Berakhir

221 7 4
                                    

Gua ngga akan pernah sudi berhubungan dengak anak seorang pembunuh.

Varo Aldric Mahatma.

***

HAPPY READING!

Jam sudah menunjukan pukul 06.30 WIB, namun sampai saat ini Via belum melihat tanda-tanda Varo akan datang.

Varo Aldric

Kak

P

P

Udah sampe mana Kak?

Tanpa berpikir panjang lagi, Via lebih memilih memesan ojek online karena tak ingin terlambat untuk pergi ke sekolah.

***

"Kak Varo!" Varo menolehkan kepalanya lalu mengangkat sebelah alisnya.

"Lo kenapa ngga jadi jemput?"

"Sibuk!" Setelah itu Varo langsung melangkahkan kaki jenjangnya ke dalam sekolah.

"Lo lagi berantem sama Kak Varo?" Tanya Zura seraya memakan kripik singkong yang ada di tangannya. Via menggelengkan kepalanya karena ia tak merasa ada masalah apapun dengan hubungan mereka berdua.

Ting!

Varo Aldric

Plg sklh gua tnggu d danau.

"Siapa Vi?" Tanya Zura penasaran.

"Eh, emm bukan siapa-siapa kok," alibi Via sementara Zura hanya mengangguk-anggukan kepalanya meskipun ia tau, ada yang tak beres dari sahabatnya.

***

"Dari transaksi yang tertera di atas berarti kas kecil masuk kemana?" Tanya Bu Wina selaku guru Akuntansi Keuangan.

"Debet," jawab seluruh siswa maupun siswi 11 Akuntansi 1 secara kompak.

"Kalau kas bank masuk kemana Via?" Tanya Bu Wina karena melihat Via hanya termenung dan tak berkonsentrasi.

"Ke hati bu," Jawab Via asal. Gelak tawa langsung terdengar sangat riuh di ruang kelas tersebut.

"Sudah-sudah, harap kembali tenang semua!"

"Kamu ini bagaimana si Via? Beberapa minggu lagi kan olimpiade yang ada di Bandung akan dimulai, kamu harus berkonsentrasi ya," peringat Bu Wina.

"Ba-baik Bu," patuh Via.

Zura menyenggol siku sahabatnya. "Lo kenapa sih?"

"Ngga apa-apa," jawab Via seadanya.

***

Via berjalan ke arah danau dengan semilir angin sore yang menemaninya.

"Kak?" Panggil Via yang membuat Varo langsung berdiri dari duduknya. "Kita putus!"

"Are you kidding me?" Tanya Via tak percaya.

"Gua serius." Manik mata Varo memancarkan aura yang sulit sekali Via tebak.

"Kasih gua satu alasan kenapa lo mau hubungan kita berakhir?"

Varo tersenyum. Tidak, senyuman itu bukanlah senyuman manis yang penuh akan kehangatan, melainkan senyuman mengejek. "Kalo jatuh cinta aja ngga butuh alasan, maka putus pun punya peran yang sama."

RUMIT (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang