Sebuah janji

439 30 1
                                    

Jam menunjukan pukul 10.00. Kairo baru saja menyelesaikan kegiatan mencucinya, ia kembali masuk kamarnya dan bersiap-siap untuk kembali ke pondok. Ummi kairo masih terlihat sibuk di dapur. Setelah mengganti pakaiannya, kairo duduk di ruang tamu memperhatikan jam tangan yang sejak tadi membuat nya gusar, terlihat embun menghiasi kaca nya, walaupun jarumnya masih berdetak tapi ia was-was dengan kondisi jam tangan ini, kalau nanti tiba-tiba mati gimana...ia mau tidak mau harus menggantinya, raut mukanya semakin terlihat muram ketika ia merasa bahwa jam tangan ini pasti harganya tidaklah murah.

"sudah mau pulang kai...?" tiba-tiba ummi kairo membuyarkan lamunannya

"iya ummi, kairo mau singgah dulu dipercetakan yang ada di seberang gang, ada amanah dari ustadzah Latifah..."

"makan dulu aja, ummi siapkan nasi goreng kesukaan kamu..."

"di bekal aja ummi, nanti kairo makan di pondok aja..."

"ya sudah kalau begitu..sebentar ya ummi siapkan dulu..."

"oh iya ummi ini bagaimana jam tangannya apa tidak apa-apa..?" Tanya kairo pada umminya dengan raut muka yang cemas.

"insya Allah tidak apa-apa...dari baju yang dicuci kairo sepertinya itu punya dek Haidar, nanti ummi yang jelasin untuk dek Haidar"

"tetap saja itu kesalahan kairo, bilang aja nanti kalau terjadi apa-apa sama jam tangan nya, kairo yang tanggung jawab ya...kalau ada kerusakan nanti biar kairo yang tanggung"

"iya..nanti ummi bilang..."Ummi kairo kembali ke dapur untuk mempersiapkan bekal yang akan dibawa oleh kairo. Setelah semua beres, kairo pun pamit pada umminya

"Kairo pamit dulu ya mi, kalau ada apa-apa telepon aja ustadzah Maemunah ya...doain Kairo ya mi...."

"iya...ummi selalu mendoakan kairo, semoga lancar ngafalin Qur'annya, lancar belajarnya bisa sekolah ke Mesir Menuhin keinginan Abah"

"aamiin....ya sudah, kairo pamit mi...Assalamualaikum..." kairo menghambur mencium tangan umminya dengan takdzim

"waalaikumsalam...."

***

Pukul 10.00 pagi...

Tok..tok...pintu sebuah ruangan terketuk dibarengi ucapan salam..

"assalamualaiakum.."

Tertera di depan pintu tulisan yang sangat jelas "Pos Perizinan Santri" tempat paling malas dikunjungi santri karena ketika mengunjungi ruangan ini tidak sedikit para santri yang mengalami kekecewaan karena tidak diperbolehkan untuk keluar pondok.

"waalaikumsalam...silahkan masuk..."

Riyadh dan Haidar membuka pintu, terlihat ust Rizal sedang duduk menghadap seperangkat komputer yang menyala, jari jemarinya ia letakan di atas mouse.

"ini saya Riyadh dan Haidar ustadz"

"oh..yadh...ada apa...?" Seketika ust Rizal beralih pandangan dari komputernya menuju dua orang santri yang sekarang ada dihadapannya.

"saya sama Haidar mau izin keluar pondok tadz..."

Raut muka ust Rizal berubah...ia terlihat mengerutkan alisnya....

"mau izin keluar kemana...?" Tanya ust Rizal dengan intonasi yang tegas

"begini tadz, jam tangan saya terbawa di cucian nya Haidar, saya dan Haidar izin untuk pergi ke rumah ibu cuci dengan tujuan mencari jam tangan saya, yang saya takutkan jam tangan nya hilang tadz..."jelas Riyadh dengan berusaha setenang mungkin. Sementara Haidar masih tidak berani menatap wajah Ust Rizal.

Antara Riyadh dan KairoWhere stories live. Discover now