Jangan sentuh gua dengan tangan menjijikan lo!
Varo Aldric Mahatma.
***
HAPPY READING!
"Gua jahat banget ngga sih sama Via?"
"Gua cewek ngga tau diuntung banget sih."
"Tapi kan itu semua gua lakuin demi Bunda."
Lamunan Agnes tersadar karena seseorang yang meneriaki namanya. "AGNES, AWAS!"
Brak!
"Via?" Kaget Agnes yang melihat Via langsung tak sadarkan diri setelah ditabrak oleh sebuah mobil karena gadis itu menolongnya.
***
Sedari tadi Varo hanya berjalan mondar-mandir di depan pintu UGD. Setelah kecelakaan tersebut, Agnes segera menghubungi Varo, Rama serta Zura.
Plak! Satu tamparan mendarat pada pipi mulus Agnes.
"Pasti lo kan yang udah bikin Via kecelakaan?!"
"Lo apa-apaan sih, hah?!"
Rama menarik pergelangan tangan Zura untuk menjauh dari tempat itu agar gadis itu sedikit lebih tenang.
"Lo ngga apa-apa?" Khawatir Varo seraya melihat bekas tamparan yang tadi dilakukan Zura.
"Sebenarnya gua ngga mau ngomong ini, tapi-"
"Ceritain semuanya," titah Varo.
"Tadi Via hampir aja nyelakain gua."
"Nyelakain lo?"
"Via hampir aja dorong gua dari atas jembatan, tapi untungnya, gua bisa kabur terus Via langsung ketabrak mobil saat ngejar-ngejar gua." Lagi dan lagi, Agnes harus berbohong demi sang Bunda.
"Kurang ajar tuh cewek!" Varo mengepalkan tangannya karena menahan emosi.
***
Plak! Untuk pertama kalinya, Varo melanggar nasihat yang dulu Papahnya pernah berikan agar tak kasar pada seorang wanita.
"Lo apa-apaan sih, njing!" Geram Zura yang melihat tingkah Varo barusan.
"Harusnya lo yang tanya sama cewek ini!" Via menatap bingung ke arah Varo.
"Yang lo lakukan ke Agnes buat lo semakin menjijikan di mata gua!"
"Emangnya apa yang udah gua lakuin, Kak?"
"Lo hampir aja dorong Agnes dari atas jembatan, terus lo masih nanya apa yang udah lo lakuin?" Varo tertawa hambar.
"Do-dorong Agnes?"
Via meraih tangan Varo. "Kak, tolong percaya sama gua, gua ngga akan pernah ngelakuin hal serendah itu."
"Jangan sentuh gua dengan tangan kotor lo!" Varo menghempas tangan Via dengan kasar.
"Nyatanya, lo emang cewek terendah yang pernah gua temuin." Varo langsung meninggalkan ruang rawat Via seraya menggandeng tangan kekasihnya.
"Zur, lo percaya sama gua kan?" Lirih Via. Zura berjalan mendekat, memeluk tubuh gadis yang sudah sangat rapuh itu, bukannya selesai justru masalah yang Via alami sepertinya tak ada henti-hentinya untuk datang. "Gua sangat percaya sama lo Vi."
***
Mentari mulai menampakkan sinarnya. Dua orang gadis cantik tengah bersiap-siap untuk berangkat menuju sekolah. Kemarin, Via diizinkan langsung pulang sore harinya, mengingat tak ada luka serius yang gadis itu derita.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMIT (END)
Teen FictionPertemuan klise pada saat tahun ajaran baru, membuat Varo menaruh hati pada gadis bernama Via. Varo mendekati Via dengan caranya sendiri. Cara seorang laki-laki dingin, yang sebelumnya tak pernah merasakan jatuh cinta. Saat keduanya tengah dimabuk a...