Pov JibranTadinya, aku ingin seperti air putih buatmu, sederhana, tapi begitu berarti. Begitupun rasa ini. Aku tak pernah memintanya untuk mencintaimu. Tapi ia datang tanpa permisi, lalu bersemayam dengan kokoh di dalam basirah. Katakan padaku, apa yang harus kulakukan untuk menghancurkannya?
***
Aku menghempaskan diri di atas kursi kerja, pertemuan singkatku dengan Aini menyisakan luka teramat dalam. Andai bisa memutar waktu, aku ingin kembali ke beberapa tahun silam, menjadi lelaki pertama yang menyelipkan cincin di jemari tangannya.
Menjadi lelaki pertama yang memintanya pada Allah sebagai pelengkap iman.
Kini tak ada yang bisa kulakukan, kenyataannya Aini sudah dimiliki oleh Sattar. Ah sakit! Andai ada yang dapat menghentikan denyut ini di dada?
Kuperiksa semua pasien dengan baik, senyumku tetap terkembang. Mungkin hanya mereka menjadi alasanku tetap bertahan, jika tidak aku sudah pergi dari kota ini. Kupejamkan mata sambil bersandar pada kursi kerjaku. Semua pasien sudah keluar, tinggal aku di ruangan ini.
Kugerakkan tangan membuka laci meja. Nampak disana sebuah kotak. Kotak yang seharusnya diterima Aini tiga tahun silam. Tapi takdir Allah, Ia yang menahan agar surat ini tak sampai ke tangan Aini. Mungkin sebab jodoh. Tapi kenapa ya Allah, tak Engkau dengar doaku?
'Hanya namanya yang tersebut di dalam doa, bukankah harusnya Kau tahu? Bukan untuk yang lain, hanya dia ....'
Kurahup wajah dengan sebelah tangan. Bermaksud hendak menutup kotak itu tapi netra ini justru melirik sebuah kertas, kertas yang bukan milikku. Kugagalkan niat semula sambil meraih kertas yang kupastikan Ainilah pemiliknya.
***
Akhy Jibran
Maaf, beberapa hari ini ana berusaha menutupi identitas ana pada Akhy. Maaf juga karena Ana tidak mengundang Akhy pada acara pernikahan Ana dengan Dokter Sattar.
Semua terjadi seperti mimpi. Kakak kandung hamba meninggal, di susul Mamak. Dan, sebelum mengembuskan napas terakhirnya, Mamak berpesan agar saya menikahi abang ipar saya, Bang Sattar, untuk kemudian menjaga anaknya. Saya ingin menolak, tapi untuk siapa? Tidak mungkin untuk Akhy Jibran, karena Ana tidak pernah tau perasaan Akhy pada Ana seperti apa. Bukankah selama ini kita hanya sebatas teman?
Kemarin surat ini sampai ke tangan Ana. Saat Ana baca, Ana begitu sedih. Entah oleh sebab apa perasaan ini terasa demikian.
Akhy, Ana fikir kita tak pantas lagi membicarakan apapun tentang masa lalu. Karena kondisinya sudah berbeda, ana sudah menikah.
Benar yang pepatah katakan, jika Allah menghendaki seseorang menjadi jodohmu, ia akan kembali, seberapapun jauh ia pergi. Kenyataannya, Akhy memang kembali. Tapi bukan untuk Ana. Karena Ana sudah diikat oleh lelaki lain. Ana yakin, Allah telah menyiapkan wanita istimewa untuk akhy Jibran.
Tetap semangat ya. Lelaki itu, tidak boleh lemah.Semoga Akhy selalu dikaruniai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Hurun Aini.
***
'Ya Allah ... Aku harus bagaimana? Bisikkan pada hamba-Mu ini ya Allah, hamba yang rapuh ini, harus bagaimana ya Allah, angkat semua rasa sakit ini ....'
Kupukul-pukul dada, berharap rasa sesak yang memenuhi rongga napas bisa terurai dengan baik. Tapi tidak, rasanya semakin sulit aku bernapas.
Kurebahkan kepala ke atas meja, membiarkan air mata menghapus segala lara. Duka ini, sakit ini, beginikah rasanya patah hati?
'Aini, andai kau tahu, kenangankupun begitu mencintaimu. Tiap saat dia selalu bertanya padaku tentang kabarmu. Semua itu terus hadir, hanya kamu, kamu yang kutahu telah pergi dan takkan pernah kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Bidadari Sattar
Romance"Jika ranjang pengantin adalah simbol penyatuan dua kekasih halal, ada apa dengan ranjang pengantin kami? Tiap hari, tiap minggu, bahkan tiap tahun selalu dimubazirkan pemiliknya?" Hurun Aini