13

630 104 7
                                        

"Jennie mana Jennie? Gua mau ketemu Jennie!" pekik Jisoo setelah siuman sembari mencoba bangun dari posisi berbaring nya.

Membuat Daniel dan dokter Sooyoung-dokter kandungan- terkejut.

"Bu, lebih baik anda tiduran dulu, jangan banyak bergerak." ujar dokter Sooyoung sambil tersenyum khawatir

Jisoo menangis, "tapi saya mau ketemu Jennie dok. Hiks, Jennie!"

"Iya, nanti kakak ketemu sama Jennie kok. Nanti tapi ya. Kakak istirahat dulu." ujar Daniel mencoba menenangkan Jisoo.

Jisoo mengangguk lalu mulai menangis tersedu.

"Hiks... Hiks..."

Dokter Sooyoung menepuk pundak Daniel, "tolong tenangkan dia ya. Jangan sampai dia kelebihan emosi, nggak baik buat bayinya."

Daniel mengangguk menanggapi perkataan dokter Sooyoung.

Setelahnya, dokter Sooyoung keluar dari ruangan.

"Hiks... Daniel... Gua mau ketemu Jennie."

"Nanti ya kak, nanti. Kakak mending tenangin diri dulu, atau ga kakak tidur dulu aja, gapapa."

"T-tapi Niel."

"Sssst. Tidur gak?"

"Iya iya. Galak banget sih."

Jisoo akhirnya tidur.

Daniel menghela napasnya, ia cukup bingung dengan semua yang terjadi. Terlebih, fakta yang dikatakan oleh Jennie seolah mimpi terburuk yang pernah ada. Baik itu bagi Daniel maupun Jisoo. Ya, tentu saja.

Daniel sudah menyukai Jennie sejak SMA namun ia tak pernah mengatakan hal yang ia rasakan pada Jennie. Tentu pemuda itu merasa terkejut bahwa Jennie pernah mengandung anak dari Taeyong. Kakak iparnya.

Belum lagi, Jisoo adalah teman Jennie juga semasa SMA. Meski berbeda angkatan, Jisoo terbilang cukup dekat dengan Jennie. Ya walau saat kuliah mereka berdua berbeda universitas dan membuat mereka lost kontak.

"Kak Jisoo pasti ngerasa bersalah sama Jennie." gumam Daniel











































"Oh, Jisoo. Udah siuman?" tanya Jennie pada Jisoo yang diantar Daniel ke ruangannya dengan kursi roda

Jisoo mengangguk. "Udah."

Daniel berhenti mendorong kursi roda milik Jisoo tepat saat sudah sampai di samping Jennie.

Jisoo segera memeluk Jennie, membuat Jennie cukup bingung akan kelakuan Jisoo, namun ia langsung membalas pelukan tersebut.

"Kenapa?" tanya Jennie setelah pelukan tersebut terlepas

Jisoo menatap Jennie sendu sambil memegang tangan Jennie. "Gua minta maaf Jen."

Jennie menaikkan alisnya,"hah? Kenapa? Buat apa?"

"Gua sekarang udah nikah sama Taeyong. Maafin gua, gua gatau kalau lu pernah hamil anak dia. Kalau misal gua belom nikah sama Taeyong mah gua suruh dia tanggung jawab sama elu. Maafin gua Jen. Gua bener-bener minta maaf." ujar Jisoo dengan air mata yang mengalir di pipinya.

Daniel mengelus pelan pundak Jisoo, mencoba menenangkan kakak sepupunya.

Jennie tersenyum getir,"iya nggak apa-apa. Lagipula kan semua udah terjadi. Gua cuma bisa terima dengan lapang dada kan?"

"Tapi Jen, gua bener-bener ngerasa orang yang paling bersalah tau gak? Soalnya gua dah nikah sama Taeyong. Harusnya—"

"Udah udah, gausah disesalin. Walaupun lu nangis sambil minta maaf kayak gini sama gua kan juga ga bakalan mengembalikan semuanya. Lagian gua juga udah ikhlas kok. Gua juga udah baik-baik aja. Jangan nangis ya? Kasihan dedek bayinya kalau ibunya nangis. Senyum dong Soo." ujar Jennie sambil menghapus air mata di pipi Jisoo

Jisoo mengangguk, "Jen makasih ya. Makasih udah relain Taeyong buat gua. Maafin Taeyong juga."

Jennie mengangguk. "Iya."

















































"Daniel."

Daniel yang baru saja selesai mengganti pakaian sehabis mandi langsung saja menolehkan kepalanya ke segala penjuru kamarnya setelah mendengar ada yang memanggilnya.

"Mungkin salah denger kali ya?" gumam Daniel lalu menutup pintu lemari nya.

Saat menutup pintu lemari, Daniel membeku.

Dari pantulan kaca lemari, terlihat sosok yang sangat menyeramkan sedang berdiri di belakang Daniel dengan rambut pendek cokelat nya dan juga baju yang penuh dengan darah.

Jangankan berteriak, ingin memalingkan pandangan dari kaca lemari itu saja Daniel tak bisa.

Hening beberapa saat sampai akhirnya sosok itu menghilang.

Daniel menghela napas lega.

"Kaget anjir."

"Daniel, gue gak akan nunjukin wujud gue lagi sama elu karena lu bisa aja pingsan sedangkan gue mau bilang sesuatu sama elu."

"Hah? Siapa itu!"

"Gue hantu yang lu lihat tadi."

"Oh, i-iya. Kenapa?"

"Gue orang yang nolong Jennie. Gue mati penasaran. Gue ga akan bisa pergi sampai pelaku yang bunuh gue tertangkap."

"Jadi gue harus ngapain?"

"Gue udah kasih sebuah clue ke temen lu yang indigo juga. Tapi gue juga mau bilang clue lain sama elu."

"Kenapa ga langsung kasih tau siapa pelakunya aja?"

"Seandainya gue bisa, udah gue lakuin. Tapi gue gabisa, karena pelakunya pakai masker."

"Oke, kasih tau clue nya coba."

"Alisnya tercukur. Tatapan matanya tajam. Sedangkan yang satunya, tatapan matanya khawatir dan ketakutan."

"Tunggu, pelakunya ada dua?"

"Ya."

"...."

Hening.

Tiba-tiba, terdengar teriakan Jisoo.

































"DANIELLLL BANGUN LU KEBO! UDAH JAM DELAPAN. KATANYA ADA KULIAH PAGI?!"

Daniel segera terbangun dari tidurnya dan terduduk di kasur nya dengan wajah terkejutnya.

Ia menatap jam di ponselnya, "beneran jam delapan anjir."

Daniel segera meraih handuknya di gantungan dinding, lalu menatap lemari nya. Ia langsung teringat dengan mimpinya tadi.
































"Alis ke cukur, tatapan tajam. Tatapan khawatir dan ketakutan?"





























TBC 😛😛😛

;-; vote dan komen juseyo👉👈

Kalau ada yang mau mengkritik atau mau kasih saran, boleh loh. Asal sopan🙏

(96 Line) HELP ME ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang