Olimpiade

208 15 1
                                    

Kalau udah jadi mantan ya ngga akan ada urusan.

Varo Aldric Mahatma

***

HAPPY READING!

Hari yang dulu mungkin Via nanti, namun sepertinya tidak bagi sekarang, akhirnya datang juga.

"Lo yakin mau ikut olimpiade ini, Vi?"

"Yakin."

Di sinilah mereka berdua sekarang, di dalam mobil milik Varo, dengan posisi duduk Varo sebagai sang supir dan di sebelahnya ada Agnes serta di kursi penumpang terdapat Via dan Zura yang duduk berdampingan.

"Gua bawa sesuatu buat lo," tutur Agnes seraya menyerahkan kotak bekal yang berisi sandwich.

"Suapin."

"Najis, alay lo berdua." Varo dan Agnes seakan tak memperdulikan tuturan Zura barusan sementara Via langsung mengalihkan pandangannya keluar dari jendela.

***

Jam sudah menunjukkan pukul lima sore, ke empat remaja tersebut baru saja tiba di hotel yang terletak tak begitu jauh dari pusat kota.

Agnes dan Zura ikut serta ke Bandung karena masing-masing peserta lomba diizinkan membawa satu orang keluarga ataupun sahabat.

"Kalian bertiga satu kamar ya, di kamar nomer 679," Tutur Pak Dodi sementara ketiga cewek tersebut hanya mengangguk pertanda bahwa mereka mengerti.

"Varo kamu sendiri ya, di kamar nomer 705," tutur Pak Dodi seraya menyerahkan satu kunci ke arah Varo dan kunci yang satunya lagi ke arah Via.

***

Sedari tadi, di dalam kamar Agnes hanya diam dan tak berniat untuk bergabung bersama Via dan juga Zura.

"Iya, Agnes akan lakuin," bisik Agnes saat dirinya sedang mengangkat telefon. Bip! Setelahnya, Agnes langsung mematikan telefon itu secara sepihak.

Lakuin? Batin Via bingung karena ia tak sengaja mendengar percakapan Agnes dengan seseorang melalui ponsel gadis itu.

Selang lima menit, handphone milik Agnes kembali berbunyi. "Iya Ayah, Agnes akan lakuin."

"Nes?" Agnes menjauhkan ponselnya dari daun telinga, nama Varo terpampang dengan sangat jelas pada layar ponselnya.

"I-iya Kak?"

[...]

"Oke." Setelahnya, Agnes langsung beranjak dari tempat tidurnya.

"Mau kemana tuh pepacor?" Via hanya mengangkat bahunya acuh.

"Ikutin kuy!" Zura menarik pergelangan tangan Via untuk keluar dari kamar hotel.

***

Tak terlalu lama Via dan Zura mengikuti Agnes dan Varo, ternyata mereka berhenti di tepi pantai. Entah apa yang Agnes dan Varo bicarakan, namun setelahnya, Agnes menangis lalu yang Varo lakukan mengusap air mata Agnes yang mengalir di ke dua Pipinya.

RUMIT (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang