Pelajaran telah selesai. Sasa memasukan alat tulis ke dalam tasnya. Dia membalikkan badan ke belakang diikuti mata yang melihat ke arah Arkha.
Betapa lucunya ekspresi Arkha mendengar suara bel. Ingin rasanya Sasa membawa pulang Arkha.
Arkha menatap ke arah Sasa yang sedari tadi memandanginya. "Hm," gumam Arkha.
Sasa sedikit tersentak karena larut dalam angan-angan tidak jelas tentang Arkha. Dia membayangkan bahwa suatu hari Sasa akan bisa melihatnya lebih dekat dari yang sekarang.
"Eh, Sa, gue duluan ya, kit perut," sahut Indy. Sasa mengangguk dengan cepat.
Menurut Sasa, sekarang adalah waktunya berurusan dengan Arkha.
"Arkha, masih sakit?" tanya Sasa gugup.
"Sedikit"
"Pulang dianter gak?"
"Engga"
Sasa menghela nafas. Kalau saja dirinya diizinkan membawa motor, sudah pasti dia akan membawa Arkha pulang bersamanya.
"Kalau lo eh-em," ucap Sasa terjeda, "...kamu ga kuat buat jalan, nanti dibantu Sasa"
"Gapapa, Sa, gausah repot-repot." Arkha tersenyum tipis ke arah Sasa, hal ini membuat Sasa harus menahan jeritnya.
"Ish, anggap aja ini permintaan maaf gue"
"Maaf?" tanya Arkha heran.
"Ya, karena tingkah gue yang childish gini"
"Maklum... "
Sasa terbelalak kaget. Sungguh, Arkha orang yang benar-benar tidak begitu peduli bahkan tidak mau memperpanjang sesuatu.
"Tapi, plis jangan nolak"
"Nolak apalagi?"
"Gue anterin lo sampe depan gerbang"
"Benerin dulu, lo atau kamu, gue atau aku," ucap Arkha berdiri meninggalkan Sasa.
Sasa tersenyum puas, pipinya merah merona. Ternyata orang cuek itu gemesin, pikirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKHANSA [On Going]
Fiksi Remaja"Arkha itu bukan cuek, tapi nyebelin!!!!!" ucap Khansa pada teman-temannya. ______________ *Maaf ini cerita dibumbui dengan humor 😊 Definisi laki-laki cuek itu gimana? Dingin, irit kata, ga terlalu peduli keadaan, susah diraih. Pemeran cerita ini...