Ini cerita pertama yang ku buat. Jadi, aku harap kalian suka, hehe. Kalau ada yang ingin ditanya ataupun ada yang typo kalian bisa comment dikolom komentar, dan jangan lupa vote karena itu bisa bikin aku semangat, hahaha. Ngga usah banyak ngomong, langsung aja keceritanya.
HAPPY READING!
Via, gadis cantik nan manis yang empat bulan lagi usianya genap enam belas tahun. Gadis itu baru saja memasuki masa putih abu-abunya, dan meninggalkan masa putih birunya.
Di sinilah ia berada, di depan gerbang SMK favorit yang ada di kota Jakarta, SMK Bakti Jaya, yang sekarang sudah tertutup rapat sejak tiga puluh menit yang lalu.
Via sendiri merutuki kebodohannya, semalam ia tidur terlalu larut karena asik menonton film.
Via berdecak. "Pake telat segala lagi gua," monolog gadis itu seraya melihat arloji yang melingkar dengan sangat apik pada pergelangan tangannya.
Seorang gadis cantik turun dari ojek online, menghampiri gerbang sekolah dengan raut wajah panik dan bingung.
Untung ada barengannya, batin Via sedikit senang. Via melangkahkan kakinya guna menghampiri gadis tersebut.
"Hallo, gua Stevia Almira Gustav panggil aja Via, nama lo siapa?" Tanya Via sedikit SKSD.
"Emm, gua Agnes Jovinka Putri biasa dipanggil Agnes," jawab Agnes sambil menundukkan kepalanya.
"Jangan nunduk, nanti mahkota lo jatoh," peringat Via sambil mengangkat dagu Agnes lalu Via tersenyum ke arah gadis tersebut.
"Mau tau ngga caranya supaya kita bisa masuk ke dalem tanpa ketauan?" Tawar Via.
"Hah? Emangnya bisa ya?" Tanya Agnes sedikit bingung. Pasalnya, pintu gerbang saja sudah tertutup dengan rapat, lalu bagaimana caranya agar mereka berdua dapat masuk ke dalam tanpa ketahuan.
"Ayo ikut gua, kita ke belakang sekolah!" Ajak Via seraya menarik pergelangan tangan Agnes agar gadis itu mengikuti dirinya.
***
Saat sudah sampai di belakang sekolah, Via menggeser papan yang ternyata di baliknya terdapat lubang yang cukup besar untuk dapat dilalui seseorang.
"Ayo cepetan, keburu ketauan guru sama anak osis," ajak Via.
"Eem, lo aja deh Vi, gua pulang aja, takut ketauan," tolak Agnes.
"Elah, lama lo, ayo buru!" Titah Via langsung menarik tangan Agnes.
"Tuh kan, gua bilang juga apa, kita ngga-" belum sempat Via menyelesaikan tuturannya, tak sengaja kakinya menginjak ranting pohon yang menimbulkan suara lumayan kencang.
"Siapa di sana?" Tanya seseorang cowok yang mereka yakini adalah salah satu pengurus osis. Ya, lebih tepatnya bahkan sang ketua osis, Varo Aldric Mahatma.
"Mampus, kita ketauan nih Nes," bisik Via pada Agnes.
Agnes hanya diam dan tak berkutik sama sekali. Saat kedua gadis tersebut membalikkan tubuhnya, pesona Varo sukses membuat Agnes terpana dalam beberapa detik.
Tampan, batin Agnes, namun buru-buru ia tepis pemikiran tersebut.
"Kalian berdua kenapa terlambat, hah?!" Bentak Varo dengan muka datar yang selalu menghiasi wajahnya. Sungguh, ia sangat jengah dengan orang-orang yang suka terlambat.
"Berdiri di depan tiang bendera, sampe jam istirahat selesai, cepat!" Titah Varo menahan emosinya agar tak meluap.
***
Di sinilah mereka berdua sekarang, di bawah terik matahari sambil hormat menghadap ke tiang bendera.
"Sorry ya Nes, gara-gara ide gua, lo jadi ikut kena hukum juga," ujar Via tak enak hati.
"Ngga apa-apa Vi, santai aja kok," jawab Agnes dengan seyum manis yang menghiasi bibirnya.
Sampai pada akhirnya. Brak!
"Agnes, lo kenapa Nes?!" Pekik Via sambil mengguncang tubuh Agnes yang sudah pingsan tepat di samping kakinya.
"Lo bego apa tolol sih, perlakuan lo barusan ngga akan kasih efek apapun ke dia," sarkas Varo dengan nada ketus.
"Minggir!" Titah Varo kepada Via. Laki-laki tersebut langsung mengangkat tubuh Agnes ala bridal style untuk menuju ruang UKS.
***
Saat di koridor menuju UKS, Via merasa bingung, mengapa banyak perempuan yang memekik kegirangan saat melihat cowok yang ada di depannya ini. Namun, Via tak memperdulikannya, ia langsung begegas mengikuti kakak kelasnya itu menuju UKS.
Setibanya mereka di UKS, Varo langsung membaringkan tubuh Agnes di atas ranjang yang sudah tersedia di dalam UKS.
"Tunggu." Setelah mengatakan itu Varo langsung keluar dari ruangan bernuansa putih tersebut.
"Apaansih tuh cowok, jutek banget. Udah gitu, gua dikatain bego sama tolol lagi," gerutu Via.
Selang beberapa menit, seorang suster pun datang. Suster tersebut langsung tersenyum hangat ke arah Via dan disambut dengan senang hati oleh Via.
Suster tersebut berjalan ke arah ranjang tepat Agnes berbaring. Namun, belum sempat suster tersebut memeriksa keadaan Agnes, tiba-tiba. "Arghh!" Agnes mengerang kesakitan seraya memegangi perut bagian sebelah kiri bawahnya.
Mau ngingetin aja nih, kalian semua harus tetap #dirumahaja ya, kalau ngga ada keperluan yang mendesak untuk keluar rumah, supaya covid-19 ini cepat berlalu. Jadi, kita semua bisa melaksanakan aktivitas seperti semula lagi, Aamiin!
30/04/2020
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMIT (END)
Teen FictionPertemuan klise pada saat tahun ajaran baru, membuat Varo menaruh hati pada gadis bernama Via. Varo mendekati Via dengan caranya sendiri. Cara seorang laki-laki dingin, yang sebelumnya tak pernah merasakan jatuh cinta. Saat keduanya tengah dimabuk a...