Diculik?

250 39 7
                                    

Dunia gua seakan berhenti berputar kalau lo menghilang dari penglihatan gua.

Varo Aldric Mahatma.

***



HAPPY READING!

Sinar matahari pagi menemani kedua gadis yang sedang berjalan beriringan menyusuri koridor sekolah. Hari ini SMK Bakti Jaya tak mengadakan proses belajar mengajar seperti biasa namun sedang mengadakan class meeting sebelum Ujian Akhir Sekolah diadakan.

"Lo mau ke lapangan apa ke kelas Vi?" Tanya Agnes.

"Kelas ah, mager di lapangan mah panas," jawab Via.

Zura yang baru saja datang langsung berkata. "Ke lapangan aja yuk, cuci mata. Sekalian liat Kak Varo main basket." Zura mengangkat-angkat alisnya seperti sedang meledek Via.

"Ngga ah, lo aja sono," tolak Via.

"Lo gimana Nes?"

"Gua sih gimana Via aja."

"Ayo dong Vi kita ke lapangan, kali-kali bikin sahabat seneng kek, kan dapet pahala," rengek Zura.

Via menghela napasnya lalu beranjak dari duduknya. "Buru, sebelum gua berubah pikiran nih." Zura dengan semangat 45 langsung menarik kedua tangan sahabatanya.

***

"Oemji Kak Rama cakep banget kalo lagi keringetan," heboh Zura dari kursi penonton sementara yang dilakukan Via dan Agnes hanya diam tanpa berniat membuka suaranya.

Silla menghampiri Varo yang sedang duduk di pinggir lapangan. "Spesial buat kamu nih," tutur Silla seraya menyodorkan sebotol air mineral ke arah Varo.

Memandang air mineral tersebut tanpa minat dan tak sengaja manik mata Varo bertubrukan dengan manik mata Via yang sedang duduk di kursi penonton bersama kedua sahabatnya.

Kelopak mata Silla seketika membulat dengan sempurna karena ini pertama kalinya Varo mau menerima pemberian dari dirinya. "Thanks."

"Sama-sama beb."

Via menghentakkan kedua kakinya dengan kasar lalu bangun dari duduknya. "Ayo Nes, kita pergi dari sini, panas!"

"Eh, lo berdua mau ke mana? Ini pertandingannya belum selesai woy!" Teriak Zura namun Via tak memperdulikannya sementara Agnes hanya mengikuti kemana kah Via akan melangkahkan kakinya karena lengan Agnes ditarik oleh Via.

Lucu juga kalo lagi cemburu, batin Varo gemas.

"Ram, buat lo." Varo melemparkan air mineral tersebut ke arah Rama tanpa berniat ingin meminumnya.

"Thanks Bro!"

Varo mulai berjalan menghampiri Via sementara Silla masih terkejut dengan apa yang Varo lakukan barusan.

Hap! Pergelangan tangan Via sukses Varo tangkap yang membuat sang empunya membalikkan tubuh. "Cemburu?" Ledek Varo.


"Dih, geer abis." Via menarik senyum semiriknya.

"Haus nih." Kata-kata itu terlontar dari mulut Varo.

"Bukannya tadi udah dikasih?" Sindir Via.

"Kalo gua maunya dari lo?"

"Dan sayangnya gua ngga perduli," jawab Via lalu tersenyum memaksakan.

Varo hanya terkekeh di dalam hati melihat Via yang berjalan kian menjauh, sepertinya gadis itu tengah ngambek kepadanya.

RUMIT (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang