Tiga bulan setelah pemilihan, kesibukan melanda para pengurus santri, program kerja dan peraturan sudah diterapkan di kalangan santri baik putra maupun putri, kepengurusan tahun ini sedikit berbeda, Tiara sebagai ketua mampu memimpin anggotanya dengan tegas, bahkan persentase yang melanggar sedikit berkurang, ia berusaha menjaga keadaan ini, dan menginginkan para santri ini jangan sampai ada yang melanggar. Setiap minggu diadakan evaluasi kinerja anggota, para kepala bagian melaporkan kendala dan permasalahan dilapangan, yang paling sering terjadinya kendala adalah bagian Keamanan dan Pengajaran. Bagian keamanan melaporkan ada saja santri yang bertengkar masalah pertemanan, ada yang telat datang ke pondok ketika diizinkan pulang, dan bahkan ada yang keluar pondok tanpa izin walaupun untuk masalah ini tidak begitu besar. Anak santri putri tipe santri yang takut untuk kabur, berbeda dengan santri putra, masalah terbesar keamanan adalah kabur. Biasanya, santri putri yang nekat kabur adalah yang mempunyai masalah pribadi di pondoknya seperti tidak betah, bertengkar dengan teman sekamar, atau yang jarang ditengok oleh orang tuanya. Selanjutnya permasalahan bagian pengajaran adalah banyak santri yang masih terlambat untuk sholat berjamaah di masjid. Permasalahan-permasalahan itu perlahan bisa diatasi dan dimusyawarahkan bersama, selain dengan hukuman yang diterapkan, para pengurus ini juga harus memberikan bimbingan kepada para pelanggar salah satunya dengan pendekatan secara emosional.
Namun, selain dari bagian-bagian, permasalahan yang sering diangkat juga adalah terkait kelas 6 atau sebutnya para Muallimah, kakak kelas mereka. Ini merupakan pr bagi Tiara sebagai ketua, tidak sedikit dari kakak kelas ini yang masih cuek dengan peraturan yang dibuat oleh pengurus, mereka beranggapan demikian karena mereka merasa lebih tinggi derajatnya dibanding adik kelasnya yang saat ini menjadi pengurus. Sebenarnya hanya sebagian yang ngeyel dan sulit untuk diajak kerjasama, tidak semua kelas 6 bertindak semena-mena.
"ning bagaimana masalah terkait para muallimah yang jarang terlihat sholat berjamaah..." Kairo mulai berbicara, hal ini menyangkut bagiannya juga, bagian pengajaran
"Tiara sudah ngobrol dengan ketua angkatannya ukhti Zulaikha, ia pun hanya bisa geleng-geleng kepala, mungkin karena merasa tidak enak hati jika menegur...sebenarnya hanya sekitar 5-4 orang yang bermasalah...ya..kita tahu lah orangnya, tidak perlu disebutkan namanya di sini, untuk hal ini mau tidak mau Tiara harus lapor kepada ibu asrama Ustadzah Halimah..." jelas tiara menjawab pertanyaan Kairo
"ane setuju, kalaupun kita menegur langsung ditakutkan ada permasalahan baru antara pengurus dan Muallimah, jalan satu satunya kita harus mendiskusikannya dengan dewan asatidzah dan ibu asrama" Sarah berkomentar lebih lanjut
"tapi ingat ya temen-temen, hubungan kita harus tetap baik dengan para Muallimah, kita bisa mengajak dengan halus jika kita dekat dengan meraka, rasa hormat pada mereka harus selalu kita tanam.."kairo menambahkan
Para mengurus lain setuju dan menganggukan kepala dengan perkataan Kairo, jangan sampai seperti tahun tahun sebelumnya dimana para pengurus dan Muallimah sepeti dua kutub yang berseberangan.
Segera Tiara bertemu dengan ibu asrama ustadzah Halimah untu memusyawarahkan mengenai permasalahan kelas 6, ustadzah Halimah pun berkonsultasi dengan Ust Farid beliau adalah ketua kegiatan niha'i yaitu kegiatan akhir kelas 6. Selanjutnya diadakan rapat antara ketua Niha'i , ibu asrama beberapa ustadzah dan tiara sebagai ketua santri. Dihasilkan peraturan khusus terkait kelas 6. Sehingga pelanggar kelas 6 akan berhadapan langsung dengan ustadzah Halimah...
Akhinya rasa lega dirasakan oleh Tiara, walaupun urusannya dengan ustadzah langsung, Tiara harus tetap menjalin kerjasama dengan ukhti Zulaikha perwakilan kelas 6 agar tidak ada miss communication dengan kakak kakak kelas nya itu.
Kairo masih sibuk menjadi kasir di minimarket, kesibukannya menjadi double, selain sebagai "kuncen" nya masjid, ia juga harus membagi waktu dengan pekerjaan sampingannya, ditambah hafalan Qur'annya, kadang saking kecapeannya, ia sering tertidur ketika menunggu minimarket, ia merasa bersyukur diberi kesibukan, dengan berbagai macam kesibukan ini tidak ada waktu luang untuk berleha-leha, karena jika sudah ada waktu untuk berleha-leha, rasa males cepat menggerogoti. Sementara kabar umminya, saat ini sudah kembali pulih, umminya bersikeras untuk kembali mencuci pakaian santri tapi dengan kapasitas yang tidak terlalu banyak. Kairo sudah menyerah melarang umminya, namun iya tetap mewanti-wanti umminya agar tidak terlalu kecapean.
YOU ARE READING
Antara Riyadh dan Kairo
Teen Fictionkeinginanku ingin sekolah di negeri Piramida, apakah aku bisa...? sedangkan aku hanya putri dari seorang buruh cuci pakaian santri... -Kairo- keinginanku ingin sekolah di Haramain...seperti para ulama bangsa -Riyadh- kisah ini tentang kehidupan in...