[ 8 ] Menyebalkan

463 51 14
                                    

Sasa kembali ke kelasnya, dia melihat Arkha sedang duduk di bangkunya sambil merangkum pelajaran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sasa kembali ke kelasnya, dia melihat Arkha sedang duduk di bangkunya sambil merangkum pelajaran.

Sasa tersenyum ke arah Arkha, membayangkan waktu pertama kali Arkha mengajaknya berbicara. Ini adalah kesempatan emas untuk mengetahui kebenaran, Sasa pun menghampirinya.

"Hay, Arkha," sapa Sasa.

"Hmm, juga," jawab Arkha tetap fokus dengan catatannya.

"Arkha, kita kan udah temenan, kalo nanya ga akan sampe ga dijawab kan?"

"Tanya aja, asal bukan pertanyaan aneh-aneh"

Yang akan dilakukan Sasa adalah menanyakan beberapa hal yang menurutnya akan menjawab semua pertanyaan hati selama ini.

"Pertanyaan pertama, Kenapa lo diem terus waktu awal masuk?" Sasa mengacungkan jarinya mengikuti angka pertanyaannya.

"Karena bosen"

"Terus??"

"Malesin"

"Ada lagi?"

"Ya namanya juga adatapsi, wajar lah," jawab Arkha sedikit emosi.

Sasa mengangguk pelan, sekarang dia mengerti alasannya.

"Pertanyaan kedua, kenapa lo judes banget?"

"Pikiran kalian aja itu mah"

Sasa menyipitkan matanya, dia merasa tersindir dengan jawaban dari Arkha.

"Pertanyaan ketiga, kenapa lo-lo tanya gue pengen di gombal ? " tanya Sasa gugup.

"Maaf ya waktu itu cuman lagi nyoba bercanda aja." Arkha berhenti menulis, sekarang dia memperhatikan Sasa.

'PADAHAL GUE UDAH BERHARAP KHAA' -batin Sasa.

Sasa tersenyum ke arah Arkha, ternyata memang benar kata Farrel, Arkha tidak semudah apa yang dibayangkan untuk masalah hati.

"Lanjut, pertanyaan keempat, kenapa pertanyaan Indy ga dijawab?"

"Indy? Kapan dia nanya?" Arkha menaikan alisnya bingung. Sasa juga ikut bingung, ternyata Arkha tidak mendengarnya.

"Waktu awal masuk, Kha, hahaha udah lama." Sasa tertawa paksa.

"Pertanyaan terakhir, lo bukan pengirim surat waktu itu? Jujur! "

"Kan udah dijawab, bukan," jawab Arkha meyakinkan Sasa.

Sasa sedih. Rasa penasarannya memang sudah terjawab, tapi tidak ada jawaban yang dia harapkan.

"Kha, maaf ya, gue kira lo tuh orangnya cuek banget. Terus, makasih ya waktu itu lo ga marah"

"Yang mana, Sa?"

"Waktu gue teriak nyuruh lo pake helm, jaket kaya gitu. Sumpah mulut gue tuh otomatis banget." Sasa tersenyum malu.

"Iya, gapapa, namanya juga suka, jadi ya hargai aja apa yang dia lakuin." Arkha membalasnya dengan senyuman licik.

ARKHANSA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang