Dari satu sampai seratus mungkin aku hanya nol koma satu di matamu.
Agnes Jovinka Putri.
***
HAPPY READING!
Misi penyelamatan baru bisa dimulai pada malam hari, mengingat mereka semua tak bisa bolos secara bersama-sama karena ditakutkan akan menimbulkan kecurigaan pihak sekolah ataupun siswa-siswi lainnya.
Zura sendiri harus berbohong kepada Bunda Agnes kalau Agnes tengah menginap bersamanya di rumah Via. Alasannya hanya satu, gadis itu tak ingin menambah beban pikiran wanita paruh baya itu, mengingat akhir-akhir ini usaha cattering Bunda Agnes sedang sepi dari para pelanggan.
Suara derum motor dari ke empat motor cowok itu saling bersaut-sautan di jalan raya. Zura tak diizinkan ikut, mengingat hari sudah semakin larut.
***
"DIO, KELUAR LO BANGSAT!"
"BANCI, KELUAR LO!"
Prok! Prok! Prok!
"Varo, mantan sahabat gua," sindir Dio seraya tersenyum meremehkan.
Bugh! Satu tinjuan berhasil Varo layangkan pada tulang pipi Dio. "MANA MEREKA?!"
Baru saja para preman yang ada di belakang Dio ingin menghajar Varo namun tak jadi karena ditahan oleh Dio. "Berani juga ternyata lo?" Dio memegangi pipinya yang lumayan nyeri.
Bugh!
Bugh!
Dio membalas tinjuan yang tadi dilayangkan Varo dan mengakibatkan Varo langsung tersungkur ke bawah. "Lo sendiri, dua puluh orang preman ini akan dengan mudahnya ngehajar lo abis-abisan."
"SIAPA BILANG DIA SENDIRI?!"
Dio tersentak kaget kala melihat siapa yang baru saja datang. Laki-laki itu langsung menarik kerah baju Varo. "Pengecut lo! Tadi gua bilang kan dateng sendiri!" Dio langsung menghempas tubuh Varo lalu berjalan mundur.
"YANG PENGECUT ITU LO ANJING, MAINNYA KEROYOKAN!" Teriak Rama seraya membantu Varo berdiri.
Bugh!
Bugh!
Bugh!
Bugh!
Anak buah Dio hampir kalah. Nyatanya, Varo dan Leon langsung meninju anak buah Dio tanpa ampun.
"BERHENTI LO SEMUA, SEBELUM DUA CEWEK INI MATI!" Teriak Dio yang baru saja datang bersama Via, Agnes dan satu orang anak buahnya. Satu buah pistol pun ditodongkan ke masing-masing kepala Via maupun Agnes.
Semua orang menghentikan aktifitasnya lantas langsung menoleh ke arah sumber suara sementara anak buah Dio langsung berjalan mundur.
Teriakan Dio barusan nyatanya sangat berpengaruh, seringai jahat langsung timbul di bibirnya.
"DUDUK!" Perintah Dio kepada Via serta Agnes.
Varo menggeram. "APA MAU LO?"
"Mau gua sangat simpel. Lo tinggal pilih, mau dia atau dia yang lo selamatkan," jelas Dio seraya menunjuk kedua gadis itu secara bergantian.
"Mereka berdua bukan pilihan!"
"Tapi untuk saat ini mereka berdua adalah pilihan," tutur Dio tak mau kalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMIT (END)
Teen FictionPertemuan klise pada saat tahun ajaran baru, membuat Varo menaruh hati pada gadis bernama Via. Varo mendekati Via dengan caranya sendiri. Cara seorang laki-laki dingin, yang sebelumnya tak pernah merasakan jatuh cinta. Saat keduanya tengah dimabuk a...