Salah Paham

570 229 75
                                    

Karena memperjuangkan yang tak pasti hanya akan membuat hati tersakiti.

Varo Aldric Mahatma.

***

HAPPY READING!

Via memasuki kediamannya yang lumayan mewah. Namun, sayangnya hanya ia dan Bi Inah yang tinggal di kediaman tersebut.

"Gabut banget anjir, ngapain ya gua?" Monolog Via.

"Mending gua ke rumah Lele aja deh, pasti tuh anak udah balik sekolah," tutur Via lantas beranjak bangun dari duduknya.

Leon Abiel Mahendra, sahabat laki-laki Via dari orok yang kerap dipanggil Lele oleh Via. Meskipun usia Via dan Leon tarpaut satu tahun, namun Via tak pernah memanggil Leon dengan embel-embel Abang ataupun Kakak.

***

Via berjalan menuju rumah bercat putih yang ada di seberang rumahnya. Gadis itu langsung masuk ke dalam rumah tersebut tanpa mengetuk pintunya terlebih dahulu.

"Punten! Aya orang di dieu?"
[

"Misi! Ada orang di sini?"] Teriak Via dengan Bahasa Sunda yang sengaja ia campur-campur, mengingat gadis itu memiliki darah sunda dari Neneknya.

"Perempuan kok bacotnya gede banget. Curiga, jangan-jangan lo-"

"Gua waria, puas lo!" Potong Via kesal.

"Bukan gua yang ngomong ya, lo yang ngaku sendiri," balas Leon.

"Y!"

"Gimana sekolah lo?" Tanya Leon dengan pandangan yang masih fokus pada play station yang ada di hadapannya.

Ya, selama ini Leon dan kedua orang tuanya lah yang selalu memperhatikan Via semenjak kedua orang tua gadis itu telah tiada dari dua bulan yang lalu.

"Ya begitu," jawab Via seadanya.

"Oh iya, gua mau curhat nih Le," ujar Via.

"Apaan?" Jawab Leon.

"Jadi, di sekolah gua tuh ada Kakak kelas cowok gitu, ketua osis, nyebelin banget deh pokoknya."

"Kenapa emangnya dia?" Tanya Leon yang mulai tertarik dengan cerita Via, meninggalkan play station-nya yang masih menyala, lalu duduk di samping Via.

"Kan kemaren tuh, pas hari pertama MPLS, gua kan dateng telat gitu, ngga sendiri juga si bareng sama cewek namanya Agnes. Terus gua ajak dia masuk lewat lubang yang ada di belakang sekolah, tapi sialnya kita ketauan sama si cowok muka datar itu!"

"Muka datar?" Tanya Leon memotong ucapan Via.

"Ish, iya si cowok ketos itu loh," jelas Via.

"Ohh, oke lanjut!"

"Abis itu kita berdua kan dihukum, disuruh hormat ke tiang bendera, mana panas banget lagi mataharinya."

"Tapi nih ya, tiba-tiba si Agnes pingsan, lah gua kan bingung ya mau ngapain. Terus gua goyang-goyangin aja tuh badannya, siapa tau kan dia bangun. Eh, tiba-tiba cowok muka datar itu dateng terus ngatain gua bego sama tolol, pokoknya nyebelin banget deh!"

"Utuk-utuk, kasian banget sahabat gua ini, pasti capek ya?" Ledek Leon.

"Ngga jelas lo mah Le, ngeledek mulu!" Geram Via.

RUMIT (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang