Jangan jadi seperti sunset ya?
Varo Aldric Mahatma.
***
HAPPY READING!
Pagi ini tepat pukul tujuh, seluruh siswa maupun siswi mulai memenuhi lapangan SMK Bakti Jaya.
"Selamat pagi anak-anak!" Sapa Pak Dodi, selaku ketua panitia.
"Pagi Pak!"
"Di sini saya akan memberikan informasi mengenai pembagian bus. Satu bus terdiri dari tiga kelas yang sudah saya campur dari kelas sepuluh maupun sebelas. Tolong didengarkan baik-baik karena tidak akan saya ulang kembali!" Tegas Pak Dodi yang sedang membetulkan letak kacamatanya lalu mulai membaca kertas putih yang sedari tadi beliau pegang.
"Di bus satu diisi dengan kelas X TKJ 1, X TKJ 2, serta XI TKJ 1. Untuk ketiga kelas yang saya sebutkan tadi, dipersilahkan untuk meninggalkan lapangan," jelas Pak Dodi menggunakan pengeras suara yang ada di hadapannya.
"Dih, kok busnya segala diacak sih Vi?" heran Leon.
"Ya mana gua tau."
"Nanti kalo gua kangen sama lo gimana?" Tanya Leon dengan wajah sok imutnya.
Via yang merasa jijik langsung menggeplak kepala Leon menggunakan tas berisi snack yang ada di genggamannya. "Alay amat si lo, imut ngga, jijik iya!" Sarkas Via.
"Anjir, sakit coy! Kepala gua udah dipitrahin nih," ungkap Leon seraya mengelus-elus kepalanya.
"Udah ah sono! Temen-temen lo udah pada naik ke bus tuh," tutur Via seraya menunjuk teman-teman kelas Leon menggunakan dagunya.
"Yaudah, gua duluan."
Via kembali fokus dengan informasi yang sedang diberikan oleh Pak Dodi. "Di bus dua diisi dengan kelas X Akuntansi 1, X Akuntansi 2, serta XI Akuntansi 1!"
"Yes, berarti kita bertiga satu bus dong!" Pekik Zura kegirangan seraya merangkul pundak Via dan Agnes.
***
"Siapa yang mau ngalah nih? Bangkunya cuman bisa duduk berdua-berdua doang," tanya Via saat ia dan kedua sahabatnya sudah sampai di dalam bus.
Suara bariton dari seorang laki-laki lantas membuat ke tiga gadis itu menoleh ke arahnya. "Duduk sama gua," titah Varo langsung menarik pergelangan tangan Via menuju kursi ke empat dari depan.
"Yaudah, kita duduk di situ aja yuk Nes!" Ajak Zura seraya menunjuk kursi ke dua dari depan. Agnes menganggukkan kepalanya sebagai tanda persetujuan.
Mungkin, Agnes memang sudah harus terbiasa melihat kedekatan Via dengan Varo saat ini. Yang terpenting tugasnya sekarang adalah berusaha untuk melupakan Varo dari hati serta pikirannya. Ini salahnya bukan? Karena sudah menempatkan hati pada seseorang yang kurang tepat.
Di kursi Varo dan Via hanya ada keheningan yang menyelimuti keduanya. Via yang asik mendengarkan musik melalui earphone miliknya seraya menatap ke arah luar jendela sedangkan Varo yang asik dengan lamunannya.
Tuk! Tuk! Tuk!
Lamunan Varo langsung buyar kala suara tersebut lumayan mengganggu indra pendengarannya.
Menarik kepala Via yang sedari tadi membentur kaca agar bersandar pada pundaknya secara perlahan supaya tak membangunkan sang empunya dari tidur. Sesaat kepala Via bergerak, mencari posisi ternyaman untuk tidur. Selang beberapa menit, Varo pun ikut menyelami alam mimpinya dengan kepala yang sedikit ia senderkan di samping kepala Via.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMIT (END)
Teen FictionPertemuan klise pada saat tahun ajaran baru, membuat Varo menaruh hati pada gadis bernama Via. Varo mendekati Via dengan caranya sendiri. Cara seorang laki-laki dingin, yang sebelumnya tak pernah merasakan jatuh cinta. Saat keduanya tengah dimabuk a...