Pemenang

391 32 0
                                    

Senin pagi itu, Kairo sudah berada di minimarket pondok untuk melaksanakan tugas perdananya sebagai kasir, dikarenakan hari itu acara pencoblosan calon ketua santri, sekolahpun diliburkan. Semenjak sore kemaren sampai malem, kairo sudah menerima training dari ustadzah Hanifah bagaimana menginput harga ke computer dan mendata barang-barang yang masuk dari distributor. Tidak butuh waktu lama bagi Kairo untuk faham semuanya. Ustadzah Hanifah mewanti-wanti kairo agar bertanya kepada Ust Ghofar jika ada sesuatu yang dirasa kurang faham atau jika ada kesalahan dalam tugasnya, hal itu ia catat dalam buku biru bergambar sebuah piramida Gaza yang selalu ia bawa kemana-mana, berisi catatan catatan penting.

Suasana mini market cukup ramai, para santri yang selesai mencoblos melanjutkan tujuannya untuk jajan atau untuk membeli keperluannya di minimarket. Tidak hentinya para santri memberikan senyumnya kepada kairo ketika transaksi berlangsung. Kairo termasuk santri yang ramah, sehingga tidak sedikit adik-adik kelasnya sangat menyukai sifat kairo bahkan kagum akan perilaku, perangai dan wajah dari perempuan satu ini. Untuk ukuran cantik, mungkin kairo akan kalah dengan sahabatnya ning Tiara, tapi wajah kairo seperti enak dipandang, manis apalagi jika tertawa atau tersenyum, memiliki tinggi kira-kira 163 cm menjadikan dia langganan anggota pengibar bendera (paskibra).

"ukhti kenapa enggak nyalonin ketua santri...padahal kalau nyalonin saya bakal jadi tim sukses nya" seorang santri bertanya sambil menyerahkan dua buah minuman susu kepada kairo untuk diperiksa harganya menggunakan "tembakan leser". Kairo hanya tersenyum

"masih ada yang lebih baik menjadi pemimpin, saya merasa belum pantas...semuanya 8.500 rupiah..." jawab kairo disertai memasukan jajanannya ke dalam kresek untuk diserahkan kepada pembeli

"hehe...Ghaida boleh sharing sama ukhti..? pengen jadi penghafal Qur'an juga..."

"ya boleh dong...kita ngafalin bareng-bareng..."

"ini buat ukhti susu nya satu..." Ghaida mengeluarkan satu buah susu full cream yang berada di dalam kresek untuk diserahkan kepada Kairo

"tidak usah buat Ghaida saja..."

"tidak apa-apa..." Ghaida segera menyimpan susu yang diberikannya di bawah laci yang ada di belakang meja

"terimakasih ya...biasanya kakak ngafalin Qur'annya setelah sholat ashar di masjid atau di ruangan Ustadzah Maemunah, Ghaida bisa ikut bergabung"

"ok sip...ya sudah Ghaida permisi..."

Satu persatu, para santri yang mengantri membayar jajanannya, tidak sedikit yang mengajaknya ngobrol, ataupun bertanya. Setelah dirasa kosong, kairo bergegas mengecek barang di rak untuk dirapikan atau ditata serta ditambah jika ada barang yang habis.

Tidak terasa jam menunjukan pukul 11.30, ia bersiap siap untuk menutup minimarket sementara yang nantinya akan kembali buka pukul 13.30. namun sebelum ia keluar dari minimarket, ust Ghofar masuk dan menghampirinya.

"assalamualaikum kai..."

"waalaikumsalam...ada apa ust..?"

"nanti sudah dzhuhur, minimarketnya tutup saja ya....soalnya ada acara penghitungan suara di Aula, nah berhubung sekarang acaranya berbeda dengan tahun kemaren...katanya akan ada video conference dengan santri putra ya...?"

"iya ust...romo kiayi akan hadir di putra jadi di putri digunakan video conference supaya romo Kiayi mengetahui hasilnya langsung. Baik ust...kira kira hari ini, langsung tutup buku saja...?"

"nah itu, biasanya yang tutup buku kan ustadzah Halimah dan saya, tapi kebetulan kami mau menjemput Nada yang sedang ada acara di sekolahnya, jadi kairo kira kira bisa...?"

"oh...iya insya Allah bisa ust...malam sudah dijelaskan oleh Ustadzah Hanifah..."

"ya sudah terimakasih ya, tinggal besok lapor ke istri saya atau bisa ke saya, tutup bukunya jam 13.00 saja setelah dzuhur ya"

"baik ust...salam buat neng Nada ya ust...sudah lama saya tidak jumpa...pasti sudah besar sekarang, terakhir ketemu pas neng Nada usia 5 tahun..."

"haha....dia sudah cerewet...iya nanti saya salamkan dari Kairo, ust permisi dulu ya...assalamualaikum"

"waalaikumsalam..."

Adzan terdengar berkumandang, suara ini mengentikan aktivitas kairo seketika. Ia duduk dan mendengarkan suara adzan dengan tenang. Setelah menjawab adzan tiba-tiba terbersit dalam benaknya..."Riyadh..seperti apa orangnya..? suaranya sangat indah..."

***

Sebuah layar terpampang di depan panggung dengan proyektor yang masih bertuliskan no signal. Anak-anak santri putri sudah menduduki kursi yang telah disediakan. Para dewan asatidz dan asatidzah sudah mulai masuk ke aula. Sementara para calon kandidat putri duduk di samping panggung. Ada ning Tiara, Sarah, dan Adawiyah dengan raut muka yang tidak biasa. Gugup.

Kairo sudah berbicara pada ning Tiara sebelumnya bahwa ia harus standbye di minimarket untuk melanjutkan tugasnya menulis catatan tutup buku untuk hari ini. Awalnya ning tiara merasa kesal, namun kairo mengatakan bahwa ia tidak akan lama untuk melanjutkan tugasnya, setelah selesai ia akan segera ke aula.

Layar perlahan menampilan aplikasi zoom sebuah aplikasi video conference. Penghitungan suara dimulai dari calon ketua putra. 3 kandidat terlihat duduk. Ketiga kandidat itu adalah pertama Ahmad Aziz Azhar. Kedua Furqon Aminudin dan yang ketiga adalah Muhammad Riyadh. Mc sudah mulai membuka kotak suara. Gemuruh suara santri putra terdengar sampai aula santri putri. Masing-masing pendukung menggemakan tepuk tangan ketika nama calon yang didukungnya disebut oleh mc... kurang lebih 45 menit membacakan surat suara santri putra, diperoleh hasil :

Ahmad Aziz Azhar, 150 suara. Furqon Aminudin, 36 suara dan Muhammad Riyadh, 238 suara. Suara tidak sah sebanyak 14 suara.

"setelah penghitungan suara yang cukup lama, diperoleh hasil yaitu Muhammad Riyadh sebagai pemenang dalam pemilihan ketua santri putra" mc mengumumkan hasilnya. Sorak sorai bergemuruh dari pendukung Riyadh.

"sekarang kita akan berlanjut pada perhitungan suara dari calon kandidat ketua santri putri. Saya akan membacakan para kandidatnya. Yang pertama adalah Mutiara Ulya Syarifah, kandidat kedua yaitu Sarah Mufida, dan kandidat ketiga yaitu Rabiatul Adawiyah" tepuk tangan tak kalah bergema dibanding yang terjadi di asrama santri putra. Mc sudah mulai mebuka kotak suara, surat suara satu persatu dibacakan oleh mc. Waktu pembacaan surat suara putri dibilang lebih singkat disbanding surat suara putra karena jumlah pemilih lebih sedikit. Kurang lebih 30 menit dibacakan, diperoleh hasil : Mutiara Ulya Syarifah, 178 suara. Sarah Mufida 87 suara. Dan Robiatul adawiyah 54 suara. Sehingga ning Tiara berhasil menjadi pemenang.

Kairo terlihat baru sampai Aula. Ia segera duduk di bangku penonton. Ia mulai mencerna keadaan dan bertanya tanya siapa yang jadi pemenangnya. Setelah melihat papan pengumuman yang ada di samping mc, kairo terlihat girang, sahabatnya berhasil menjadi pemenang dalam pemilihan ketua santri.

Setelah acara perhitungan selesai. Selanjutnya adalah satu dua patah kata dari para pemenang.

"baiklah, selanjutnya adalah sambutan dari masing-masing pemenang. Sambutan yang pertama adalah dari pemenang santri putra, kepada saudara Muhammad Riyadh agar naik ke podium"

Deg..."Muhammad Riyadh....? Sang Muadzin...?" batin kairo

Terlihat dari layar video conference, Riyadh sudah berada di depan podium untuk memberikan sambutan.

"assalamualaikum...yang terhormat guru kita semua KH. Imaduddin Shobar L.c, yang saya hormati, para dewan asatidz...saya mengucapkan terimakasih atas kepercayaan saudara-saudara semuanya yang telah memilih saya menjadi ketua santri periode selanjutnya. Ini merupakan tanggung jawab besar untuk saya dan teman-teman saya. Saya hanya meminta kerjasamanya kepada semua pihak agar program-program saya terlaksana dengan baik dan bisa memajukan pondok ini. Sekian sambutan dari saya wassalamualaikum"

Tepuk tangan bergemuruh...

Kairo hanya terpaku pada layar video...sang Muadzinnya tidak lain dan tidak bukan adalah si Tali Sepatu yang menabraknya waktu itu...

"udah pinter, cakep, ketua santri lagi...keren ya Kai..." senggol Diana yang ada disebelahnya membicarakan pemuda yang barusan ada di podium

"eh...apa Di ?...oh...iyaa....hehe..." jawab asal kairo. Kini ia tidak penasaran lagi siapa Muadzin yang membuatnya tenang setiap mendengar suara adzannya. Senyumnya masih terpatri entah kenapa sulit sekali dihentikan...

Antara Riyadh dan KairoWhere stories live. Discover now