⚠️WARNING!
GAYS LOVE STORY.
Mature Content.🔞
Homophobic, Normal people, Saint, PLEASE STAY AWAY!
Tetep baca resiko tanggung sendiri :)
**********************************
Pernah nggak lo lagi curhat ke temen tentang mantan yang lo nggak bisa move...
We could leave the Christmas lights up 'til January.
And this is our place, we make the rules.
And there's a dazzling haze,
a mysterious way about you, dear
Have I known you 20 seconds or 20 years?
Can I go where you go?
Can we always be this close?
Forever and ever, ah
Take me out, and take me home
You're my, my, my, my lover.
****
POV Romeo
*Year 2019
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Seharian ini aku harus extra fokus dalam bekerja. Sedikit meleng fokusnya langsung keinget mantan.
Hm..
Setelah buket bunga yang kutemukan didepan pintu tadi pagi, silih berganti semua kenangan manis kami bermunculan kembali di otak.
Selama sepuluh bulan berpacaran, Julian memang dulu selalu bersikap manis dan penuh perhatian.
Aku yang sudah biasa sendirian dan kesepian mendadak sangat dimanjakan akan semua kepeduliannya.
Dari pagi mulai bangun tidur akan ada ucapan selamat pagi darinya.
Lalu berangkat sekolah bersamanya, sambil mampir sarapan bubur jagung ditempat selama ini ia membeli bubur jagung untukku.
Bubur jagung yang dijual si bapak lebih enak daripada yang biasa kubeli dikantin.
Selalu ada sebatang cokelat dan setangkai mawar merah yang diberikan padaku sebelum keluar dari mobilnya.
Di sekolah, kami biasanya bersikap biasa. Dia disibukkan dengan kegiatan OSISnya dan aku dengan bukuku. Jika ada waktu luang, ia akan menemaniku saat jam istirahat di taman belakang lab bahasa.
Pulang sekolah sampai malam hari kami akan menghabiskan waktu bersama di rumahku.
Ia menaruh beberapa baju, sepatu dan sebagian besar bukunya dirumahku.
Rumahku sudah seperti rumah kedua baginya semenjak kami berpacaran.
Aku pernah bertanya apa kedua orang tuanya tidak mencarinya jika ia menghabiskan waktu denganku sampai malam hari.
Dia kemudian menceritakan keluarganya.
Julian tidak memiliki mama. Sang Mama meninggal ketika melahirkannya. Julian tinggal bersama papa dan seorang abang, June.
Papanya membesarkan mereka dengan tangan besi, kata Julian.
Beliau tidak pernah ada dirumah tapi selalu menuntut anaknya menjadi yang terbaik. Keduanya harus selalu menjadi yang terbaik dalam bidang akademis maupun non akademis.