18 | Jennie Wanita Hebat

791 66 0
                                    

"Arin.. ayo bangun anakku sayaang~ yang cantik, yang baik, yang lucu, ayo bangun sayang~"

Tentu saja, itu hanya kalimat rayuan agar anaknya itu mau bangun.

"Eungghh... Bentar maaaa... Habis ini ending loh, tinggal dikit banget, bentar lagi",ucap Arin tiba-tiba. Sepertinya Arin sedang mengigau.

"Ending? Ending apa? Arin ayo bangun!!",lrene menggoyang-goyangkan tubuh Arin. Akhirnya Arin pun terbangun.

"Apa sih ma!?",tanya Arin kesal. Irene menghela nafas pasrah. Irene mengulurkan tangannya untuk merapikan rambut Arin yang berantakan.

"Bangun, udah pagi! Kamu gak ngampus apa!?",tanya lrene.

Arin pun mendudukkan dirinya dan bersandar di punggung kasur. "Mamaku yang cantik, sekarang Minggu",ucapnya.

lrene terdiam sebentar lalu bersedekap dada. "Kenapa kalo Minggu? Bukan berarti harus gak masuk kan?"

"Mama minta aku ngampus waktu libur? Gak mau!",seru Arin langsung hingga matanya terbuka sempurna.

Irene tersenyum. "Oke deh, kamu dah bangun tuh. Mandi dulu baru turun ya, oke?",ucap lrene sebelum akhirnya keluar dari kamar Arin.

"Astaga, mama aku itu.. mama aku..",gumam Arin.

"EHH MAMA BENTAR!!!"

Irene pun kembali masuk ke kamar Arin. Arin bangkit dari kasurnya dan menghampiri Irene.

"Kenapa?"

Arin celingukan ke segala arah, memastikan hanya ada mereka di kamarnya.

Irene yang melihat tingkah Arin mengernyit heran. "Kamu kenapa, Arin?"

"Ma, sini deh",Arin mengisyaratkan agar Irene mendekat. Irene pun mendekatkan dirinya kepada Arin.

"Waktu aku gak dirumah, aku nginep di rumahnya Tante Jisoo",ucap Arin. Irene langsung menjauh. "Apa?"

Arin menarik tangan Irene dan membawanya duduk di pinggir kasur. "Di rumah Tante Jisoo aku bisa ketemu papa",ucap Arin lagi.

"Dan, aku anggep papa itu di culik sama Tante Jisoo, oh ya, bang Jinyoung juga ada",jelas Arin.

Irene terbelalak. "Jinyoung? Jinyoung ngapain disana? Dia kan seharusnya-"

"Iya ma, iya aku tau. Aku juga bingung kenapa bang Jinyoung ada di sana. Tapi kelihatannya, bang Jinyoung ada sesuatu sama Tante Jisoo",suara Arin menjadi lebih pelan.

"Sesuatu? Sesuatu apa?",tanya Irene. Arin mengayun-ayunkan kakinya di udara. Lalu menghela nafas panjang.

"Kerja sama buat culik papa?",tanya Arin balik dengan ragu-ragu.

Irene pun tampak berpikir sembari mendengar perkataan Arin. Irene pun berdiri dan keluar dari kamar Arin dengan terburu-buru. Hanya satu orang yang dapat menjawab segala pertanyaannya.

| S U R E N E , S I N G L E M O M |

"Gue bisa jawab semua pertanyaan lo, Ren."

Irene mengangguk. "Oke, gue mau nanya. Apa yang sebenernya terjadi selama ini?",tanya Irene.

Jennie bersedekap dada. "Gue kira lo udah tau. Suho di culik Jisoo sama Jinyoung, bukannya gitu?",tanya balik Jennie.

Irene menghela nafas. "Gue pikir juga gitu, tapi kenapa? Kenapa adek gua juga bisa ikut terlibat sama dia?"

"Karena mereka punya tujuan. Jisoo pengen dapetin Suho, Jinyoung pengen dapetin alih kekuasaan Suho. Suho punya banyak orang yang iri di sekitarnya, gak heran",ujar Jennie sebelum meneguk kopinya.

Irene mengangguk-angguk mengerti. Itu masuk akal juga. Jinyoung tidak ada di kampusnya melainkan ada di rumah Jisoo. Untuk bekerja sama? Bisa saja.

"Lo inget gue bakal dateng buat nyelamatin keluarga lo kan? Yang gue ceritain tadi sebabnya",ujar Jennie lagi.

"Maksudnya?"

"Suho udah balik lagi kan? Karena Arin. Padahal Jisoo yang udah kasih tempat tinggal buat Arin, tapi Arin malah ngekhianatin dia. Jisoo mau bales dendam, kentara banget."

"Jadi.. karena itu lo-"

"Mungkin kemarin malem dia sama Jinyoung gak jadi ke rumah lo, tapi malem ini, gue yakin seratus persen."

Irene berdehem. "Omong-omong, lo tau dari mana semua itu? Lo sahabatnya Jisoo kan? Kenapa lo bocorin semua rahasianya?"

Jennie lantas tersedak mendengarnya. Dia segera menaruh cangkir kopinya. "Gue.. gue bukan sahabatnya lagi",lirih Jennie.

"Kenapa?"

Jennie berusaha mengalihkan pandangannya dari Irene. Terlihat sekali jika Jennie sangat gugup.

"Maaf, kalo gak mau cerita gak usah",ucap Irene pada akhirnya.

Jennie menggeleng heboh. "Nggak, nggak. Gue bakal cerita kok."

"Jangan maksa kalo gak mau",ucap Irene. Jennie mengangguk pelan.

"Dulu gue emang sahabatnya, tapi dia ngenikung gue. Gue pacaran sama Kai dulu, tau kan?"

Irene mengangguk.

"Padahal waktu itu Jisoo baru putus sama Jin, eh kenal gak?",tanya Jennie di akhir kata.

Irene seperti pernah mengenal nama itu. Dia berusaha mengingat-ingat. "Oh, Kim Seokjin, bukan? Kenal kok, dia bosnya Seulgi."

"Oh.. oke lah. Ternyata dia langsung deketin Kai, dan gue harus putus sama Kai pada akhirnya",suara Jennie semakin mengecil. Saat Irene melihat kedua mata Jennie, Jennie menangis.

Irene langsung berpindah tempat ke sebelah Jennie. Dia mengelus-elus punggung Jennie, berusaha membuat Jennie sedikit tenang.

"Gue gak tau dia seegois itu, Ren.. hiks",ucap Jennie diikuti sesenggukan.

Irene mengangguk-angguk dan masih mengelus-elus punggung Jennie. "Gue tau gimana perasaan lo, Jen. Lo ninggalin Jisoo bukan hal yang salah, lo udah lakuin hal yang bener",ujarnya.

Jennie menoleh. "Hiks- beneran?",tanya Jennie ragu. Irene mengangguk heboh.

"Makasih, Ren. Jangan lupa hati-hati nanti malem, jangan berbuat hal yang bikin curiga, gue bakal dateng tepat waktu, lo gak udah khawatir."

| S U R E N E , S I N G L E M O M |




𝓢𝓲𝓷𝓰𝓵𝓮 𝓜𝓸𝓶 - Surene✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang