Satu Pertanyaan

509 30 1
                                    

Kairo berada di kamarnya untuk mengganti pakaian, suasana kamar tampak sepi. Tiba-tiba seorang santri masuk dan menemui kairo, dia adalah teman satu kelasnya namun berbeda kamar.

"assalamualaikum kai.."

"waalaikumsalam...Nida...ada apa ya..." Tanya kairo

"ini ada pesan dari ustadzah Maemunah, kairo dipanggil ustadzah Maemunah di ruangan kerjanya..."

"oh iya, nanti kairo segera kesana, Nida sekarang mau ke Aula..?

"iya, saya langsung ke Aula, ada apa kai...?"

"boleh minta tolong...? Tolong sampaikan ke ning Tiara, kairo agak telat ke aulanya...takut ning nunggu kairo..."

"ok, nanti nida sampaikan...ya sudah nida permisi ya..."

"makasih ya nid..."

"sama-sama..." nida pun meninggalkan kairo sendiri di kamarnya, ia kemudian siap-siap untuk menemui ustadzah Maemunah, berbagai pertanyaan kembali menyeruak di benak nya, ada hal apa sehingga ustadzah memanggil kairo...

Sesampainya di depan ruangan kerja Ustzadah Maemunah, kairo mengetuk pintu dan mengucap salam, tak lama terdengar jawaban dari dalam...

"waalaikumsalam...masuk kai...." Ustadzah maemunah sangat mengenal suara kairo sehingga langsung menyuruhnya masuk. " sini kai....ada hal yang ustadzah mau bicarakan..."

"ada apa ya ustadzah....?"kairo langsung duduk di kursi berhadapan dengan ustadzah Maemunah

"ini...terkait ummi kairo, sebenarnya ustadzah rencananya enggak akan ngasih tau kairo, tapi demi kebaikan bersama ya sudah, ustadzah langsung saja memberitahukan kairo"

Raut muka kairo tiba-tiba pucat, ada apa dengan umi nya...? Setahu kairo ummi nya emang sedang tidak enak badan, sering terdengar suara batuk di ujung telepon ketika kairo menghubunginya lewat wartel pondok.

"ada dua perihal yang akan ustadzah sampaikan pertama, tadi ummi kairo menghubungi ustadzah, sepertinya keadaan ummi masih tidak enak badan, ummi kairo meminta keringanan mengenai pakaian cucian santri, meminta ustadzah mengizinkan kairo untuk membantu ummi, ustadzah sudah bilang sebelumnya, bahwa sebaiknya ummi kairo tidak perlu untuk menjadi buruh cuci dulu sampai keadaan kesehatannya membaik, namun ummi kairo tetep masih ingin mencucikan pakaian santri, kira-kira baiknya seperti apa, ustadzah minta pandangan kairo. jika kairo membantu ummi, ustadzah takut menggangu belajar kairo di pondok.."

Mata kairo berkaca-kaca, ingin rasanya ia tumpahkan air mata yang ia tahan, namun bersikeras ia tahan, ia tak mau menangis di hadapan ustadzah Maemunah.

"bagaimana kalau kairo berbicara langsung sama ummi, kairo akan bujuk ummi supaya berhenti dahulu menjadi buruh cuci" jelas kairo

Ustadzah maemunah mengerti keadaan kairo, mengerti kebimbangan kairo bahwa jika ummi kairo berhenti menjadi buruh cuci, maka tidak ada lagi pemasukan untuk mencukupi kebutuhannya, sebenarnya untuk biaya pendidikan di pondok ini, kairo langganan mendapatkan beasiswa sebab kairo merupakan santri teladan yang masuk peringkat 3 besar di setiap tahunnya, namun beasiswa ini hanya memberikan keringanan setengah dari biaya perbulannya, setengah lagi di dapat dari hasil buruh cuci ummi nya. Kembali ustadzah maemunah berbicara memberikan solusi kepada kairo.

"nah..boleh, nanti ustadzah izinkan kairo untuk pulang sebentar bertemu dengan ummi kairo dan memusyawarahkan permasalahan ini, dan yang kedua adalah kairo merupakan santri yang berprestasi di pondok ini, sayang jika karena masalah ini, kairo menjadi kesulitan untuk mondok di pondok ini, jadi setelah ustadzah dan beberapa ustadz berunding, ustadzah tawarkan kepada kairo mengenai kegiatan yang mungkin akan membantu dalam hal finansial"

Antara Riyadh dan KairoWhere stories live. Discover now