'20

86 15 4
                                    

------

• Happy Reading •

------


"Woo, Hyeonsu yang lo ceritain ke gue itu... lo masih ketemuan sama dia?"

Tanya Seungyoun to the point. Ia masih memiliki banyak pekerjaan lain, sehingga dirasanya tidak perlu untuk sekedar bertele tele. Yang ditanya hanya mengangkat alis sebelah sebelum menjawab pertanyaan tersebut.

"Tumben banget lo nanyain dia ke gue. Nggak sih, kita udah jarang ketemuan. Terakhir kali gue mau anter dia pulang, dianya malah ngilang. Setelah itu, dia gak pernah ngabarin apa apa"

Seungyoun hanya mengangguk mendengar penjelasan sang sahabat. Bukannya ingin egois, namun perasaan tenang dan bahagia tengah meliputi perasaan sang lelaki saat itu juga. Mengetahui pertanyaan utama nya telah terjawabkan, ia pun akhirnya mulai mencari topik pembicaraan baru.

"Gimana kabar keluarga lo" bukan, ini bukanlah suara Seungyoun melainkan lawan bicaranya yakni Seungwoo.

"Mendingan, makanya gue mutusin untuk nerima tawaran profesor" jawab sang lelaki. Seungwoo hanya tersenyum sembari menganggukan kepalanya.

"Kalau lo? Adik lo udah sembuh?" Tanya Seungyoun balik.

"Untungnya udah. Hana sekarang udah agak mendingan. Tapi minggu depan gue harus balik ke Busan, lo tau sendiri pasti alasannya" Seungwoo tersenyum miris. Ia ingin sekali menjadi anak yang patuh dan turut membanggakan kedua orangtuanya, namun kenapa rasanya sulit sekali? Menentang semua keinginannya sendiri demi mewujudkan permintaan kedua orangtuanya, baginya adalah siksaan. Siksaan yang turut membawanya ke atas podium kesuksesan, namun turut meninggalkan bekas luka yang amat teramat dalam.

Seungyoun menatap Seungwoo iba. Memang tidaj banyak yang orang lain ketahui tentang masalah lelaki muda itu. Namun, berbeda dengan Seungyoun. Ia tahu betul apa yang telah sahabatnya lalui, dan ia turut merasa iba akan hal tersebut.

"Gue gak mau kehilangan orang yang gue cintai lagi Youn... Cukup dia aja, gue rela menderita" setetes air mata berhasil lepas dari mata indah Seungwoo. Dengan cepat ia mengusapnya kasar sembari berkata "anak laki gak boleh nangis"

Seungwoo berusaha kuat menyunggingkan senyum sedangkan Seungyoun hanya melihat miris keadaan sahabatnya. "Lo gak harus selalu kuat Woo... kalau mau nangis, nangis aja. Tapi kalau lo butuh temen cerita, inget selalu ada gue disini"

Seungyoun menepuk punggung sahabatnya lalu mengucap salam sebelum keluar dari ruangan itu. Ia ingin memberikan waktu bagi Seungwoo untuk menenangkan diri. Ia pun akhirnya kembali melangkah menuju ruangannya.





🌻 🌻 🌻




Seungwoo mengelus pelan foto wanita yang sedang digenggamnya itu. Senyuman khasnya tak pernah hilang dari ingatan sang lelaki. Bila saja waktu itu ia datang lebih cepat, semua hal naas itu tidak akan pernah terjadi.

Memori itu kembali terulang di kepala Seungwoo. Menyisakan tangis dan sesak dan pada dadanya. Ia meremas kemeja putih nya sembari menahan isakan.

"Hyeonsu... gue minta maaf. Gue gak bisa ngejagain lo, ngelindungin lo... Maaf karena gue gak bisa ngejaga kata kata gue yang bakalan selalu ada di sisi lo. Maaf..." dadanya semakin sakit dan pandangannya semakin kabur.

Memori itu kembali terlintas






24 Januari 2005,
Hari terakhir bagi seorang Choi Hyeonsu untuk menghembuskan nafasnya.....

"Only You" | Cho Seungyoun [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang