Gimana kabar kalian hari ini? Baik kan?
Semoga aja baik^°^Aku tau kalian pasti ngerti cara menghargai karya seseorang hehe.
"Jennie, kamu gimana keadaannya?" tanya Mamah Jennie khawatir pada anaknya
"Aku baik kok mah. Mamah gimana selama Jennie ga sadar?"
"Ah, Mamah gabisa tidur, susah makan, kepikiran sama kamu terus nak. Mamah sedih, ga bisa lihat kamu untuk yang terakhir kalinya waktu itu."
"Maafin Jennie ya Mah, Mamah jadi kaya gitu huhuhu."
"Iya Jen, gapapa. Mamah awalnya kaget waktu Daniel sama Jisoo kasih tau kalau kamu masih hidup. Rasanya kaya mimpi tau gak?"
Jennie memeluk Mamahnya dengan hangat, tentunya dibalas oleh Mamah Jennie.
"Ini bukan mimpi Mah."
"Iya nak."
Setelah beberapa saat mereka berpelukan, akhirnya pelukan itu dilepas.
Hani—Mamahnya Jennie— menatap Jennie dengan selidik.
"Kenapa Mah?"
"Mamah mau nanya, kamu jawab jujur ya?"
Jennie menelan ludahnya kasar, "i-iya."
"Kamu kemarin sebelum koma, hamil nak?" tanya Hani
Jennie menunduk, lalu mengangguk dengan samar.
Hani membuang napasnya perlahan, "siapa? Siapa yang ngelakuin?"
"T-taeyong Mah."
"Oh, si anak sok ke gantengan itu? Bukannya Mamah udah minta kalian putus? Mamah ga suka sama dia."
"Em, sebenernya aku ga putus sama dia waktu Mamah nyuruh putus. T-tapi akhirnya putus juga Mah karena dia mau nikah. Dijodohin katanya."
"Terus? Kamu diputusin sama dia? Dan waktu itu kamu udah ngelakuin hal itu sama dia?"
Jennie semakin menunduk.
Hani menghela napasnya kasar.
"Mah, jangan diapa-apain ya Taeyongnya? Dia udah nikah, sama Jisoo, temen Jennie. Mamah tau Jisoo kan?"
Ingatan Jennie kembali berkelana disaat ia SMA. Ia pacaran dengan Jaewon, seorang berandalan. Hani yang dari awal tak suka pada Jaewon meminta Jennie putus. Awalnya Jennie tak mau, sampai akhirnya Jennie tau bahwa dia hanya dijadikan bahan taruhan. Ia tau hal itu karena tak sengaja mendengarnya di lorong dekat gudang, Jennie langsung berteriak dan memutuskan Jaewon. Selanjutnya, ia menceritakan semua pada Hani, terang saja Hani tak terima. Hani langsung menyewa beberapa orang untuk memberi pelajaran pada Jaewon, agar pemuda itu tak mendekati Jennie lagi.
Jennie takut Mamahnya akan berbuat yang sama seperti itu pada Taeyong.
Hani mengangkat satu alisnya, "oh? Tapi bukannya dia harus dikasih pelajaran?"
"Enggak Mah. Jennie ga mau Jisoo sedih kalau Taeyong terluka."
"Halah, dasar. Yasudah, cepat habiskan makananmu lalu minum obat."
"Iya Mah."
"Oh iya, kata dokter Namjoon, kamu boleh pulang besok sore."
"Serius Mah? Asik!"
"Gak salah lagi." gumam Daniel
Saat ini, Daniel dan Doyoung sedang duduk di kamarnya.
Bukan untuk hal yang aneh-aneh ya, mereka ini lagi berdiskusi untuk memecahkan misteri siapa yang menabrak Sejeong dan mencelakai Jennie.
Ya, baru mereka berdua yang ada di sana karena Jaehwan, Ten, dan Hanbin sedang dalam perjalanan menuju ke rumah Daniel.
"Lu yakin Niel?"
Daniel mengangguk mantap, "iyalah anying. Coba lu lihat deh muka dia. Mirip ciri-ciri dari yang disebutin. Ya walau alisnya sekarang agak nyambung sih soalnya kan udah lama juga kejadiannya."
"Hem, bener juga."
"Lu bisa manggil Sejeong gak?" tanya Daniel ke Doyoung
"Woi, lu kata gua dukun apa yang bisa manggil setan?"
"Emangnya dukun bisa manggil setan?" tanya Daniel polos
Daniel nyengir, "gatau hehe."
"Yeh si kampret."
Tok
Tok
Tok
TokPintu kamar Daniel diketuk.
Daniel dan Doyoung saling tatap.
"SAHA?" teriak Daniel dari dalam.
Tak ada sahutan.
Doyoung mengangkat satu alisnya saat menyadari sesuatu.
"Eh lihat deh, di bawah pintu kagak ada bayangan orang yang ngetok." ujar Doyoung berbisik pada Daniel
Seketika Daniel merinding.
Woi gila, aku merinding sendiri ngebayangin gak ada bayangan orang yang ngetok hshshshs.

KAMU SEDANG MEMBACA
(96 Line) HELP ME ✔
Mystery / ThrillerMelihat hantu. Berinteraksi dengan mereka. Hal yang baru untuk seorang Kang Daniel. Melihat hantu yang merupakan teman sepermainannya dulu, kemudian hantu tersebut meminta tolong pada daniel untuk menolongnya. Apa yang akan kau lakukan jika ada di...