaehwan, Daniel, dan Ten yang duduk di sana sontak saja tertawa mendengar perkataan Hanbin.

Daniel menatap Doyoung, "lu bisa lihat hantu Doy?"

Doyoung mengangguk, "bisa."

"Sejak kapan?" kini Jaehwan yang bertanya sembari menyeruput jus alpukatnya

"Sejak SD." jawab Doyoung singkat.

"Lu bisa ngomong ga sama hantu? Atau interaksi gitu? Kaya yang di film-film?" tanya Ten kepo.

Doyoung mengangguk, "bisa sih. Tapi cuma ngomong aja. Kalau kayak yang interaksi pegangan atau yang kontak fisik gitu gabisa."

Daniel manggut-manggut. "Gua masa bisa lihat hantu juga weh. Tapi baru-baru ini. Aneh gak sih?"

Doyoung mengangkat satu alisnya, "itu antara lu baru sadar lu bisa lihat atau ada yang buka mata batin lu sih."

"NGAPA JADI BAHAS HANTU SIH ANJIR. GATAU APA GUA LAGI KETAKUTAN. DOY! HANTUNYA MASIH IKUTIN GUA GA?"

"Masih, sekarang dia ada di belakang lu."

"TOLONGIN MBIN MAAAAAAAK!" teriak Hanbin

"Woi, Kecil in dikit napa. Ini kafe, bukan hutan. Dasar jelmaan Tarzan." celetuk Jaehwan.

"Tau nih, berisik si Hanbin. Lagian kan dia gak ngapa-ngapain elu," ujar Ten.

Hanbin menatap Ten tajam, "coba aja lu bisa lihat hantu kayak gua ini, pastinya lu bakalan kabur terbirit-birit sampe lu ngompol!"

"Alay lu," ujar Daniel sambil melempar kulit kacang dan tepat mengenai wajah Hanbin.

"Kampret lu Niel."

"Haha. Eh tapi katanya itu tadi antara gua dibuka atau gak gua baru nyadar sama kelebihan gua ini kan Doy?" tanya Daniel.

"Iya."

"Tapi ada kemungkinan lain gak selain itu?"

"Bisa, mungkin dia lagi iseng aja pengen nampak in diri ke elu. Pengen seolah lu tau kalau dia ini ada. Ya intinya pengen dianggap lah keberadaannya."

"Oh, bisa gak kalau yang kaya begitu tuh hantu yang minta tolong?"

"Bisa aja tapi ya harus hati-hati. Kaya hantu penasaran gitu kan maksud lu?" 

"Iya bener."

Doyoung mengangguk, lalu memakan kentang goreng nya.

"Hubungan lu sama Lisa gimana?" tanya Jaehwan.

"Kayak orang pacaran biasa lah bro, ya begitu." jawab Ten.

"Enak ga pacaran?" kini Hanbin yang bertanya.

"Ya enak, tapi ya ada ga enaknya juga." jawab Ten.

"Kenapa? Mau pacaran lu?" tanya Daniel ke Hanbin yang dijawab anggukan oleh Hanbin.

"Alah, siapa sih yang mau sama elu." celetuk Jaehwan bercanda.

"Tuh, hantu yang tadi," ujar Ten.

"Hus, gaboleh gitu." kata Daniel sambil melempar kacang ke arah Ten dan Jaehwan.

"Iya iya maap." Seru Jaehwan dan Ten bersamaan.

"Eh diem dulu coba." Doyoung yang tadi hanya mendengarkan ocehan keempat temannya kini bersuara.

"Kenapa?" tanya Hanbin.

"Ssstt." Doyoung menyuruh semua diam dengan menaruh telunjuk di depan bibirnya.

Doyoung memejamkan matanya lalu diam, seolah sedang berkonsentrasi.

Jaehwan, Ten, Daniel, dan Hanbin saling melempar pandang, hingga akhirnya Doyoung mengatakan suatu hal yang membuat keempat pria itu terkejut.





"Hanbin, lu pernah nolong orang kecelakaan?" tanya Doyoung yang membuat Hanbin mengangguk.



















"Hantu yang ngikutin elu, dia mau bilang makasih sama lu tapi ga bisa karena lu ga paham omongan dia."










"HAH?!"

















"Dan ada satu hal lagi, dia bilang tentang ciri-ciri orang yang nabrak dia sampai meninggal."












Hanbin mengingat-ingat lagi, lalu menoleh ke Doyoung.

"Tapi waktu itu gua nolongin dua orang btw. Orang yang mana yang bilang makasih ya?"












































Hujan tampaknya tak ingin berhenti

Wanita itu tampak murung.

"Apa aku pulang saja ya? Aku sudah cukup kedinginan di sini. Aku takut masuk angin." gumam wanita itu

Ia menghembuskan napas pelan, "lagipula masih ada hari lain untuk berbicara dengan dia."
























Apa kalian menangkap clue dari part ini? Mangga komen wkwk

Ehehe^^





Terakhir revisi : 9/11/21

(96 Line) HELP ME ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang