Rasa

882 250 93
                                    

Akankah rasa ini tak bertahan lama?

Agnes Jovinka Putri.

***


HAPPY READING!

Selang beberapa menit, seorang suster pun datang. Suster tersebut langsung tersenyum hangat ke arah Via, dan disambut dengan senang hati oleh Via.

Suster tersebut berjalan ke arah ranjang tepat Agnes berbaring. Namun, belum sempat suster tersebut memeriksa keadaan Agnes, tiba-tiba. "Arghh!" Agnes mengerang kesakitan seraya memegang perut bagian sebelah kiri bawah.

"Ya ampun Nes, lo kenapa?" Tanya Via memastikan.

"Gua ngga apa-apa kok, kecapean doang paling," jawab Agnes yang menutupi rasa sakitnya dengan senyuman.

Ngga mungkin gua ceritain semuanya ke Via, batin Agnes.

"Ohh, syukur dah kalo gitu, gua kira lo kenapa-napa. Yaudah, kita tunggu di sini aja dulu, bentar lagi juga bel pulang bunyi," ujar Via sementara Agnes hanya mengangguk-anggukkan kepalanya patuh.

"By the way, tadi yang nolongin gua siapa, Vi? Kan ngga mungkin lo yang gendong gua kesini," tanya Agnes penasaran.

"Kak Varo."

"Ohh." Hanya satu kata itu yang keluar dari mulut Agnes sebagai jawaban. Padahal, jauh di dalam hatinya, gadis itu sangat senang karena Varo begitu perhatian kepadanya.

Lo mikirin apa sih Nes, lo ngga boleh ada rasa sama kak Varo. Fokus, tujuan lo di sini tuh belajar, batin Agnes.

Kring! Kring! Kring!

"Ayo Nes, belnya udah bunyi tuh," ajak Via, yang diajak hanya menganggukkan kepalanya.

***

"Lo udah ngga apa-apa?" Suara bariton itu langsung membuat Agnes menoleh ke arah sumber suara.

"I-iya kak, saya udah ngga apa-apa kok," gugup Agnes.

Via yang tengah mengunyah tahu bulat di seberang jalan langsung berteriak. "Agnes! Ayo buruan, busnya udah dateng noh." Agnes dan Varo lantas langsung menoleh ke arah Via.

"Kalo gitu saya duluan, Kak," pamit Agnes lalu menyebrangi jalan raya guna menyusul Via.

"Lucu juga," gumam Varo.

***

Duh, gua kenapa si? Cuman ditanya gitu aja langsung kepikiran, Batin Agnes gusar.

"Nes?" Merasa tak ada jawaban, Via memutuskan untuk membuka suaranya kembali. "Nes, lo kenapa sih ngelamun terus?"

"Hah? Gu-gua ngga apa-apa kok, Vi," jawab Agnes.

"Oh iya Nes, lo mau ngga temenin gua ke toko buku, soalnya gua mau beli novel. Sebel banget, kemaren pas gua baca di wattpad ceritanya ngegantung gitu," celoteh Via sambil mengerucutkan bibirnya kesal.

"Ayo aja, gua juga sekalian mau liat-liat buku pelajaran kok."

***

Tibalah mereka di suatu mall ternama di kota Jakarta. Kedua remaja itu langsung bergegas menuju toko buku.

"Nes, gua liat novel yang di sana ya," ujar Via seraya menunjuk rak buku yang berisi novel-novel best seller.

"Berarti kita pisah di sini ya?" Tanya Agnes. Via menjawabnya dengan anggukan kepala, kemudian berjalan ke arah yang ia tuju.

Saat sedang melihat-lihat buku pelajaran, tak sengaja pandangannya melihat Varo yang sedang membaca buku. Namun, ia tak sendirian, di samping cowok tersebut ada seseorang gadis yang sedang bercanda gurau dengannya sambil sesekali Varo mengacak rambut gadis tersebut dengan gemas.

Ternyata Kak Varo udah punya pacar, batin Agnes.

Entah mengapa melihat pemandangan seperti itu membuat hatinya sangat sesak. Apa mungkin, ia sudah jatuh cinta kepada sosok Varo, sang ketua osis sekaligus Kakak kelasnya itu.

Entahlah, Agnes sendiri tak ingin memikirkannya lebih jauh lagi. Ia bergegas pergi menghampiri Via, guna mengajak gadis itu pulang karena hari sudah semakin petang.

"Ihh, Bang Varo, jangan acak-acakin rambut gua dong, nanti berantakan!" Geram Dena, adik Varo. Ya, yang dilihat Agnes tadi Varo sedang bersama adiknya, Dena Soca Mahatma.

"Ayo Bang ihh kita pulang, udah sore nih. Oiya, kita mampir ke toko ice cream dulu loh, lo kan tadi udah janji sama gua," peringat Dena, takutnya Varo lupa, atau bahkan sengaja melupakannya.

***

Varo dan Dena langsung keluar dari toko buku tersebut. Tangan kanan Varo ia biarkan bertengger pada bahu Adiknya. Bukannya apa-apa, hanya saja ia takut gadis itu akan mampir ke toko lain guna membeli merchandise-merchandise K-pop yang bahkan sudah gadis itu miliki di rumah.

"Loh, itu bukannya Kak Varo?" Tanya Via seraya menunjuk ke arah Varo dan Dena.

"Dia sama siapa, njir? mesra banget. Sampe rangkul-rangkulan segala lagi, atau jangan-jangan itu pacarnya? Wah, parah si kalo anak sekolah pada tau, bisa-bisa tuh cewek kena bully fans-nya Kak Varo." Via sedang asik bercerocos seraya menerka-nerka sampai tak sadar sedari tadi Agnes hanya diam. Bahkan, lidah Agnes sangat kelu untuk menjawab semua tuturan Via barusan.

***

"Oh my God, oh my God! Seru banget nih novel, mana alurnya ngga ketebak lagi. Aduh, yang cowok romantis banget lagi." Sementara Via asik berceloteh ria, namun beda halnya dengan Agnes, gadis itu justru asik melamun, entah apa yang gadis itu pikirkan.

"Lo kenapa sih Nes, semenjak ketemu sama Kak Varo kok jadi banyak ngelamun gini sih?" Tanya Via seraya menyentuh bahu Agnes.

"Ehh i-iya kenapa, Vi?" Tanya Agnes yang baru saja tersadar dari lamunannya kala tangan Via menyentuh bahunya.

"Tuh kan bener, lo ngelamun, jangan-jangan lo suka lagi sama Kak Varo?" Tebak Via asal.

"Hah? Ma-mana mungkin lah. Ngga usah ngaco deh lo," jawab Agnes.

"Bagus deh kalo ngga. Jangan sampe lo suka sama cowok mukdat kayak gitu," tutur Via menggebu-gebu.

"Mukdat? Maksudnya?" Tanya Agnes tak mengerti.

"Iya, mukdat, muka datar! Liat aja tuh mukanya, datar banget kayak triplek," sarkas Via.

"Bisa aja lo Vi," balas Agnes sambil tertawa renyah.

"Oh iya Vi, gua boleh minta id line lo ngga?" Tanya Agnes sambil menyodorkan handphone miliknya.

"Boleh dong, ya kali ngga boleh," jawab Via sambil mengetikkan id line-nya di handphone milik Agnes.

"By the way, besok tunggu gua di depan gerbang loh, awas aja sampe lo duluan masuk ke dalem sekolah," pinta Via.

"Iya, siap. Tapi awas, jangan telat lagi. Kalau telat gua tinggal!" Peringat Agnes.

"Yee, lo kan juga telat tadi," sindir Via seraya tersenyum memaksakan.

Selang beberapa waktu.

"Rumah gua udah mau sampe nih, gua duluan ya Nes, see you besok," pamit Via lalu bergegas bangun dari duduknya dan keluar dari bus tersebut.

"Oke deh, see you too, Vi," jawab Agnes.

Semoga rasa ini cuman sementara, batin Agnes berharap.

















A/N : Di sini, usia Varo sama Dena cuman terpaut satu tahun ya, dan mereka berdua juga beda sekolah.

Kalau ada yang ingin ditanya ataupun ada yang typo kalian bisa comment di kolom komentar ya! Vote dari kalian sangat aku tunggu!

01/05/2020

RUMIT (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang